BAB 8 - Sang Hantu Mengambil Sang Pengantin Perempuan; Putra Mahkota Menunggangi

74 3 0
                                    

Buku Satu –  Hujan Darah Mengedari Bunga

BAB 8 – Sang Hantu Mengambil Sang Pengantin Perempuan; Putra Mahkota Menunggangi Kereta Pengantin 3

Haruskah Xie Lian menerima uluran tangannya atau tidak?

Xie Lian tidak bergerak, masih belum bisa memberi keputusan. Haruskah dia duduk diam dengan tenang, atau berpura-pura menjadi pengantin perempuan yang ketakutan dan bersembunyi? Sang pemilik tangan ternyata cukup penyabar dan benar-benar penuh sopan santun. Xie Lian tidak bergerak dan sang pemilik tangan melakukan hal yang serupa—sepertinya menunggu sambutan dari Xie Lian.

Sesaat kemudian, seolah-olah sesuatu telah mengendalikan dirinya, Xie Lian menyambut uluran tangan itu.

Dia mengangkat kaki, bersiap untuk meminggirkan tirai untuk turun dari kereta, tetapi si pemilik tangan bergerak lebih dulu dan mengangkat tirai merah yang menutupi. Si pemilik tangan menggenggam tangan Xie Lian, namun genggamannya tidak terlalu erat, seolah-olah si pemilik tangan takut jika Xie Lian akan merasa sakit. Si pemilik tangan benar-benar memberikan Xie Lian kesan bahwa dia benar-benar memperlakukan Xie Lian dengan perhatian yang begitu penuh.

Xie Lian menundukkan kepala, membiarkan si pemilik tangan memandunya untuk keluar kereta dengan perlahan. Di balik tudung pengantin, Xie Lian bisa melihat bangkai-bangkai serigala yang sudah dibantai oleh Ruoye di bawah kakinya. Sebuah rencana muncul di kepala dan Xie Lian sedikit tersandung, jatuh ke depan dan tekesiap dengan kewaspadaan penuh.

Si pemilik tangan dengan segera meraih Xie Lian dan memegangnya.

Xie Lian juga memelintir tangannya dan memegang tangan pria itu, ia lantas merasakan sesuatu yang dingin. Ternyata, pria tadi menggunakan sepasang vambrase perak yang melingkari lengan.

Vambrasenya begitu indah, menawan dan dihias dengan pola yang begitu bersahaja. Ukiran daun maple, kupu-kupu dan binatang buas betul-betul indah menghias vembrasi dan memberikan kesan misterius, hiasan tadi tidak terlihat bahwa itu berasal dari Wilayah Tengah, namun lebih mirip seperti hiasan kuno dari suku sebrang. Dengan keduanya terpasang di lengan pria tadi, kedua vembrase tersebut terlihat layaknya sebuah seni yang galir.

Tangan yang digenggam Xie Lian terlihat begitu pucat dan sedingin es tanpa tanda kehidupan, namun memiliki aura pembunuh dan durja.

Tersandungnya Xie Lian tadi adalah sebuah kesengajaan; dia berpura-pura. Dia ingin menguji si pemilik tangan. Ruoye sudah bergerak tidak nyaman di dalam gaun pengantin, menunggu untuk menyerang begitu dia diperintah. Namun, pria ini hanya menggenggam tangan dan menuntunnya berjalan.

Pertama, Xie Lian tidak bisa melihat jalan dengan jelas karena tudung yang terpasang, kedua, dia memiliki akal untuk mengulur waktu, oleh karenanya dia dengan sengaja berjalan dengan begitu pelan. Tetapi si pemilik tangan mengikuti Xie Lian dan turut berjalan perlahan, dia terlihat begitu khawatir jika Xie Lian akan tersandung kembali.

Tidak peduli seberapa tinggi tingkat kewaspadaan Xie Lian, jika diperlakukan seperti ini, dia tidak dapat menahan diri untuk berpikir, “Jika dia memang betul-betul Hantu Pengantin Laki-laki, maka dia akan menjadi pengantin laki-laki yang paling lembut, perhatian dan begitu tulus.”

Sesaat kemudian, dia mendengar suara dentingan kecil; setiap Langkah yang mereka berdua ambil, suara itu akan terdengar berdenting dengan kemerincing. Tepat ketika Xie Lian tengah akan merenungkan dari mana suara itu berasal, tiba-tiba terdengar auman tertahan dari hewan liar dari sekitar.

Serigala buas!

Xie Lian terkesiap dan Ruoye melingkat begitu erat di lengan.

Namun siapa sangka, bahkan saat dia belum sempat melakukan apapun, pria yang ia genggam menepuk lembut punggung tangannya—seolah-olah sedang menenangkan Xie Lian dan mengatakan padanya agar tidak usah khawatir. Dua tepukan itu begitu lembut, begitu halus. Xie Lian sedikit terkejut, namun auman rendah itu sudah teratasi. Ketika Xie Lian mencoba mendengarnya dengan lebih teliti, dia lantas sadar jika serigala-serigala buas tadi tidak mengaum, namun merengek.

[Danmei - Terjemahan] Karunia Para Dewa / Heaven Officials BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang