Aileen terlonjak karena baru saja turun dari motornya, Alven langsung berlari dan mendekap erat tubuh mungil Aileen. Pria itu menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sang gadis yang terbuka.
Aileen bisa merasakan terpaan napas prianya yang terasa panas dan memburu. Padahal kan ia kesini pakai motor, kok kelihatan capek sih.
“Alven kenapa?” Aileen bertanya dengan suara kecil. Tangannya bergerak untuk melepaskan pelukan Alven dari tubuhnya. Pasalnya sekarang mereka sedang berada di halte Starschool, banyak siswa yang masih berlalu-lalang karena bel pulang sekolah baru saja berdering.
Bukannya melepaskan, Alven malah semakin melingkarkan tangannya di pinggang ramping Aileen. “Sebentar aja.” Pria itu berkata dengan suara berat nan parau.
“Aku takut.”
Aileen tak mengerti mengapa tiba-tiba Alven menjadi seperti ini. Alven yang ia kenal tidak mengenal takut. Kecuali pada rumus matematika, kimia, fisika, nama ilmiah biologi, hafalan PKN, sejarah, bahasa Indonesia bersama antek-anteknya. Baru pria ini takut.
“Takut apa? Alven dikejar setan?”
Alven mengangguk kecil, membuat Aileen terkekeh geli karena lehernya yang bersentuhan dengan hidung mancung Alven.
“Serem gak?”
“Masih sereman kamu kalau marah. Nama setannya Revan.”
“Cowok ya? Ganteng gak?”
Alven menatap tajam gadisnya, kini pelukan mereka sudah terurai. Wajah Alven yang sengaja dibuat garang malah terlihat menggemaskan di mata Aileen.
“Bilang apa kamu?”
Lagi-lagi Aileen melayangkan kekehannya. “Seganteng apapun cowok, masih lebih ganteng Papa sama calon suami Aileen.” Tangan lentik Aileen mencubit kedua pipi Alven gemas.
Alven tersenyum menenangkan, tangannya terangkat untuk menyentuh telapak kecil Aileen yang masih mencubit pipinya. Menggenggam erat punggung tangannya, kemudian di kecup lumayan lama.
*Ada yang butuh jasa blender HP? Sini kirim ke rumah😗
Wajah Alven mendongak, tertawa renyah melihat sekitaran hidung, pipi hingga ke telinga Aileen yang sudah berubah warna menjadi merah. Kemudian tangannya yang lain terangkat untuk mengacak pucuk rambut Aileen yang tergerai bebas.
“Aku gak mau kehilangan kamu.”
Aileen hanya balas tersenyum, belum menangkap maksud yang sebenarnya dari kalimat Alven.
“Oh iya Alven, minggu depan ada pertandingan ya? Aaa Aileen gak sabar seharian sama Alven!”
Ah ... pertandingan ya. Kelas Alven juga mendapatkan informasi tersebut tepat satu menit sebelum bel pulang berdering.
“Iya. Kamu gak ikutan apapun kan? Gak usah sekolah aja ya.”
“Nggak, dong. Aileen ikutan lomba lari jarak dekat!”
Mampus. Bagaimana jika nanti Revan mencelakakan Aileen.
“Batalin aja ya? Kamu absen aja, gak usah sekolah.”
“Emang Alven gak ikutan juga?” Aileen bertanya dengan mulut yang sudah mencebik. Ia tidak suka dilarang dan diatur-atur seperti ini.
“Aku ikut futsal.” Alven meringis kecil. Tak mungkin juga ia berbohong pada Aileen lagi.
“Tuhkann, gak adil! Kalau Alven ikut, Aileen juga harus ikut.”
“Kamu kan tahu kemampuan aku di futsal. Aku jadi perwakilan sekolah.”
“Aileen juga jadi perwakilan sekolah!” balas gadis itu tak mau kalah.
Perwakilan apaan, paling nanti juara satu dari bawah.
Canda Aileen, canda sumpah. Jangan semprot saya pakai ocehanmu.
“Yaudah. Tapi nanti jangan jauh-jauh dari aku, oke?”
Tentu saja Aileen mengangguk semangat. Memangnya ia bisa berjauhan dengan Alven?
***
“Ini apartemen Alven?”
Sang pemilik tempat mengangguk mengiyakan.
“Gila! Udah gak ditempati berapa abad? Pasti banyak penunggunya.” Aileen bergidik ngeri setelah mengucapkan kalimatnya.
Alven mengusap tengkuknya sendiri. Ia kira Aileen akan merasa kagum, ternyata salah.
“Em, sekitar satu bulan lebih maybe? Semenjak SMA aku udah jarang ke sini.”
“Alven beli sendiri?”
Alven membuka lemari kayu yang berada di tengah kamarnya. “Nggak, lah. Yakali. Ini hadiah dari Kakek aku waktu umur 12 tahun.”Gila, kan. Hadiah ulangtahun aja sampai apartemen. The real of sultan.
“Wahh, udah lama banget dong. Kok gak pernah ajakin Aileen kesini? Baru sekarang aja,” protes Aileen kesal. Ia selalu tahu fasilitas keluarga Alven, hanya apartemen ini yang tidak diketahuinya.Gawat, jangan-jangan ini tempat Alven selingkuh sama cewek lain?
“ALVEN!”
“Astaghfirullah. Pelanin suaranya, cantik, lihat tuh kacanya hampir pecah.”
