30. PULANG
Kedua sorot mata milik pemuda yang tengah duduk bersandar di sandaran ranjang rumah sakit terus menatap pergerakan seorang gadis dengan balutan jaket kulit warna hitam miliknya itu.
Alaska terus memandang apa yang tengah dilakukan Amela, mulai dari membersihkan bungkus makanan yang berserakan di atas meja seusai di nikmati isinya oleh para teman-temannya. Kemudian mengambil sapu dan menyapu lantai karena terdapat beberapa potong makanan terjatuh.
Cowok dengan kaos lengan pendek berwarna hitam dengan bawahan training itu merasa kasihan pada Amela, gadis itu belum juga mengistirahatkan tubuhnya dari semalam. Amela lebih memilih menghabiskan waktunya untuk berbincang dengan Alaska sampai pagi menjelang. Bercerita tentang apapun, tentang bagaimana gadis itu melewati hari tanpa nya. Alaska terus mendengarkan meskipun ia sangat mengantuk akibat efek obat.
Dan sekarang, gadis itu malah memilih membersihkan ruang rawatnya bukannya beristirahat. Alaska ingin sekali memarahi teman-temannya karena tidak mau bertanggung jawab, namun ia tahan karena disini ada Amela.
"La" panggil Alaska
Amela menoleh, kemudian berjalan menghampiri Alaska dengan sapu yang masih digenggamnya.
"Apa? Butuh apa?"
Alaska menggelengkan kepala lantas menepuk kursi disebelahnya. "Duduk sini, istirahat dulu."
"Aku mau beres-beres, berantakan kaya kapal pecah tuh. Aku juga belum beresin baju kamu di lemari, kan mau pulang." Amela menjelaskan apa yang akan ia lakukan.
Alaska telah dibolehkan pulang oleh dokter kemarin, Amela sangat senang berlebih hingga mengundang para teman-teman Alaska untuk mengadakan pesta kecil-kecilan, tak disangka bahwa semalam akan rusuh seperti pasar jauh dari perkiraan Amela.
Seperti, Bagas yang membawa kedua pacarnya sekaligus, Gema dan Gama yang lebih memilih bermain PlayStation dengan umpatan-umpatan yang keluar sehabis dikalahkan oleh salah satu diantaranya. Arjuna yang sibuk menghabiskan beberapa cemilan yang disediakan Amela sembari menonton anime di ponsel genggam nya.
Sedangkan cowok bertubuh jangkung hanya memperhatikan tingkah kawan-kawannya, Arkan lebih memilih menghabiskan waktunya untuk membaca buku atau memainkan alat, seperti gitar yang semalam dengan sengaja Bagas bawa, biar tidak jenuh katanya. Juga dengan kedua sahabat Amela, Felly dan Acha bernyanyi bersama dengan alunan petikan gitar yang dibawakan Arkan.Alaska menatap sekeliling, memang ruang rawat inapnya seperti kapal pecah.
"Aku bantu gimana?" tawar Alaska, mendudukkan tubuhnya. "Kamu nanti capek, terus sakit. Habis ini mau perang, kan?"
Amela paham maksud perkataan Alaska, iya, gadis itu sudah memilih ia akan melanjutkan pendidikannya dimana. Amela harus memperjuangkan apa yang ingin ia capai dengan sekuat tenaga. Semoga mendapatkan hasil yang maksimal meskipun ia belum belajar dengan giat. Lebih sibuk bermain dan menikmati masa akhir sekolah menengah atas tanpa peduli kerasnya hidup setelah lulus SMA nanti.
"Laska, kamu juga harus istirahat. Kita sama-sama berjuang, biar aku aja yang bersihin ini. Kamu fokus ke kesehatan kamu dulu, baru bisa perang bareng" kukuh Amela seraya mengusap lembut surai hitam legam milik Alaska.
"Makasih, ya. Aku beruntung bisa kenal sama kamu, la. Aku gak sempurna buat kamu, tapi kamu pelengkap kesempurnaan itu. Kamu bisa nerima aku apa adanya, aku bersyukur karena tuhan masih memberi aku waktu buat memperbaiki apa yang pantas untuk dibenahi lagi. Aku diberi kesempatan hidup untuk membuat orang-orang disekitar aku bahagia dan bangga, bantu aku ya, la?" Alaska berkata panjang lebar, ia menatap dalam manik mata milik Amela.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDESIRABLE
Teen Fiction[LIHAT SEBELUM HILANG] [HARGAI SEBELUM PERGI] "a dark figure doesn't mean he is demon" _____ [ S E L E S A I ] "Gue gak nyangka, cewek dengan perdikat baik di sekolah keluyuran malem malem gini, di area balap?" "Tutup mulut, ya?" "Yang Lo suruh tutu...