Di penghujung bulan, Sevila menerima ajakan Septian untuk pergi jalan-jalan berdua untuk kedua kalinya. Bertepatan hari Minggu, Sevila memang biasa pergi kalau hari libur.
Dia meminta izin pada Mamanya untuk pergi main bareng temennya tanpa menyebutkan gender, karena Papanya sedang ada urusan di luar kota sejak 2 hari yang lalu. Mamanya bukan tipikal orang tua yang akan selalu kepo dengan urusan anaknya. Menurut Santi, sangat penting menghargai privasi sang anak.
Sevila bersiap-siap mengenakan jeans dan kaos oversize berwarna abu-abu yang ujungnya ia masukkan ke dalam celana. Septian menjemput Sevila di depan gang, karena memang Sevila sengaja berjalan lebih dulu saat Septian masih di perjalanan.
Ganteng doang, jemput cewek depan gang!
Setelah Sevila berada di boncengan Septian, mereka kemudian melaju untuk pergi ke suatu tempat. Tempat tujuan Septian adalah sebuah tempat wisata berupa bangunan jaman dulu yang banyak sekali dikunjungi orang karena terdapat banyak spot foto yang menarik.
Septian pikir kalau perempuan biasanya suka foto-foto dan upload di sosial media.
Setelah membayar karcis, Septian dan Sevila berjalan bersisian masuk ke dalam melewati gapura. Septian menggenggam lengan Sevila, menjaganya agar tetap berada di sampingnya.
Sevila senang dengan tempat itu. Banyak sekali yang datang ke sana, dan juga ada anak-anak muda seusia mereka.
Jika dipikir-pikir, usia anak SMA kelas 10 jalan bareng pasangan memang masih terlihat bocil. Tapi Sevila hanya ingin berjalan-jalan. Toh, dia bukan jalan bareng pacar, tapi dengan teman dekat.
Benar perkiraannya, Sevila meminta Septian untuk memotretnya dengan ponsel. Tak lama, Sevila menguploadnya di Instastory.
Betapa terkejutnya Septian ketika mendapati Lea juga ada di tempat itu bersama Dino. Lea langsung saja menghampiri Septian dan menyapanya.
"Lo juga di sini?" Pekik Lea girang. Dia senang, akhirnya Septian pergi jalan-jalan juga di hari libur. Biasanya cowok itu hanya sibuk ngegame, atau dipaksa nganter belanja Kakaknya, dan opsi terakhir hanya terpaksa jalan bareng Lea karena Dino lagi sibuk sama tugas kuliah.
"Sama siapa?" Tanya Lea. Posisi Sevila yang membelakangi membuatnya tak mengenali.
Saat Sevila berbalik, Lea langsung tersenyum. "Oh, Sevila."
"Hai, Kak." Sapa Sevila ramah. Jujur, setelah dia mengenal Lea secara langsung seperti ini membuatnya merasa sedikit malu dengan kelakuannya dulu. Bisa-bisanya dia cemburu pada Lea padahal dia hanya teman Septian.
Tapi bukannya cewek begitu? Dia kan suka banget cemburu kalau pasangannya dekat dengan cewek lain. Tak peduli itu hanya teman atau siapanya.
Tapi masalahnya, Sevila kan bukan siapa-siapanya Septian. Jadi dia seharusnya tak boleh cemburu.
"Widih, double date kita." Celetuk Lea.
"Ogah ah. Gue nggak mau jalan sama cewek cerewet kayak lo!" Tolak Septian. Dia meraih tangan Sevila, mengajaknya untuk pergi menjauh dari Lea dan Dino.
Lea menyoraki mereka dari jauh. Setelahnya tertawa lantang.
Di tempat lain, Septian dan Sevila memilih untuk istirahat sejenak.
"Jadi udah tahu tujuan ke depannya mau ngapain?" Tanya Septian tiba-tiba.
"Kuliah?" Tanya Sevila balik.
"Iya."
"Aku belum ada targetan mau kuliah di mana. Tapi aku akan berusaha mempertahankan nilai aku dan fokus belajar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of September [end]
Подростковая литератураSeptian lahir pada awal bulan September, begitupun dengan Sevila. Keduanya memiliki nama yang hampir sama. Septian dan Sevila sama-sama bodoh dalam dunia per-bucinan. Keduanya bertemu tanpa sengaja, menjalin ikatan batin dan mengulas hari dengan pen...