[LIHAT SEBELUM HILANG]
[HARGAI SEBELUM PERGI]
"a dark figure doesn't mean he is demon"
_____
[ S E L E S A I ]
"Gue gak nyangka, cewek dengan perdikat baik di sekolah keluyuran malem malem gini, di area balap?"
"Tutup mulut, ya?"
"Yang Lo suruh tutu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
3. COVER
"Jangan nilai orang dari covernya, karena belum tentu yang kita lihat sekarang adalah jati dirinya yang sesungguhnya."
__________
Menjelang sang purnama tepat di atas kepala, terlihat beberapa motor besar telah terparkir di Carrera. Dengan cahaya yang remang remang beberapa remaja terduduk di pinggir jalan untuk menikmati balap yang akan diadakan. Sangat ramai hampir seperti pasar, perkumpulan geng motor tiap Minggu ini selalu rutin diadakan.
Cowok dengan jaket jeans di bahunya itu berjalan menghampiri teman temannya yang sedang asyik menikmati cerutu mereka. Asap mengepul memenuhi ruang udara di Carrera yang terbuka.
"Yo man!" sapa Bagas ketika Alaska telah tiba.
Ditanggapi dengan senyuman, Alaska melihat sekeliling. Benar sekali dia akan turun malam ini, sudah lama semenjak cowok itu tidak turun di area balap membuat dirinya jadi ragu untuk melanjutkan, namun bukanlah Alaska jika mengenal takut atau mundur sebelum mencoba.
"Lawan Lo Arga malem ini." Bagas menghampiri Alaska, menepuk pundak sahabat nya dengan yakin.
"Terus?"
"Ya gapapa, ada kemajuan lah dia," papar Bagas
Alaska sangat yakin dengan kemampuan nya, ia hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. Dia tidak akan meremehkan lawan, ia hanya memercayai bahwa dengan kemampuannya ia bisa memenangkan balap malam ini, semoga Angela dapat bekerja sama sesuai perintahnya tadi.
"Udah dateng tuh!" Bagas menunjuk Arga lawan main balap Alaska yang baru saja datang bersama motornya.
"Semangat, Ka!!" ucap Gema menyemangati, cowok dengan jaket gelembung yang membaluti tubuhnya itu terduduk di rerumputan bersama Gama, saudara kembarnya.
"Lo menang, gue traktir cireng bik Ati deh," lontar Gama, kedua saudara kembar itu terlihat sama persis sekarang dengan baju hitam yang dibalut jaket gelembung dengan warna senada.
Alaska mengangguk mantap. "Sepuasnya kan?" tanya nya, sebab cireng bik Ati masuk kedalam kategori makanan ringan favoritnya, tawaran Gama membuatnya tambah semangat.
"Gundul mu." Gama hendak menyandung kaki Alaska menggunakan kakinya, namun sialnya malah dia yang kesakitan karena kakinya meleset dan mengenai sebuah tiang kecil di pinggir jalan karena gerakan Alaska yang terlalu cepat menghindarinya.
"Anj—!!"
Ketiga cowok itu sontak tertawa, bahagia di atas penderitaan orang lain.
_Indesirable by fanesaca_
"Boleh juga skill Lo, udah lama ga turun tapi—" Cowok dengan rambut panjang sebahu itu tidak melanjutkan kalimatnya, mengulurkan tangan menjabat tangan Alaska. Pemenang balap malam ini.
Alaska tersenyum tipis, balas menjabat tangan Arga. "Lo juga lumayan."
"Kapan-kapan taruhan. Biar seru!" ucap Arga sembari memakai pelindung kepalanya lagi.
Cowok yang mengenakan jaket jeans itu mengangguk, menyetujui. Alaska tidak akan turun lagi di malam malam selanjutnya, ini yang terakhir. Cowok itu juga tak suka jika tanding berlandaskan taruhan, apalagi merugikan orang lain nantinya, cukup bersenang-senang dan mengisi waktu luang saja.
"Gue bilang apa, Alaska pasti memang!" Merangkul pundak sahabatnya yang selalu membuatnya bangga. Bagas tersenyum kemenangan kepada semua orang yang ada disana, perasaannya bahagia, lebih bahagia daripada Alaska kelihatannya.
Bagas mengedarkan pandangan. "Mana tuh bocah?" tanya Bagas kepada Gema karena tidak menjumpai keberadaan Gama.
"Balik dulu dia," jawab Gema, seraya menjabat tangan Alaska.
Alaska merogoh-rogoh saku jaketnya dan celananya, tetapi tidak menemukan apa yang ia cari. Dan langsung menyadari bahwa ia telah lupa mencabut kunci motornya tadi.
"Bentar, kunci motor gue belom gue cabut." Alaska berkata kepada teman-temannya, lantas berlalu dan pergi menghampiri motornya yang masih terparkir apik di pinggir jalan sana.
Keadaan sekitar sudah berangsur sepi, beberapa dari mereka tadi memilih pulang karena balap sudah selesai, hanya ada satu permainan malam ini. Oleh karena itu, Carrera kembali sepi, tinggal beberapa orang yang masih bercengkrama bersama temannya.
Ketika sedang berjalan, netra Alaska menangkap sebuah bayangan wanita disampingnya dan menghirup wangi vanilla, sontak ia menolehkan kepala dan menatap seorang gadis berjalan mendahului nya tanpa melihat kearahnya. Gadis dengan rambut panjang bergelombang dengan jaket kulit hitam yang melindungi tubuhnya serta perawakan tinggi yang tidak asing bagi Alaska, seolah mereka pernah bertemu, tapi dimana? Dan, siapa gadis itu?
Alaska tidak ambil pusing, hingga sedetik kemudian ia tersadar dan ingat jika yang baru saja melintas satu sekolah dengannya yang tempo hari dilihatnya saat gadis itu dihampiri Bagas ketika tengah berlari di pinggir jalan. Alaska jelas mengingat wajah gadis itu, cukup cantik untuk melekat di ingatan Alaska.
Lantas, Alaska mengambil langkah. Berniat memastikan, gadis itu memang dikenalnya atau bukan. Cowok jangkung itu mulai berjalan mendekati gadis beraroma vanilla itu dari belakang, melangkah cepat hingga tangannya terjulur dan memegang pundak gadis itu yang praktis membuat gadis itu terkejut lalu berbalik.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"LO—?!"
Ah— Alaska mengetahui sekarang, gadis dihadapannya ini memang benar orang yang sama yang ia jumpai satu hari lalu, ia juga cukup mengenalnya dengan baik karena sering kali mendengar gadis itu diperbincangkan, tetapi tidak pernah berhadapan dan bersitatap secara langsung seperti malam ini.
Alaska menyadari suatu hal jika gadis di depannya saat ini memiliki dua sisi yang berbeda. Sederhana dan pintar menyimpan rahasia, gadis yang biasa cowok itu lihat dengan segudang predikat baik ternyata diam-diam pandai menyembunyikan kegiatannya di waktu malam.