Sejak menginjakkan kaki di rumah, Sevila tak bisa berhenti untuk tersenyum. Bukan hanya dari sekolah, tapi ternyata keluarganya di rumah juga sudah menyiapkannya kejutan. Bahkan sebuah pesta kecil-kecilan yang dihadiri oleh beberapa sanak saudaranya yang tinggal di kota yang sama.
Sevila menyimpan kantong berisi kado-kado pemberian teman-temannya. Dia menuju ke ruang tengah, dimana tempat kejutan untuknya diadakan. Sebuah kue tart besar berwarna cokelat dengan lilin berangka 16 di atasnya. Sevila segera meniup lilin itu. Sontak, lagu selamat ulang tahun terdengar nyaring dari TV yang sudah disambungkan dengan DVD.
Beberapa sepupunya memberikan kado pada Sevila, kemudian terakhir dari Mama dan Papanya. Sebuah kado berukuran sedang yang membuat Sevila bertanya-tanya apa isinya.
"Selamat ulang tahun, Sayang." Ucap Mama Sevila seraya mencium keningnya. Kemudian gantian dengan Papanya.
Sevila tak bisa lagi mendeskripsikan betapa bahagianya dia hari ini. Seolah-olah, tahun-tahun sebelumnya yang sempat ia rasakan hambar ketika ulang tahun terbayar lunas.
Sevila berdoa dalam hati, semoga bukan hanya tahun ini dia berbahagia. Semoga tahun-tahun ke depannya pun dia masih memiliki kesempatan untuk merayakan hari ulang tahunnya seperti ini.
***
Malam hari, di kamar Sevila. Gadis itu sibuk membuka-buka kado dari semua orang yang memberikannya. Ada yang memberi kado hoodie oversize berwarna pink, gantungan kunci bergambar foto Oppa Korea idolanya, buku harian yang bersampul Barbie, satu paket lipstik berwarna cerah, boneka beruang berwarna cokelat dengan pita merah di lehernya, ada juga yang menghadiahinya sandal, sepatu, kalung, hingga kado terakhir yang dibukanya adalah pemberian Mama dan Papanya.
Sevila menutup mulutnya agar tidak berteriak ketika melihat isi kado dari Mama dan Papanya. IPhone keluaran terbaru yang diidam-idamkannya selama ini. Sevila langsung saja memindahkan sim card dari ponsel lamanya pada ponsel barunya tersebut. Dia segera menyalakannya, kemudian hal pertama yang dicobanya di ponsel baru adalah berselfie ria.
Cekrekk
Cekrekk
Cekrekk
Sevila puas dengan hasilnya. Sekarang dia bisa memposting foto dengan gaya ala-ala Selebgram yang sering dilihatnya. Ngomong-ngomong soal Instagram, Sevila jadi teringat cowok yang ditemuinya tadi di sekolah. Bahkan, kantong yang diberikannya sudah Sevila lipat dengan rapi di atas meja belajar.
Sevila sangat yakin sekali, jika cowok itu adalah kakak kelasnya.
Terlanjur penasaran, Sevila nekad menanyakannya pada Naira. Naira si ketua ekskul Bahasa yang sudah kelas 12. Siapa tahu cowok itu juga anak kelas 12.
***
Iya Kak, bener yang itu orangnya.
Sevila dan Naira bertukar chat di WhatsApp. Sevila sampai meminta foto kelas Naira karena sedari tadi kakak kelasnya itu kebingungan menebak siapa anak karate yang kemungkinan satu angkatan dengannya. Pasalnya itu terlalu umum, dan Sevila juga tak bisa menjelaskan detail orangnya secara jelas. Dia hanya melihat cowok tadi yang membantunya membawa seragam Karate yang dilipat. Wajahnya masih sangat pasaran di mata Sevila.
Sevila merasa dia beruntung hari ini. Karena ternyata cowok tadi adalah teman satu kelasnya Naira.
Itu namanya Septian Pramudia Harahap.
Dia emang udah ikut Karate dari kelas 10.
Sevila akhirnya mengetahui namanya. Septian. Ah, jika dipikir-pikir nama cowok itu hampir mirip dengan namanya. Septian dan Sevila.
"Apa jangan-jangan dia lahir bulan September juga?" Tanya Sevila pada dirinya sendiri.
Dia hendak menanyakannya pada Naira, namun urung karena merasa malu. Takutnya Naira akan berpikir berlebihan. Tiba-tiba saja Sevila menanyakan kakak kelas, cowok pula, itu saja sudah cukup memalukan untuk Sevila.
Thank ya, Kak Naira.
Sevila memutuskan untuk mengakhiri chatting dengan Naira. Lama-lama dia takut Naira benar-benar akan mencurigainya, bahkan menuduhnya yang tidak-tidak.
Oh, ayolah. Sevila hanya bertanya.
***
Namanya juga perempuan, sekali kepo pasti akan keterusan. Untung Sevila mendapat nama lengkapnya, jadi dia bisa dengan mudah mencari akun Instagramnya. Kurang dari 5 menit, Sevila tersenyum lega. Dia menemukan akun cowok itu.
Ternyata, akunnya diprivat. Sevila menghela napas lemas. Padahal kan dia mau melihat-lihat fotonya. Sevila sudah terlanjur penasaran dengan cowok itu.
Saat sedang asyik melihat akunnya Septian yang diprivat, Mama Sevila memanggilnya. Tak sengaja, jari Sevila memencet tombol "follow" tanpa disadari. Sevila menyimpan ponselnya kemudian keluar dari kamar untuk menemui Mamanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of September [end]
Ficção AdolescenteSeptian lahir pada awal bulan September, begitupun dengan Sevila. Keduanya memiliki nama yang hampir sama. Septian dan Sevila sama-sama bodoh dalam dunia per-bucinan. Keduanya bertemu tanpa sengaja, menjalin ikatan batin dan mengulas hari dengan pen...