Seharusnya semenjak dua puluh menit yang lalu, seluruh siswa SMA Rajasakti sudah pulang ke rumahnya. Namun pengurus OSIS sekolah tersebut mengadakan pertandingan futsal antar kelas di MOS hari kedua ini. Tentu saja sangat menarik dan berbeda dari sekolah lainnya.
Alven meneguk air mineralnya hingga jakunnya naik turun. Membuat para kaum hawa mati-matian menelan salivanya kasar. Ingat, Alven mencintai dunia olahraga dan menguasai berbagai permainan bola besar. Ia pun menjadi kapten tim futsal kelasnya saat ini.
“Kita ketinggalan poin lumayan banyak, Ven,” ujar Nathan dengan napas yang masih sedikit tersengal. Mereka sedang beristirahat untuk menuju babak kedua sebentar lagi.
Dari empat orang komplotan mereka, hanya Alven dan Nathan yang mengikuti pertandingan ini bersama teman baru mereka. Sementara Radhika dan Keano hanya menjadi tim sorak yang sangat alay. Memukul-mukul botol kosong untuk menyemangati dua teman mereka hingga semua perhatian tertuju pada dua anak baru sengklek itu.
Endingnya malah malu-maluin Alven sama Nathan
Alven mengangguk menyetujui. “Gugus sebelah emang kuat, gak bisa di remehin.”
“Susun rencana.”
Nathan tersenyum miring, sebuah seringaian. “Itu gunanya ada lo di tim kita.” ucapan pria berotak encer itu mampu mengundang gelak tawa tim mereka sendiri. Sementara Alven, berdecak malas menanggapinya.
“Bacot.” Pria bertubuh atletis itu melempar botolnya yang tersisa setengah ke arah Nathan. Berhasil meluncurkan sebuah ringisan dari bibir tebal pria tersebut.
Drrt
Ponsel Alven yang berbunyi. Ia segera merogoh benda pipih itu dan menempelkannya di telinga. “Halo?” sapanya ketika sudah tersambung.
“Apa?!”
Atensi lima orang yang berada di sekeliling Alven itu kompak beralih pada sumber suara, terutama Nathan sahabatnya. Tak ada yang melontarkan pertanyaan satupun, memilih menunggu Alven menyelesaikan komunikasinya dengan sang penelepon.
“Gue kesana sekarang.”
Nathan yang melihat Alven tiba-tiba bangkit dari duduk lesehannya, segera menahan pergelangan besar pria itu. “Mau kemana?”
“Aileen pingsan.”
Tanpa menunggu apapun lagi Alven segera berlari dari tempat ramai itu. Melompati gerbang sekolah yang masih di kunci oleh satpam, melupakan motornya yang masih terparkir rapi di parkiran. Ia memutuskan untuk berlari sekencang mungkin menuju Starshine National High School, pikirannya hanya berpusat pada Aileen.
Nathan menatap nyalang kepergian kapten tim futsal kelasnya. “INI PERTANDINGANNYA GIMANA? WOI, KULKAS BERJALAN!”
Alven masih mendengar teriakan menggelegar Nathan. Ia tahu ia salah, mengabaikan tanggung jawabnya begitu saja. Namun, Aileen merupakan prioritas seorang Alven setelah keluarganya.
Aileen lebih penting daripada pertandingannya.
Sampai. Alven dengan napas yang masih ngos-ngosan melawan arus manusia yang tengah keluar dari area Starschool, sekolah ini baru saja bubar.
Tak sedikit yang menatapnya dengan terang-terangan. Entah karena parasnya yang nyaris sempurna, atau— seraga SMA Rajasakti yang merupakan musuh terbesar sekolah ini.
Alven tak memedulikan semua itu, ia hanya ingin cepat-cepat melihat kondisi gadisnya.
“Sorry, UKS dimana, ya?” tanyanya pada seorang siswi dengan seragam ketat dan pendek itu. Bisa di pastikan ia merupakan seorang kakak kelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN Friendzone!
Roman pour Adolescents"Alven! Aileen suka sama Alven!" "Aku gak mau pacaran, Aileen. Kita masih kecil." *** "Kita udah beda SMA. Tunggu aku tiga tahun, ya?" "Emang penantian Aileen selama ini belum cukup, ya?" "Belum. Kita masih harus berjuang agar bisa benar-benar bersa...