|| Chapter 23 ||

14 2 2
                                    

“Aku bersyukur memilikimu, Aileen. Tidak peduli apa kata orang, tidak peduli kamu siapa dan dari mana. Aku tetap bahagia bersamamu.” —Alven Ezhard Nerithone

“Leen, pulang sendiri?” Pangeran menghentikan motornya saat berpapasan dengan Aileen di jalan. Namun anehnya, gadis itu bukan berjalan menuju arah rumahnya.

“Nggak, Aileen mau nemuin Alven dulu,” jawabnya datar. Hari ini Aileen sangat jutek ke semua orang, disebabkan karena mood nya yang anjlok.

“Ke mana?”

“Rajasakti, lah!”

Pangeran mengorek telinganya, takut-takut jika ia salah dengar. “Ke Rajasakti? Maksud lo?”

“Bahasa kasarnya, Aileen mau jemput Alven.”

Mpftt.” tawa Pangeran akan pecah jika ia tak menahannya. Namun lelaki itu tak mau membuat Aileen semakin kesal. “Ngapain lo ke sana? Biasanya juga Alven yang ke sini jemput lo.” Pangeran berkata setenang mungkin untuk menutupi kekhawatirannya. Berbahaya jika Aileen nekat pergi ke Rajasakti, apalagi jika bertemu Revan.

“Kok Kakak tahu Alven sering ke sini?”

Pangeran menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ketahuan deh kalau dia sering memerhatikan Aileen.

“Nebak aja. Cepet jawab pertanyaan gue yang barusan!”

“Hah?” Aileen mencoba mengingat. “Oh. Ya terserah Aileen, lah! Gantian dong Aileen yang jemput Alven, biar seimbang!”

“Jangan.” Pangeran menahan dengan ragu-ragu.

Lipatan-lipatan kecil timbul di kening Aileen. “Apa?” tanyanya tak mengerti maksud Pangeran.

“Jangan ke sana. Bahaya.”

Mata Aileen memicing, kemudian segera membuang muka. “Apaan sih, Kak, gak jelas!”

Selanjutnya Aileen berlari kecil agar secepatnya menjauh dari Pangeran. Ia kesal pada kakak kelasnya itu, ngapain coba larang-larang. Memang dia siapanya Aileen.

“Lo gak tahu apa yang akan terjadi kalau lo udah di sana, Aileen,” gunam Pangeran pelan. Menatap punggung kecil Aileen yang semakin menghilang ditelan jarak. 

Aileen teguh pada pendiriannya. Ia menunggu di depan gerbang SMA Rajasakti yang sudah mulai sepi karena bel pulang sudah berdering satu jam yang lalu.

Lima menit berdiri, bukan Alven yang tertangkap penglihatannya. Melainkan seorang pria berpenampilan urak-urakan seperti jamet di lampu merah yang berjalan mendekat menuju ke arahnya. Aileen bergidik melihat penampilan Revan yang sangat alay. Ala-ala badboy KW di novel remaja.

Ingat ya, KW. Soalnya kalau badboy asli keren, gak kayak Revan.

Sementara Revan, ia menenggelamkan tangannya ke saku celana. Tersenyum miring saat menyadari ada Aileen di gerbang sekolah mereka.

“Anak Starschool, ya?” tanya Revan berusaha ramah. Walaupun sebenarnya ada maksud lain mendekati Aileen seperti ini.

Sang empu hanya mengangguk cuek. Tak berniat menghamburkan suara indahnya hanya untuk si jamet Revan.

“Ngapain ada di sini? Gue yakin lo gak tahu peraturan—“

“Aileen.”

Bersyukur Alven segera datang sehingga Aileen tidak jadi mengetahui perihal peraturan sekolah mereka dari mulut Revan.

Alven mengambil langkah lebar, ia panik saat melihat gerakan bibir Revan yang sepertinya akan membeberkan peraturan sekolah mereka. Belum saatnya Aileen mengetahui semua itu.

BUKAN Friendzone!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang