ignore time stamp and typo.
happy reading."Vis ini ilegal" ucap Rissa kepada clovis.
"Ilegal lo bilang? Balikin pistol lo berdua" ucap Clovis dengan nada yang sedikit di naikkan.
"Oh oke" ucap Rissa lalu memberikan pistolnya.
'Ctak'
"Berarti kalo gue bunuh orang itu legal dong" ucap Clovis yang langsung menodongkan pistol ke arah Rissa lalu Arsen segera menarik tubuh Rissa kebelakang.
"Gue masih punya 1 kalo lo lupa" ucap Arsen lalu menodongkan juga ke arah Clovis sambil tangannya memegang tangan Rissa.
"Kayaknya kalo gue bunuh lo ga bakal ada kasus, soalnya kan gue orang asing" ucap Arsen sambil ingin menarik platuk.
"Gue bisa bunuh kalian ber 2 disini" ucap Clovis sambil tersenyum melihat sekeliling.
"Haha lo pikir lo doang yang bisa" ucap Arsen yang menjauhkan Rissa dari dirinya dan Clovis dan mengambil ancang ancang.
"Sen!" Teriak Rissa lalu mendekat ke arah Arsen.
"Udah, kita ga ada urusan sama dia, toh dia yang minta tolong sama kita" ucap Rissa lalu menarik tangan Arsen.
"Nih makasih identitasnya, sayang nya gue ga butuh" ucap Rissa lalu melemparkan identitas palsu ia dan Arsen.
"Riss, sorry ris gue emosi" ucap Clovis dengan nada lemah.
"Gue-" ucap Clovis terpotong.
"Lo siapa?" Tanya Rissa yang sudah berada di depan Arsen.
"Oke kita pergi" ucap Rissa lalu menarik tangan Arsen untuk meninggalkan tempat itu, dengan Clovis seorang diri.
"Riss, sorry harusnya gue ga percaya sama sembarang orang" ucap Arsen saat duduk di tempat makan itu.
"Loh kenapa minta maaf? Kan itu salah kita ber 2 bukan salah lo doang, gue juga salah harusnya ga ngomong gitu, ayolah jangan merasa bersalah gitu" ucap Rissa sambil tersenyum.
" Tapi lo ga kenapa-napa kan?" Tanya Arsen yang melihat Rissa sedang memakan makanannya itu.
"Gue? Gue ga kenapa-napa" jawab Rissa.
"Huhh syukur deh" ucap Arsen lega.
"Mumpung masih sore,gimana kalo kita cari penginapan, gue capek" ucap Rissa yang meregangkan tangannya.
"Yuk" ajak Arsen sambil tersenyum.
Setelah mereka memakan makanannya mereka pun membayar dan keluar.
Menikmati angin sore, melihat kendaraan yang berlalu lalang, melihat dedaunan yang berjatuhan di pinggir jalan, berbincang sambil berjalan, dan melupakan masalah sejenak. Sampai tak terasa mereka sudah sampai ke penginapan."Kita pesen 1 kamar" ucap Arsen saat datang di tempat itu.
"Eh 2 kamar" ucap Rissa cepat sambil melihat Arsen sinis.
"Loh kenapa? 1 aja biar hemat" ucap Arsen tersenyum jahil.
"Ih gak mau, 2 kamar aja" ujar Rissa sambil mengangkat 2 jari telunjuk dan tengah.
Resepsionis itu tersenyum melihatnya dan memberikan 2 kunci ke mereka setelah sudah memesan, lalu mereka menuju kamar masing masing.
"Inget kalo ada apa apa telpon" ucap Arsen memperingati dan di jawab Rissa dengan tangan berbentuk tanda oke.
'Brakk'
Rissa menjatuhkan dirinya ke kasur begitupun Arsen di kamar depannya.'Drrtt'
'Drttt'Handphone Rissa sudah berdering selama setengah jam di saku celana Rissa mengangkat telpon itu dengan setengah sadar.
"Halo" ucap Rissa sambil menempelkan handphone itu ke telinga.
"Clarissa aileen?" Tanya orang yang ada di telpon.
Merasaa asing dengan suaranya Rissa terbangun dan membuka matanya.
"Iya, dengan siapa saya berbicara?" Tanya Rissa kepada orang itu.
"Saya pak agam" ucap orang itu lalu mata Rissa terbuka lebar dengan menutup mulutnya dengan tangan dan segera keluar dari kamar menuju kamar Arsen sambil handphone yang masih ada di telinga.
"Aduh apaan si Riss" ucap Arsen yang sedang tertidur.
" pake baju dulu anjir" ucap Rissa yang langsung membelikan badan dengan tangan menutup handphone takut jika Pak agam mendengar.
"Eh sorry ris" ucapnya lalu memakai baju.
"Siapa tu" ucap Arsen lalu di tutup mulutnya oleh Rissa.
"Sstt, jangan keras keras" ucap Rissa berbisik.
"Pak agam" ucap Rissa dan Arsen pun sama kagetnya dengan Rissa Lalu memencet speaker.
"Halo kamu masih disana?" Tanya pak agam.
" ah iya maaf pak agam siapa ya?" Tanya Rissa.
"Lho cullen belum cerita ke kamu ya?" Ucap pak agam.
"Papa saya? Belum pak, memang ada apa ya?" Tanya Rissa.
"Sebentar saya akan memberi tahu cullen, saya matikan sebentar ya, nanti saya telfon lagi" ucapnya lalu mematikan telfon.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
oneirataxia end
FantasiaSaat dunia lain bisa menyeberang ke dunia lainnya dan memicu masalah terbesar bagi semuanya. 1 masalah muncul dan masalah lainnya muncul. Hal itu pula yang terjadi pada Clarissa dan Deon. Niat hati membantu menemukan siapa dalang dari pembunuh oran...