INDESIRABLE

379 28 0
                                    

28. HAMPIR

"Alaska itu punya masalah yang gak bisa dia bagi walau sama sahabat nya sendiri, lo udah tahu?"

Amela menggeleng, ia masih menatap serius pada sosok cowok bertubuh jangkung disampingnya.

"Tapi gue rasa lo perlu tahu, biar gak ada salah paham lagi,"

"Jujur gue penasaran sama kehidupan Alaska, dia gak pernah cerita tentang bagaimana hidupnya. Apa yang Alaska alami, dia gak pernah berbagi sama gue. Malahan dia yang sering jadi pendengar yang baik tentang keluh kesah gue, gue merasa gagal jadi pacarnya."

"Ya emang dia orang nya kaya gitu," timpal Arkan.

"Jadi Lo mau ceritain soal Alaska?"

oOooOo

Amela menatap menerawang cahaya lampu-lampu kota yang berada dihadapannya melalui kaca besar di rumah sakit ini. Sekelebat percakapan antara ia dengan sahabat Alaska mampu membuat Amela menghela nafas pelan. Alaska menyimpan banyak rahasia, entah itu keluarga maupun kisah romansa nya. Dan baru kemarin, ia mengetahui itu semua, dia merasa tidak berguna sebagai seseorang yang dekat dengan Alaska.

Lantas pandangan gadis itu jatuh kepada sosok pemuda di sampingnya, Alaska tengah duduk di kursi roda. Amela membawa Alaska keluar untuk mencari udara segar karena cowok itu terus meminta agar tubuhnya lepas dari ranjang rumah sakit.

Kata Alaska, "bosen disini terus."

"La," panggil cowok yang duduk di kursi roda itu.

"Ya, mau apa?" Amela berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Alaska.

"Mau keluar, mau nyari udara segar." Alaska menatap memohon, sedari tadi ia membujuk Amela untuk membawanya keluar dari rumah sakit, contohnya ke taman.

"Gak, masih sakit. Di luar dingin, nanti kalo kenapa-kenapa gimana?"

"Gak bakal, aku udah sembuh."

"Apaan, orang masih duduk di kursi roda gini sama masih ada infus nya," ujar Amela, kemudian berdiri.

"Ya makanya lepas, ganggu." Cowok dengan baju rumah sakit itu hendak melepas selang infus yang bertengger di tangannya. Dia merasa risih.

Menggenggam tangan Alaska cepat sebelum cowok itu berhasil melepas infusnya. "Kalo dilepas gak bakal sembuh! Nurut kalo diomongin, jangan kaya anak kecil!"

"Cerewet." Memasang wajah lesu, Alaska kembali menyerah, ia memilih untuk menyandarkan punggungnya pada kursi roda.

"Dih, aku kaya gini juga demi kebaikan kamu!"

"Sejak kapan pake aku kamu?"

Pertanyaan Alaska barusan membuat gadis dengan rambut panjang sepunggung itu bingung, Amela tidak tahu harus membalas seperti apa. Kemudian seulas senyum terukir di wajah ayu nya.

Mendekatkan diri kembali ke arah Alaska, Amela berbisik, "sejak aku mencintaimu."

Alaska mematung, mata yang semula terpejam kini terbuka lebar. Memastikan apa yang ia dengar adalah suara Amela. Dan benar, gadis itu berada tepat dihadapan wajahnya.

INDESIRABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang