BAB 71 - Dewa Surga Mencampuri Urusan Manusia

61 2 0
                                    

Buku Dua – Putra Mahkota Penyenang Dewa

BAB 71 – Dewa Surga Mencampuri Urusan Manusia

Gunung Taicang, Puncak Putra Mahkota.

Adalah saat di mana para pengunjung sudah tidak lagi berjubel memenuhi dan diminta untuk kembali pulang—meninggalkan Paviliun Suci Kerajaan ketika suara dari lantunan sutra terdengar bagaikan ombak di dalam Paviliun Xianle, dan ketika beberapa ribu kultivator yang ada tengah melakukan ritual sore dengan empat Guoshi yang memimpin tepat di bawah patung emas suci yang berdiri setinggi lima meter.

Di dalam Kuil Putra Mahkota, di masing-masing sisi dindingnya, ada lentera abadi yang tidak bisa dihitung jumlahnya. Mereka tergantung berederetan dari lantai hingga langit-langit. Xie Lian turun dari langit, perlahan mendarat di altar dan memosisikan dirinya tepat di depan patungnya sendiri.

Xie Lian melambaikan tangan. Sepoi angin bertiup entah dari mana asalnya dan beberapa lentera bergerak pelan. Melihat lentera-lentera yang berayun, banyak dari para kultivator yang mendongak ke atas dan berdecak kagum, mereka saling berbisik satu sama lain.

Sang Guoshi, yang dengan tenang duduk sembari memejamkan mata, tiba-tiba berkedip membuka dan berujar. "Sudah cukup untuk hari ini, kalian semua bisa kembali."

Para kultivator mengangkat kaki mereka dan pergi. Tiga wakil Guoshi tidak dapat melihat wujud Xie Lian, tetapi mereka bisa menebak jika ada makhluk yang turun ke bumi sehingga mereka juga meninggalkan ruangan dan tidak lupa menutup pintu. Begitu pintu-pintu tinggi tadi tertutup, Xie Lian langsung berbicara, tidak mampu menunggu sedetik lebih lama.

"Guoshi, apa Guoshi tahu tentang kemarau yang melanda Yong'an? Aku sama sekali tidak mendengar sepatah kata pun dari ayah, apakah ada yang terjadi di istana? Atau karena ayah tidak tahu jika ada hal yang seperti itu di Yong'an?"

Dewa surga tidak boleh sembarangan menunjukkan dirinya di depan para makhuk fana, tetapi ada beberapa pengecualian; seperti di depan Guoshi, para menteri agama, atau para kultivator dengan tingkat kultivasi yang tinggi. Mereka yang sudah berkultivasi hingga tingkat tertentu adalah perwakilan dari para dewa di dunia fana, olehnya, Xie Lian bisa langsung berbicara dengan Guoshi. Aturan "tidak boleh bersujud di Kuil Putra Mahkota" juga didikte Xie Lian dan disampaikan oleh Guoshi ke para hambanya.

Awalnya, Xie Lian mengira ada beberapa hal yang mungkin melatarbelakangi kenapa Sang Raja masih belum bisa mengurusi bencana yang terjadi di Yong'an. Atau, bisa saja Sang Raja tidak mengetahui jika situasinya semakin memburuk hingga menimbulkan kematian massal.

Namun siapa sangka, Guoshi menjawab. "Yang Mulia Raja baik-baik saja, tidak ada hal besar yang terjadi dan beliau sangat paham dengan apa yang terjadi di Yong'an."

Xie Lian betul-betul terkesiap. "Lalu bagaimana bisa, setiap Ayah berkunjung ke Paviliun Suci Kerajaan, aku tidak pernah mendengar beliau berdoa untuk Yong'an? Satu kata pun aku tidak mendengarnya?"

Sekalipun Xie Lian tidak terlalu akrab dengan ayahnya, Xie Lian masih paham jika ayahnya bukanlah pemimpin yang dungu. Ayahnya mungkin menganggap dirinya lebih mulia dari orang lain—anak dewa, dan menjunjung tinggi hierarki, tetapi bukan berarti dia tidak peduli dengan para pengungsi.

Guoshi menjawab, "Hal ini tidak ada hubungannya dengan Yang Mulia Raja. Adalah hamba yang menyarankan kepada beliau dan sang ratu untuk tidak menyebut Yong'an dalam doa mereka."

[Danmei - Terjemahan] Karunia Para Dewa / Heaven Officials BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang