Seisi kelas X IPS II mengunci tatapannya pada seorang pria yang baru saja masuk. Siswa kelas XI dengan name tag yang bertuliskan Revan Adhiputra itu tampak menenteng sebuah amplop coklat besar yang tak diketahui siapapun isinya.
Revan melempar amplop tersebut tepat di depan wajah Alven, membuat siapapun yang melihatnya melongo. Nathan, Radhika dan Keano sedang pergi ke kantin, sedangkan Alven memutuskan untuk tidur di kelas selama jam istirahat berlangsung.
“Sorry, Bang, maksud lo apa, ya?”
“Buka dong kejutan dari gue,” balas Revan. Mengendikkan dagunya ke arah meja Alven yang sudah ada amplop yang dibawanya tadi.
Alven membuka benang yang melilit dua kancing amplop coklat tersebut. Yaelah, dia udah kayak orang penting aja buka amplop kayak ginian.
Saat melihat apa isinya, refleks Alven melempar beberapa lembar foto yang ada di dalamnya. Jantungnya sudah berdetak sangat kencang, khawatir akan gadisnya.
Amplop tersebut berisi foto-foto Alven dan Aileen sewaku di mall kemarin. Sial, mengapa Alven tidak menyadari jika kemarin ada yang menguntit mereka?!
“Kenapa? Kaget?”
“Lo ikutin gue?”
Revan tersenyum meledek. “Yaiyalah. Awalnya kemarin temen gue mergoki kalian di pinggir jalan. Pas kalian pergi, diikutin deh.”
“Bajingan,” desis Alven, menatap kakak kelas yang hanya beda satu tahun dengannya. Matanya sudah memancarkan api amarah, seperti elang yang akan menerkam mangsanya saat itu juga.
Namun Alven masih memilik akal sehat untuk tidak membuat keributan disini. Kecuali kalau Revan yang mulai, ya bales, lah!
Canda.
“Apa? Khawatir ya sama cewek lo?”
“Jangan apa-apain calon istri gue. Seujung kuku aja lo sentuh dia, mati di tangan gue.”
“Wuishh, serem.” Revan memasang ekspresi ketakutan yang sengaja dibuat-buat, meledek Alven. “Tadinya gue pikir hajar lo bakal seru, tapi kata Pangeran kemampuan bela diri lo boleh juga. Gabung sama kita aja gimana? Untuk memberantas para pelanggar peraturan Rajasakti dan Starschool lainnya. Termasuk berantas diri lo juga.”
“Gak sudi. Mending gue gabung sama geng culun di sekolah ini daripada sama yang toxic kayak kalian.”
“Oh gitu. Kalau kita hajar cewek lo aja gimana?”
Alven berdiri, matanya semakin menyalang. Menarik kerah seragam Revan hingga pria tinggi kecil itu sedikit berjinjit karena ulah adik kelasnya. “Gue bilang, jangan sentuh Aileen!”
Aileen kelemahan Alven. Itu hal yang pasti sedari mereka kecil.
“Aileen Queenby Aldinata, nama yang cantik. Anak polos dengan sejuta kelebihan. Kalau gue ajak main seru kali ya?” Revan menggingit bibir bawahnya membayangkan Aileen. Pasalnya baru lihat dari foto saja gadis itu sudah sangat body goals. Benar-benar perawakan yang di impikan para gadis.
“BANGSAT!”
Buagh!
Revan tersungkur karena belum siap jika Alven memberikan bogeman mentah padanya. Rasanya ngilu, perkataan Pangeran memang benar.
“Makanya, ayo gabung sama kita.”
Mata Alven memicing, tertawa sarkas di akhir. “Sebenernya apa motif lo ajak gue masuk ke kelompok bajingan kalian?”
Duagh! Alven menendang keras perut Revan yang masih terduduk di lantai hingga sang empu memekik kencang. Sebelum akhirnya melenggang pergi keluar kelas dengan emosi yang belum mereda.
