BAB 12 - Hantu Berjubah Merah; Membakar Kuil Bela Diri dan Kuil Pustaka.

70 4 0
                                    

Seperti yang sudah Xie Lian duga, wajah remaja berperban tadi dipenuhi dengan luka bakar yang begitu serius. Namun, di bawah luka yang berdarah, ada bekas dari tiga sampai empat wajah kecil.

Wajah-wajah itu tidak lebih besar dari kepalan tangan bayi, dan mereka tersebar tidak beraturan di pipi dan keningnya. Setelah dibakar, setiap wajah yang ada di sana gemetar ketakutan, tampak seperti tengah berteriak dalam kemuraman. Pemandangan akan wajah-wajah berteriak dan aneh yang bergerak tidak nyaman di wajah manusia biasa tentu lebih mengerikan dari iblis manapun!

Xie Lian merasa dia seolah-olah dilemparkan ke mimpi buruk sesaat setelah dia melihat wajah si remaja berperban. Ketakutan yang begitu dalam hingga dia tidak bisa mengingat apakah dia berdiri dan raut apa yang ia berikan kepada si remaja berperban, tetapi jelas sekali jika rautnya pasti terlihat begitu mengintimidasi. Si remaja berperban sudah sangat gelisah kerika dia perlahan-lahan membuka perban. Setelah melihat reaksi Xie Lian, dia mengambil beberapa langkah mundur, seakan-akan dia mengerti jika Xie Lian tidak bisa menerima wajahnya. Dengan segera dia menutupi wajahnya yang mengerikan dan bangkit dari tanah, ia lantas menjerit dan segera kabur ke dalam hutan.

Xie Lian akhirnya sadar dan juga berteriak, “TUNGGU!” Dia memanggil sembari mengejar si remaja berperban, “Tunggu! Kembali!”

Tetapi Xie Lian tercengang selama beberapa saat sebelum dia pada akhirnya sadar. Remaja berperban sudah jelas sekali jika dia paham betul dengan jalan di gunung dan sudah sangat terbiasa kabur dalam kegelapan. Tidak peduli berapa kali dan sekeras apapun Xie Lian berteriak, dia tidak mau menunjukkan diri. Tidak ada orang yang ada untuk membantu Xie Lian dan kekuatan spiritualnya mulai habis, olehnya sudah tidak mungkin bagi dirinya untuk menghubungi yang lain. Dia lari ke sekeliling gunung, mencari si remaja berperban namun tetap sia-sia.

Angin yang bersepoi dingin sedikit menjernihkan pikiran Xie Lian. Paham jika berlari tanpa tujuan jelas sama saja seperti sebuah lalat tanpa sayap yang tidak memiliki tujuan hidup. Xie Lian memaksakan dirinya untuk tenang.

“Mungkin dia akan kembali ke jasad Xiao Ying,” Xie Lian berpikir dan kembali ke Kuil Ming Guang. Namun kemudian, dia menghentikan langkah.

Begitu banyak pria berbaju hitam dengan wajah muram telah berkumpul di hutan yang ada di belakang kuil. Mereka sedang menurunkan mayat-mayat yang bergelantungan di hutan dengan begitu hati-hati. Pemuda yang cukup tinggi dengan tangan yang terlipat di depan dada mengawasi pekerjaan yang tengah berlangsung. Ketika dia menoleh, wajah mudanya yang dingin dan memesona terlihat jelas. Itu adalah Fu Yao. Sepertinya dia sudah kembali dan membawa beberapa orang untuk menolong dari Istana Xuan Zhen.

Xie Lian hampir mengatakan sesuatu tetapi disela oleh suara langkah kaki yang lebar di belakangnya. Nan Feng telah kembali dari tugasnya mengantarkan orang-orang desa ke kaki gunung.

Melihat situasi yang tengah terjadi, Nan Feng melirik Fu Yao dan berkata, “Bukankah kau kabur tadi?”

Tidak terima, Fu Yao menaikkan alis mendengarkan komentar Nan Feng yang menyinggung.

Xie Lian tidak ingin percekcokan terjadi kembali, dia lantas berkata. “Aku memintanya untuk mencari bala bantuan.”

Nan Feng mencibir. “Baiklah, lalu di mana mereka? Kupikir setidaknya kau bisa meminta jenderalmu untuk datang?”

Fu Yao menjawab malas, “Ketika aku kembali, aku dengan Jenderal Pei Kecil telah datang ke tempat kejadian jadi aku tidak ingin mengganggu jenderalku. Bahkan jika aku memintanya, dia terlalu sibuk untuk datang.”

Sebenarnya, berdasarkan sifat Mu Qing yang Xie Lian mengerti, Xie Lian sangat yakin jika dia bahkan tidak akan mau datang jika dia memiliki waktu. Tetapi dengan keadaan yang sekarang, dia sudah terlalu lelah untuk peduli.

[Danmei - Terjemahan] Karunia Para Dewa / Heaven Officials BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang