BAB 4 - Tiga Badut; Diskusi Malam di Istana Kejantanan Dahsyat

83 9 0
                                    

Buku Satu – Hujan Darah Mengedari Bunga

BAB 4 – Tiga Badut; Diskusi Malam di Istana Kejantanan Dahsyat

Sejak saat itu, semuanya menjadi lepas kendali. Ratusan tahun setelah kejadian tersebut, ada total sekitar tujuh belas pengantin perempuan yang hilang di area Gunung Yujun. Terkadang beberapa dekade terlewati dengan damai, terkadang ada beberapa orang yang menghilang dalam hitungan sebulan. Legenda mengerikan lantas dengan cepat menyebar; seorang hantu pengantin laki-laki hidup di Gunung Yujun, dan jika seorang perempuan menarik perhatiannya, dia akan menculik si pengantin perempuan dan membatalkan prosesi pernikahan.

Biasanya, kejadian seperti ini tidak akan dilaporkan ke surga. Sekalipun ada tujuh belas pengantin yang hilang, tetapi ada ribuan lebih yang selamat. Namun tetap saja, pengantin-pengantin yang hilang tersebut tidak dapat ditemukan, dan mereka tidak dapat dilindungi sekalipun semua orang telah berusaha; mereka hanya bisa berada dalam status siaga. Dan saat ini, semakin sedikit keluarga yang mau menikahkan putri mereka di wilayah ini, para penduduk lokal tidak berani membuat pernikahan yang meriah. Tetapi kebetulan saja pengantin perempuan yang ketujuh belas adalah putri dari pejabat lokal yang sangat dimanjakan. Ketika sang pejabat mendengar legenda tersebut, dia menyewa empat puluh ahli bela diri untuk mengawal prosesi pernikahan. Tetapi tetap saja putrinya hilang.

Tetapi kali ini, si hantu pengantin benar-benar mengacaukan sarang yang salah. Orang-orang di dunia fana yang ditemui oleh sang pejabat tidak ada yang bisa melakukan apapun untuk membantu. Dengan kemarahan besar, ia lantas mengumpulkan rekan-rekan pejabat dan mengadakan persembahan keagamaan dengan gila-gilaan. Dia bahkan mengikuti saran dari guru besar untuk membuka toko-tokonya untuk memberi sedekah kepada masyarakat miskin. Semua itu benar-benar menyebabkan kegaduhan yang hebat dan pada akhirnya membuat para dewa mendengar tentang hal tersebut. Seandainya tidak begitu, rasanya memang sangat tidak mungkin suara-suara manusia remeh seperti mereka sampai ke telinga para dewa.

"Kira-kira seperti itu," Xie Lian menjelaskan.

Karena Nan Feng dan Fu Yao masih terlihat sangat enggan untuk bekerja sama, Xie Lian tidak tahu apakah mereka mendengarkan atau tidak. Jika mereka tidak mendengarkan, dia harus kembali mengulang ceritanya. Nan Feng menengadah, dan mengerutkan kening.

"Apa ada kesamaan dari pengantin-pengantin yang hilang?"

"Ada yang miskin dan ada yang kaya, ada yang cantik dan ada juga yang tidak terlalu, ada istri resmi ada juga yang hanya sekadar selir, singkatnya; sama sekali tidak ada," Xie Lian menjelaskan. "Sangat sulit untuk memastikan kecenderungan si hantu pengantin pria."

Nan Feng menggumam dan mengambil gelas tehnya untuk disesap, dia tampak sedang berpikir. Fu Yao, di sisi lain, sama sekali tidak menyentuh teh yang Xie Lian berikan padanya dan terus menerus membersihkan jari-jarinya dengan sapu tangan putih.

Di sela-sela dirinya membersihkan tangan, dia berkata dengan dingin. "Yang Mulia, bagaimana kau bisa menyimpulkan bahwa dia adalah hantu pengantin laki-laki? Itu bukanlah hal yang bisa dipastikan karena tidak ada yang pernah melihatnya, jadi bagaimana kita bisa tahu jika itu laki-laki atau perempuan, apakah dia tua ataupun muda? Bukannya itu sebuah kesimpulan yang sedikit terlalu cepat?

Xie Lian meringis. "Gulungan ini adalah rangkuman yang diberikan oleh dewa kepustakaan di Istana Ling Wen, hantu pengantin pria hanya panggilan umum untuk memudahkan untuk memanggilnya, apa yang kau katakan barusan sebenarnya sungguh masuk akal."

Mereka berdiskusi lebih jauh, dan Xie Lian menyadari jika pola pikir kedua dewa muda ini cukup jernih. Mereka mungkin tidak begitu terlihat ramah, dan mereka sama sekali tidak merusuh ketika sedang membahas suatu hal. Xie Lian merasa lega. Melihat ke luar jendela, hari mulai memasuki senja, oleh karena itu ketiganya memutuskan untuk pergi. Xie Lian mengenakan topi bambunya dan berjalan lebih dahulu sebelum menyadari kedua dewa muda tidak mengikuti langkahnya. Lantas dia menoleh ke belakang, Xie Lian bingung. Ternyata, dua dewa muda juga melihatnya dengan raut yang juga bingung.

[Danmei - Terjemahan] Karunia Para Dewa / Heaven Officials BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang