"Udah siap pisah sama aku?" —Alven Ezhard Nerithone
“Abang! Abang! Abang!”
Aileen menggedor kencang pintu kamar sang Kakak. Membuat pemilik kamar ingin menyumpal mulut Aileen menggunakan gitar kesayangannya. Bersisik sekali.
“Abang tukang bakso, mari mari sini aku mau beli~,” senandung Aileen karena Aleo tak kunjung membukakan pintu kamarnya.
“Satu mangkuk saja, 200 perak. Yang banyak baksonya!” Aileen semakin menambah volume suara cemprengnya hingga menggelegar ke seluruh isi rumah.
“Tidak pakai sambal, tidak pakai—”
Brak!
Aleo memukul pintu kamarnya sendiri. “Berisik!” dampratnya.
“Habis Abang gak bukain pintu terus buat Adek,” balasnya melenggang masuk ke dalam kamar Aleo.
Aileen memang di panggil Adek oleh seluruh keluarganya, karena merupakan anak bungsu dari keluarga Mama maupun Papanya.
Ah, bagaimana tidak sempurna kehidupan Aileen jika di perlakukan like a queen oleh keluarganya dan like a princess oleh Alven.
“Gue bukan Abang-Abang,” ketus Aleo karena mendengar nyanyian Aileen tadi.
“Berarti Om-Om?”
Aleo melempar bantal ke arah adiknya, tepat mengenai wajah menggemaskannya. “Bacot.”
“Shtt!” Aileen menempelkan telunjuk di depan bibir tipisnya. “Gak boleh kasar sama Adek.”
“Keluar lo kalau mau hancurin kamar gue!” usir Aleo yang melihat Aileen asik rebahan di kasur yang baru saja ia bersihkan.
“Gak mau, kamar Abang enak.”
“Yaiyalah, orang gue rajin beres-beres gak kayak lo!”
“Males, Abang. Kalau di beresin juga nantinya bakal berantakan lagi. Buang-buang tenaga.”
“Bisa-bisanya orang malas kayak lo jadi juara umum terus di sekolah, cih.” Aleo menggelengkan kepalanya tak percaya.
“Kan otak Adek turunan dari Abang. Jenius,” balas gadis itu tercengir lebar.
“Kalau boleh, gue gak sudi warisin otak berlian gue buat remahan rengginang kayak lo!”
“Takdir, Abang.”
“Keluar, nggak?!” Aleo masih berusaha mengusir adik semata wayangnya.
“Bang Leo jahat!” gadis itu memasang ekspresi melas, namun tak kunjung meluluhkan kekerasan hati sang Kakak. “Adek lagi galau tahu, mau curhat ...,” rengeknya mengguncang lengan Aleo.
“Curhat sama tembok. Gak usah sama gue.”
"Abang sama tembok kan sama aja. Masih satu spesies."
Aleo mengendikkan bahu malas mendengarnya. Bodo lah, terserah!
Aileen merenggut kesal. “IHH! Sekalinya batu ya tetep batu.”

KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN Friendzone!
Fiksi Remaja"Alven! Aileen suka sama Alven!" "Aku gak mau pacaran, Aileen. Kita masih kecil." *** "Kita udah beda SMA. Tunggu aku tiga tahun, ya?" "Emang penantian Aileen selama ini belum cukup, ya?" "Belum. Kita masih harus berjuang agar bisa benar-benar bersa...