***“Minggu depan akan ada pertandingan antara SMA Rajasakti dan Starshine National High School. Ibu harap persiapkan diri kalian, harumkan nama sekolah kita.”
Pertandingan antara Rajasakti dan Starschool merupakan pertandingan tahunan yang rutin dilakukan guna untuk mempererat tali persahabatan mereka sebagai sekolah tetangga. Iya, persahabatan untuk para guru. Tidak berlaku bagi siswanya.
Aileen yang awalnya matanya hanya tersisa 5 watt itu langsung cerah. Menegakkan tubuh, mendengarkan baik-baik pengumuman dari guru yang mengajar tadi.
“Asik, ketemu Alven!”
“Untuk ketua kelas, silakan isi list di kertas yang Ibu kasih. Terimakasih, selamat siang.”
“Siang, Buuu,” sahut seluruh siswa di kelas X IPA I dengan semangatnya, tentu saja karena pembelajaran telah selesai.
Berbeda dengan Aileen yang semringah dengan kabar yang di bawakan oleh Bu Rina, dua temannya malah saling pandang dengan ekspresi yang tak terbaca sama sekali.
Aileen memerhatikan keduanya. Saling mengunci mata seolah sedang berbicara melalui jendela hati itu.
“Kalian lagi ngapain, sih? Adu tatap? Kok gak ngajak gue?”
Insha mendengus mendengarnya. “Diem deh lo Cil, mending sana kek ngerecokin orang kayak kebiasaan lo. Asal jangan recoki kita.”
Aileen cemberut, matanya menatap garang ke arah Insha. “Jahat!” semprotnya.
Selanjutnya gadis itu berlari ke salah satu meja paling depan yang berada di dekat tembok. “Pak Ketuuu,” panggilnya cempreng.
Ketua kelas mereka yang asalnya sedang mencatat nama siswa di list perlombaan olahraga itu menoleh. “Kenapa, Cil?”
Cil, Bocil. Hahaha.
Aileen memang dipanggil seperti itu di kelasnya. Pertama, karena usianya yang paling muda. Kedua, ya jelas karena sikapnya yang seperti bocil. Untungnya gak kayak bocil FF juga.
“Aileen mau ikut lomba lari jarak dekat, dong! Tulisin nama Aileen, ya.”
“Yakin lo?” Dimas bertanya ragu-ragu. Matanya melirik ke sebelah kanan, arah Insha dan Fidelya yang sedang ngerumpi.
“Yakin, ih, cuma 100 meter, kan? Gampang lah, ayo cepet tulisin!”
Dimas pasrah, akhirnya lelaki itu menuliskan nama Aileen di bagian lomba lari jarak dekat. Daripada anak ini terus berisik di dekatnya, jadi yasudah.
Sementara Aileen yang tengah sibuk bernegosiasi dengan Dimas ketua kelas tampan mereka, Insha dan Fidelya sedang mendiskusikan sesuatu. Menerka-nerka apa yang akan mereka hadapi saat perlombaan nanti.
“Kira-kira apa yang akan terjadi di perlombaan tahun ini?”
Fidelya mengendikkan bahunya, tanda bahwa ia pun tak tahu. “Setahu gue tahun-tahun kemarin baik-baik aja, karena emang gak ada yang langgar peraturan itu. Ikatan persahabatan antara Starshine sama Rajasakti emang lumayan bagus. Tapi untuk sekarang, gue gak yakin karena ada Alven dan Aileen.
“Sama. Mungkin Alven masih bisa untuk kompromi sama kita, lah Aileen? Nyerah gue sama anak itu.”
“Apa kita sekap dia aja kali ya? Satu hari aja deh!”
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN Friendzone!
Teen Fiction"Alven! Aileen suka sama Alven!" "Aku gak mau pacaran, Aileen. Kita masih kecil." *** "Kita udah beda SMA. Tunggu aku tiga tahun, ya?" "Emang penantian Aileen selama ini belum cukup, ya?" "Belum. Kita masih harus berjuang agar bisa benar-benar bersa...