BAB 37 - Mengagumi Bunga Melalui Awan Merah; Hati yang Penuh dengan Belas Kasiha

38 7 1
                                    

Buku Satu –  Hujan Darah Mengedari Bunga

BAB 37 – Mengagumi Bunga Melalui Awan Merah; Hati yang Penuh dengan Belas Kasihan 2.

Tirai sutra merah hanya terbuka sedikit, tetapi di posisinya saat ini, Xie Lian adalah satu-satunya orang yang bisa melihat siapa yang ada di baliknya. Dia juga menghalangi pengelihatan orang-orang yang ada di aula, lagi pula mereka juga tidak berani mengintip. Mata sebelah kiri tadi menatap Xie Lian dan Xie Lian memandangnya balik, tanpa sadar tenggelam di dalamnya.

Penampilan Hua Cheng kali ini tidak hanya terlihat lebih tua beberapa tahun, tetapi dia juga tumbuh lebih tinggi. Sebelumnya, ketika Xie Lian melihatnya, matanya masih setara dengan mata Hua Cheng, tetapi saat ini, dia harus mendongakkan kepala terlebih dahulu.

Setelah menatap satu sama lain setelah beberapa saat, Hua Cheng akhirnya memecah keheningan yang terjadi.

Dengan suara beratnya, dia berujar. “Apa kau ingin bertaruh pada angka terendah, atau tertinggi?”

Suara rendahnya, suara rendahnya begitu menyenangkan untuk didengar telinga dan mengembalikan Xie Lian pada kenyataan. Mau dia bertaruh ke angka tertinggi atau terendah sebetulnya tidak ada bedanya, oleh karena itu dia langsung menjawab.

“Tertinggi.”

Hua Cheng menjawab, “Baiklah, aku akan mulai terlebih dahulu.”

Tangan kiri Xie Lian menyokong dasar dari gelas judi, sedangkan tangan kanannya menutupi penutup bundar. Hua Cheng berdiri di depannya dengan tangan kanan yang melingkupi tangan kiri Xie Lian, dia mengajari Xie Lian untuk mengocok gelasnya perlahan sebelum membuka penutupnya. Ada dua dadu di dasar gelap, satunya angka enam, dan satunya menunjukkan angka lima.

Dari atas, Lang Qianqiu, dengan tatapan yang setajam elang melihat dengan mudahnya dadu tadi mengeluarkan angka tertinggi dan matanya terbuka lebar.

“Bagaimana itu bisa terjadi???”

Hua Cheng dengan lembut mengubah posisi tangannya dan memberi isyarat kepada Xie Lian agar Xie Lian mengocoknya kembali. “Kocoklah seperti ini. Sekarang cobalah.”

Xie Lian meniru cara Hua Cheng dan mengocok gelasnya dua kali, tetapi Hua Cheng menghentikannya. “Tidak, bukan seperti itu.”

Sekalipun Hua Cheng menegur Xie Lian, nada bicaranya begitu lembut dan juga sabar. Kembali ia menjelaskan, lagi-lagi ia menangkup tangan Xie Lian dengan tangannya, tetapi kali ini, tangan kirinya juga menangkup tangan kanan Xie Lian yang memegang penutup gelas.

Dengan lembut ia mengarahkan, “Seperti ini.”

Dan dengan begitu, kedua punggung tangan Xie Lian tertangkup dengan lembut di antara telapak tangan Hua Cheng.

Ketika kulit mereka saling menyentuh, tangan Hua Cheng terasa bagai giok yang ugahari. Vambrase perak menawan yang dikenakan oleh Hua Cheng begitu dingin layaknya es, namun tetapi, gerakan Hua Cheng begitu hati-hati dan sama sekali tidak mengizinkan vambrasenya menyentuh kulit Xe Lian. Tangannya mengarahkan tangan Xie Lian untuk mengocok gelas judi dalam ritme yang sama sekali tidak terburu-buru, namun juga tidak pelan.

Satu. Dua. Tiga.

Dentingan suara dadu yang saling beradu di dalam gelas terdengar begitu renyah di telinga. Sekalipun kocokannya lembut, Xie Lian dapat merasakan punggung tangannya menjadi kebas dan merambat hingga ke seluruh lengan dan tubuhnya.

Selagi dia mengocok, Xie Lian melirikkan mata untuk mengintip Hua Cheng dan dia baru sadar jika Hua Cheng sama sekali tidak melihat gelas penjudi. Namun, dia menatap Xie Lian dengan begitu dalam dengan bibir yang tertarik tersenyum. Xie Lian tidak dapat menahan diri untuk tidak membalas senyum yang lembut itu, namun dia dengan segera sadar diri ketika dia sadar gerombolan-gerombolan hantu yang menatap mereka dari atas dan bawah. Dia menundukkan kepala pelan dan dengan penuh perhatian mencoba mempelajari gerakan yang ditunjukkan Hua Cheng.

[Danmei - Terjemahan] Karunia Para Dewa / Heaven Officials BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang