8.

17 5 0
                                        

Septian mengirim chat pada Naira, meskipun mereka saling berhadapan di meja besar tempat makan siang bersama teman-temannya sekelas.

Ada yg mau gw tanyain, bs ktmu di luar?

Naira mengernyit membaca pesan Septian. Tumben sekali cowok itu. Padahal mereka tidak terlalu dekat di kelas. Bahkan memang hampir tidak pernah bercengkrama.

Naira tidak membalasnya. Namun saat Septian meliriknya, Naira mengangguk dan kemudian pergi duluan ke luar. Izin ke toilet pada teman-temannya.

Setelah 2 menit, Septian baru beranjak ke luar.

Di tempat bertemu, Naira sudah senyum-senyum sendiri. Dia sudah mengerti sekarang, sepertinya hal yang mau ditanyakan Septian ada hubungannya dengan Sevila. Atau mungkin tanpa sepengetahuan Naira, mereka sudah berada di tangga yang jauh.

"Ada apa?" Tanya Naira. Meskipun suka jahil, tapi Naira terkenal jutek di antara teman-temannya.

"Gue mau nanya."

"Nanya apa, hm?" Naira tidak sabar menunggu Septian mengutarakan pertanyaannya. Apakah akan sangat lucu hingga membuatnya ngakak?

Kira-kira, langsung gas comblangin aja nggak ya?

"Tadi maksud lo ngedipin gue apaan? Lo kan udah ada cowok." Ujar Septian cepat.

Naira menganga. Tak habis pikir dengan pertanyaan yang menurutnya sangat tidak penting seperti itu.

"Lo baperan amat jadi cowok. Sampe ditanyain segala."

"Maksud gue nggak gitu. Ada apa? Tadi ... Kayaknya lo lagi sama adik kelas."

Naira senyum-senyum jahil, membuat Septian semakin penasaran dibuatnya.

"Sejujurnya, gue udah tahu kalau lo sama Sevila lagi dekat."

"Dekat?"

"Iya, kan? Buktinya Sevila nanya-nanyain lo ke gue. Karena gue sekelas sama lo."

Jantung Septian berdebar cepat. Demi apa? Jadi Sevila sudah bertindak sejauh itu? Apa dari awal saat Sevila mengetahui Instagramnya pun hasil dari bertanya-tanya pada Naira?

"Eh, sorry. Gue kayaknya keceplosan." Ungkap Naira. Padahal dia sengaja, dia sudah merasa gemas sekali dengan keduanya. Kalau Naira tidak bertindak lebih, keduanya hanya akan saling bertanya-tanya tanpa menemukan jawaban yang diinginkan.

"Lo naksir kan sama dia?" Tanya Naira telak.

"Nggak!" Sanggah Septian cepat.

"Terus kenapa lo kepo banget sama urusan tadi pagi? Kan udah lewat. Kalau lo kepo, artinya lo ada rasa."

"Gue cuma penasaran aja, nggak boleh?"

"Boleh. Gue bersedia kok jadi mak comblang kalian."

"Ngaco!"

Naira tertawa. "Gue pikir kalian saling suka. Kayaknya Sevila juga naksir sama lo. Tapi pas gue tanya, dia mengelak. Sepertinya, ada sesuatu yang membuat dia nggak terbuka sama gue. Seperti misalnya, dia takut buat ngungkapin karena mungkin lo terlalu tertutup buat dia."

Septian teringat perkara DM yang tidak dibalasnya. Sepertinya benar dugaannya. Sevila menganggap dirinya tidak tertarik, mungkin, hanya karena Septian tidak membalas DMnya.

Arghh. Bodoh. Sekarang Septian jadi salah tingkah sendiri.

"Septian? Naira? Woy!" Panggilan dari Lea membuat keduanya menoleh. "Ayok, makanannya udah datang!"

Story of September [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang