26. RAPUH
Pukul setengah dua belas malam, Amela telah sampai di rumah sakit tengah kota ini, tempat dimana Alaska dirawat. Gadis itu memberikan beberapa lembar uang kepada supir taksi, kemudian dengan langkah seribu membuka pintu taksi tersebut, lantas berlari memasuki rumah sakit dengan perasaan cemas yang tidak dapat dibendung.
Amela tidak tahu dimana Alaska dirawat, gadis itu tidak sempat bertanya lebih kepada Arga karena menutup panggilan sepihak akibat dilanda rasa khawatir.
Melihat ke sekeliling penjuru, Amela menghampiri salah satu suster dan bertanya, "sus, tadi ada korban kecelakaan, dibawa kemana? di ruangan mana?" tanya gadis itu dengan nada memburu, dan dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Pasien atas nama siapa?" Suster itu membuka lembaran yang ia bawa.
"Alaska."
"Pasien masih berada di ruang operasi. Dari sini tinggal lurus saja, terus belok ke kiri," jelas suster tersebut, kemudian berlalu pergi.
Amela mematung selama beberapa detik, ia sangat terkejut karena apa yang dikatakan suster itu barusan. Ruang operasi? Separah itu, kah?
Melangkahkan kakinya yang sedikit bergetar itu menuju ruang operasi, Amela makin kalut sekarang. Ia mengepalkan tangannya kuat, untuk mencegah tumpahan air mata yang siap meluruh sewaktu-waktu. Dirinya berusaha tegar, padahal jelas tidak bisa, air matanya sudah meluruh tanpa diminta. Alaska sudah memiliki posisi tersendiri di dalam lubuk hatinya, cowok itu mampu membuat Amela merasakan perasaan yang sama sekali belum pernah ia rasakan sebelumnya.
"Mel!" Bagas sontak berdiri dari duduknya dan menghampiri Amela yang baru saja datang.
"Alaska, mana?" tanya Amela dengan tatapan sendu.
Arga berjalan mendekat, menggapai tangan sepupu nya itu. "La, lo mending duduk dulu. Tenangin diri, lo."
"Gimana gue bisa tenang, ga?!" balas gadis itu merasa lelah.
"Alaska lagi ditangani dokter, lo tenang aja, ya? Berdoa semoga Alaska baik-baik aja dan cepet sembuh," ujar Gema menghampiri.
Menganggukkan kepalanya yang terasa berat, mungkin dia harus bersabar dan meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja. Nampak di sorot mata yang lelah itu juga wajah yang terlihat pucat, Amela sudah tidak ada tenaga untuk menopang dirinya sendiri.
"Duduk, gih." Arga menyuruh Amela untuk duduk di kursi tunggu, ia ikut merasakan bagaimana perasaan Amela saat ini. "Gue beliin minum, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
INDESIRABLE
Teen Fiction[LIHAT SEBELUM HILANG] [HARGAI SEBELUM PERGI] "a dark figure doesn't mean he is demon" _____ [ S E L E S A I ] "Gue gak nyangka, cewek dengan perdikat baik di sekolah keluyuran malem malem gini, di area balap?" "Tutup mulut, ya?" "Yang Lo suruh tutu...