Selesai mandi dan berganti pakaian tidur, Sevila menyempatkan diri untuk skincarean malam dulu. Dia menatap pantulan dirinya di depan cermin. Tidak menyangka jika di tahun ini seorang Sevila Anugerah sudah mengalami dunia percintaan remaja. Dia sudah menemukan sosok laki-laki yang membuatnya jatuh cinta, kemudian pergi jalan berdua. Meski pun ada sedikit drama bohong pada Papanya yang belum mengizinkan dirinya untuk pacaran. Tapi rasanya terasa seru.
Sevila berjanji tidak akan bohong lagi pada Papa. Kalau pun nanti Septian mengajaknya pergi lagi, mungkin Sevila akan jujur saja.
Tapi dia juga kan tidak ingin pacaran dulu. Sepertinya Septian juga memaklumi itu.
Setelah skincarean, Sevila merebahkan dirinya di atas ranjang. Hangat saat tubuhnya diselimuti oleh selimutnya yang tebal.
Sebelum tidur, Sevila mengecek ponselnya. Dia mengirim pesan pada Septian,
Udah sampai rumah Kak?
Sekitar 5 menit kemudian, Septian baru membalas.
Udah
Ini udah mau tidur
Good night ya
Night to Kak
Sevila mematikan ponselnya. Dia merasa sudah seperti pasangan kekasih saja dengan Septian.
Oh, jadi ini rasanya punya seseorang yang spesial dalam hidup?
***
Minggu pagi, Sevila memutuskan untuk tidak pergi kemana-mana. Padahal Femi dan Renata mengajaknya joging, tapi Sevila menolaknya karena dia merasa ingin di rumah saja.
Setelah selesai sarapan, Sevila membantu Mamanya yang tengah merapikan tanaman di halaman belakang. Sementara sang Papa tengah mencuci mobilnya sendiri.
"Gimana malam Mingguannya? Seru?" Tanya Santi disela-sela memotong rumput.
Sevila berbalik menatap Mamanya. Disinggung soal semalam, rasanya tidak nyaman. Sevila hanya kembali merasa diingatkan akan dosanya yang sudah sedikit membohongi sang Papa.
Sevila menggeleng tegas, berusaha menghilangkan pemikiran negatifnya.
"Seru kok, Ma."
"Mama juga jadi pingin muda lagi. Pingin malam Mingguan kayak begitu. Dulu, zaman Mama, pas malam Mingguan itu mainnya bukan ke mal, tapi ke pasar malam. Lebih seru!"
Sevila jadi tertarik. Tapi sekarang sudah jarang ada pasar malam. Sebenarnya ada sih tempatnya yang rutin mengadakan pasar malam, tapi letaknya sangat jauh dari area rumah Sevila.
"Mama malam Mingguan aja sama Papa. Kan sama aja."
"Iya sih, tapi Papa kamu tuh sekarang udah susah diajakin keluar malam. Katanya, kalau ada waktu luang di rumah lebih baik dipakai istirahat."
"Papa kan kerja Mah siangnya, jadi mungkin lelah."
"Iya, Mama mengerti kalau itu. Mama cuma rindu aja sama suasana remaja kayak kamu."
Sevila melanjutkan mencabuti daun-daun yang kering dari tanaman peliharaannya Mama. Setelahnya, dia mengambil selang dan kemudian mulai menyirami tanamannya. Mumpung masih pagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Story of September [end]
Teen FictionSeptian lahir pada awal bulan September, begitupun dengan Sevila. Keduanya memiliki nama yang hampir sama. Septian dan Sevila sama-sama bodoh dalam dunia per-bucinan. Keduanya bertemu tanpa sengaja, menjalin ikatan batin dan mengulas hari dengan pen...