BAB 3 - Dewa Pemulung; Memasuki Ibu Kota Surgawi untuk Ketiga Kali

94 11 1
                                    

Buku Satu –  Hujan Darah Mengedari Bunga

BAB 3 – Dewa Pemulung; Memasuki Ibu Kota Surgawi untuk Ketiga Kali

Dia adalah tuan dari hari-hari yang terlupa, jatuh hingga di titik di mana ia menjadi bahan olok-olokan bagi tiga alam tanpa adanya persembahan, kuil ataupun hamba. Sedangkan dua pelayan yang dulu melayaninya kini berhasil melewati bencana surgawi dan menjadi dewa bela diri yang memerintah wilayah masing-masing.

Dengan situasi yang seperti itu, sangat tidak mungkin bagi orang lain untuk tidak terlalu memikirkan hal itu. Jika Xie Lian disuruh memilih di antara Feng Xin dan Mu Qing dengan pertanyaan siapa di antara mereka yang membuatnya merasa lebih canggung, Xie Lian akan menjawab, “keduanya sama sekali tidak masalah!”. Namun, jika orang lain harus memilih apakah mereka lebih ingin melihat Xie Lian dengan Feng Xin atau Xie Lian dengan Mu Qing, maka itu semua akan tergantung selera yang melihat. Bagaimanapun, mereka semua memiliki alasan yang cukup kuat untuk berkelahi satu sama lain; ini akan menjadi pilihan yang sulit.

Itulah kenapa semua orang sangat kecewa ketika Feng Xin sama sekali tidak merespons, sama sekali tidak menjawab dengan satu kata pun, lantas kemudian pergi.

Dengan begitu, Xie Lian akhirnya merampungkan apa yang baru saja terjadi. Dia berujar, “Sama sekali tidak terpikirkan olehku kalau semuanya akan menjadi seperti ini. Semuanya sama sekali tidak ada unsur kesengajaan, aku benar-benar minta maaf kepada semua orang karena telah membuat masalah.”

Mu Qing menjawab dengan sarkastik, “Oh, kebetulan sekali kalau begitu.”

Kebetulan. Xie Lian juga berpikir bahwa semua ini terlalu kebetulan. Bagaimana mungkin dia tanpa sengaja menjatuhkan keleneng ke Mu Qing dan memporak-porandakan istana Feng Xin? Jika dipandang melalui pandangan orang luar, hampir-hampir ini bisa dikatakan sebagai sebuah balas dendam yang diniati. Tetapi sejujurnya, Xie Lian adalah tipikal orang yang akan mendapat gelas beracun di antara seribu gelas anggur merah.

Tetapi pada dasarnya, setiap orang tidak bisa mengatur apa yang akan dipikirkan orang lain. Oleh karena itu Xie Lian hanya mampu menjawab, “Aku akan berusaha semampuku untuk mengganti istana-istana emas dan juga kerusakan lain, kuharap kalian mau memberiku sedikit waktu.”

Bahkan jika dipikir dengan picik, sangat jelas jika Mu Qing ingin kembali menanggapi dengan sinis. Tetapi istana emasnya sama sekali tidak mengalami kerusakaan, dan keleneng yang jatuh sudah terbelah menjadi dua; jika dia terus saja menanggapi, terlebih dengan statusnya, maka tidak akan tampak elok. Oleh karenanya dia kemudian turut membisu dan menghilang. Ketika Xie Lian mendapati kekacauan mengerikan yang terjadi di antara mereka telah selesai, dengan segera dia juga pergi.

Xie Lian masih merenungkan bagaimana cara dia mendapatkan delapan juta delapan ratus delapan puluh ribu pahala dengan begitu serius. Keesokan harinya, Ling Wen memintanya untuk berkunjung ke Istana Ling Wen.

Ling Wen merupakan dewi yang mengatur setiap perkara yang berhubungan dengan para makhluk surgawi dan mengatur mulusnya kenaikan karir manusia. Istananya dipenuhi dengan berbagai macam dokumen resmi dan gulungan yang menggunung dari lantai hingga ke atap; sungguh pemandangan yang mengejutkan, dan dapat membuat orang yang melihat gemetar. Di setiap sudut, setiap pejabat surgawi yang baru keluar dari Istana Ling Wen terlihat membawa gulungan yang lebih tinggi dari pada tinggi rata-rata manusia, raut mereka terlihat pucat, benar-benar terlihat antara mereka ada di titik lelah atau sudah mati rasa.

Setelah Xie Lian sampai di aula utama, Ling Wen tanpa berbasa-basi langsung memberi tahu Xie Lian apa yang hendak dibicarakan.

“Yang Mulia, Kaisar membutuhkan sebuah bantuan, maukah Yang Mulia menerimanya?”

[Danmei - Terjemahan] Karunia Para Dewa / Heaven Officials BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang