Septian tengah makan siang di kantin bersama Lea. Ketika tengah asyik-asyiknya menyuapkan bakso kecil ke mulut, tiba-tiba di hadapannya lewat Sevila bersama dengan teman-temannya. Septian sontak menghentikan makan dan mengelap sudut bibirnya dengan tisu. Takut kotor, kan malu.
Sevila terlihat memesan bakso juga. Setelahnya, para gadis itu menduduki bangku yang tepat berhadapan dengan Septian. Septian jadi gugup sendiri. Apalagi posisinya dengan Sevila berada di satu garis yang lurus.
Jangan ngelihatin, plis!
Septian pura-pura tidak melihatnya. Ia fokus kembali makan meski kini cara makannya terlihat sangat kaku dan membuat sudut bibirnya benar-benar kotor terkena kuah saus. Lea yang menyadarinya sontak mengambil tisu dan mengelap bibir Septian. Saking gemasnya, Lea juga mencubit pipi Septian.
Tidak tahu saja mereka, jika Sevila tengah menyaksikan kemesraan keduanya dengan hati yang tersayat-sayat.
***
"Menurut kamu, alasan kenapa cowok dan cewek berteman?" Tanya Sevila pada Femi ditengah-tengah guru menjelaskan.
"Maksudnya?"
"Ya ... Kenapa mereka memilih berteman?"
"Karena nggak ada rasa?" Jawaban Femi terdengar ragu.
"Kenapa nggak ada rasa?"
"Mungkin awalnya dikira saling suka, ternyata nggak ada rasa, makanya temenan."
"Bisa jadi." Gumam Sevila. "Tapi, kalau dari awal nggak pernah saling suka?"
"Mungkin mereka pura-pura temenan padahal dalam hatinya ada rasa. Lagian jaman sekarang mana ada pertemanan cewek cowok yang murni, Sev."
"Iya, sih." Berarti mereka emang pacaran.
Setelah kejadian di kantin tadi, Sevila jadi tidak fokus belajar. Dia hanya melamun, mencoret-coret buku kosong dengan pulpen. Sampai akhirnya dia ditegur oleh guru yang menerangkan karena terus melihat ke arah jendela.
Sevila mengutuk dirinya sendiri. Kenapa sih, jatuh cinta harus serumit dan semenyebalkan ini?
Oh, tidak. Semua ini hanya karena Sevila salah orang.
Tapi, untuk apa Septian waktu itu sok-sokan membantunya. Seakan-akan dia memang peduli padanya?
Lagi-lagi, ini semuanya adalah tentang perasaan cewek yang gampang baper.
***
Setelah begadang karena main game online, akhirnya Septian baru hendak tidur di jam 3 pagi. Sebelum itu, dia lagi-lagi mengecek akun Instagram di ponselnya. Harap-harap ada DM masuk lagi dari Sevila.
Septian menatap tampilan ponselnya. DM dari Sevila masih berada di tempatnya. Tidak pernah ia hapus. Bahkan tak pernah ia balas.
Tunggu. Apa? Tidak pernah dibalas. Septian mengetuk-ngetuk dahinya. Bodoh! Kenapa selama ini dia bersikeras menunggu kelanjutan antara mereka jika ternyata dia sendiri yang memutuskan saat itu juga.
Padahal Sevila sudah rela mengiriminya pesan duluan, padahal kan cewek ratunya gengsi. Seharusnya Septian membalas DM Sevila saja waktu itu, mungkin Sevila juga akan membalasnya lagi hingga akhirnya chat mereka memanjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of September [end]
Teen FictionSeptian lahir pada awal bulan September, begitupun dengan Sevila. Keduanya memiliki nama yang hampir sama. Septian dan Sevila sama-sama bodoh dalam dunia per-bucinan. Keduanya bertemu tanpa sengaja, menjalin ikatan batin dan mengulas hari dengan pen...