Aileen mengindahkan peringatan itu. Ia duduk di kasur king size milik Alven, menatap murka punggung tegap yang masih berkutik dengan lemari kayu itu. “Ini tempat Alven selingkuh, ya?! Makanya gak pernah ngasih tahu Aileen!”
Gerakan Alven yang sedang mengambil kaos berwarna hitam dari gantungannya mendadak terhenti. Ia berbalik badan, menatap tak percaya pada gadisnya. “Hadap belakang dulu sebentar.”
“Jawab.”
“Iya, hadap belakang dulu tapi.”
“Mau ngapain emang?!” Aileen berkacak pinggang, kedua alisnya sudah menukik tajam.
“Ganti baju. Mau lihat emang?”
“Mau.”
“Heh!” Alven mendadak menyentak, membuat si lawan bicara tiba-tiba diam dengan wajah datarnya. “Aduin Ibu, nih!” Alven mengangkat tangan ke udara, terlihat seperti ingin menampar Aileen.
Tidak, mana tega ia melakukan hal tersebut pada gadis yang dicintainya. Itu hanya sebuah gertakan, agar Aileen mau berbalik badan sebentar.
Aileen menepuk-nepuk pipi kanannya dengan ekspresi songong. “Sini, tampar Aileen.”
“Kamu tahu aku bukan orang yang kayak gitu, Aileen.” Alven mendesah pelan. Ia mengajak Aileen kesini karena ingin menenangkan diri, hanya gadis itu yang bisa melakukannya. Ancaman Revan benar-benar membuat Alven khawatir.
“Makanya, hadap belakang sebentar ya sayang.”
Alven segera mengganti bajunya, kemudian melempar seragam putihnya ke sembarang arah. Hari ini cukup melelahkan untuknya.
Alven berjalan ke arah kasur, dimana Aileen yang sedang bermain ponsel menghadap tembok dan membelakanginya. Alven bisa melihat wajah gadis itu yang masih saja cemberut.
Hei, coba bayangkan. Bagaimana Alven bisa selingkuh jika yang bisa meluluhkan hatinya hanya Aileen seorang?
Ia memutar tubuh Aileen ke arah kanan hingga menghadap ke depan, meluruskan kakinya yang bersila dan tidur di atasnya dengan paha Aileen sebagai bantalan.
“Main HP mulu, aku nya dikacangin,” kesal Alven namun dengan nada lembut. Tangan besarnya meraih benda pipih yang masih setia berada di genggaman gadisnya itu.
“Ngapain, sih? Balikin. Aileen mau nonton lagi.”
“Nonton Tinkerbell?” ledek Alven setelah melihat layar ponsel Aileen. Ah, pantas saja gadis itu selalu menggemaskan.
“Iya, lah!”
Alven meletakkan benda elektronik tersebut di atas perutnya. Mendongak ke atas, melihat paras cantik Aileen yang merupakan mahakarya terindah dari yang Maha Kuasa, menurutnya.
Alven mengangkat tangannya, menangkup sebelah pipi Aileen yang sehalus kulit bayi. “Gimana ceritanya sih aku bisa selingkuh? Cuma kamu, Aileen, yang berhasil luluhin hati aku. Jangan pernah berpikiran gitu lagi, oke? Aku aja udah niat mau nikahin kamu suatu saat.”
Aileen bisa menebak sekarang tangan Alven ikut memanas karena masih menangkup pipinya.
OKSIGEN MANA OKSIGEN? KASIHIN KE AILEEN SEKARANG JUGAA!
Melihat gadisnya masih diam namun dengan wajah yang bersemu, Alven mengambil tangan mungil Aileen dan meletakkan di kepalanya. “Elusin.”
“Ish, dasar manja,” cibir Aileen, mati-matian menahan bibirnya agar tidak tersenyum. Namun meskipun begitu ia tetap menuruti permintaan prianya.
“Biarin, gantian. Kan biasanya kamu yang selalu manja sama aku.”
“Alven, nginep di sini, yuk. Tempatnya nyaman, Aileen suka.”
Detik itu juga Alven bangkit, selanjutnya berlari ke arah pintu utama dan membukanya paksa. “KELUAR LO SEKARANG JUGA!”
Aileen berjengit kaget. Gimana si, padahal tadi sikap Alven manis dan manja. Masa tiba-tiba berubah secepat ini, kemasukan penunggu apartemen pasti.
“Alven ... kok kasar?”
“Cepet pulang.”
“Alven ngusir ceritanya? Kalau gitu ngapain ajak Aileen kesini.”
Alven mengusap wajah kasar saat melihat ekspresi sendu Aileen. Ia tidak bermaksud untuk sepert itu, tapi— kalian para pria pasti mengerti.
Alven menahan lengan Aileen saat gadis itu hendak melewatinya. “Aku antar.”
“Gak usah,” dingin Aileen tanpa mau menatap Alven sedikitpun.
“Dengerin.” Alven memaksa Aileen untuk menatap manik legamnya. “Kamu boleh nginep di rumah aku, soalnya di sana ada Ayah sama Ibu. Tapi kalau di sini? Jangan.”
“Di sini banyak setannya. Aku takut khilaf.”***
Ayo absen, siapa aja yang kejang-kejang sama kebucinan AileenAlven😗

KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN Friendzone!
Fiksi Remaja"Alven! Aileen suka sama Alven!" "Aku gak mau pacaran, Aileen. Kita masih kecil." *** "Kita udah beda SMA. Tunggu aku tiga tahun, ya?" "Emang penantian Aileen selama ini belum cukup, ya?" "Belum. Kita masih harus berjuang agar bisa benar-benar bersa...