BAB 30 - Mencolek Sang Raja Hantu; Putra Mahkota Menggali Keabsahan

52 6 1
                                    

Buku Satu –  Hujan Darah Mengedari Bunga

BAB 30 – Mencolek Sang Raja Hantu; Putra Mahkota Menggali Keabsahan.

Dengan punggung yang membelakangi San Lang, Xie Lian berujar. “Hujan Darah Mengedari Bunga?”

“Yang Mulia Putra Mahkota,” San Lang menjawab.

Xie Lian akhirnya menoleh sambal meringis. “Ini pertama kalinya aku mendengarmu memanggilku seperti itu.”

Remaja berjubah merah tadi duduk di tikar, menyesuaikan kakinya dan balas meringis. “Bagaimana rasanya?”

Xie Lian berpikir sejenak dan menjawab jujur. “Rasanya…sedikit berbeda dari bagaimana orang-orang memanggilku dengan julukan itu.”

“Hm? Bagaimana bisa?” Hua Cheng bertanya.

Xie Lian memiringkan kepala dengan mata yang sedikit memicing, “Susah untuk mengatakannya, hanya…”

Ketika orang lain memanggilnya dengan sebutan ‘Yang Mulia’, biasanya sama sekali tidak mengandung emosi di dalamnya dan hanya sekadar urusan bisnis seperti bagaimana Ling Wen memanggilnya. Tetapi kebanyakan, ketika orang lain memanggilnya ‘Yang Mulia’, panggilan tersebut dipenuhi dengan hinaan; seperti dengan sengaja memanggil perempuan jelek dengan sebutan cantik, agak sarkastik.

Namun ketika Hua Cheng memanggilnya ‘Yang Mulia’, dua kata ini benar-benar diucapkan dengan ketulusan penuh. Oleh karena itu, sangat susah untuk mendeskripsikanny. Xie Lian merasa ketika Hua Cheng memanggilnya ‘Yang Mulia’, rasanya berbeda dengan ketika orang lain memanggilnya ‘Yang Mulia’.

Dia melanjutkan, “Malam itu di Gunung Yujun, pengantin lelaki yang menjemputku dan membawaku kabur adalah kau, kan?”

Melihat seringaian Hua Cheng yang penuh arti, Xie Lian menyadari bahwa kata-katanya bisa diartikan dengan maksud lain dan segera membenarkan diri.

“Maksudku, pengantin laki-laki yang menyamar dan mengantarkanku adalah kau, kan?”

“Aku tidak menyamar sebagai pengantin laki-laki,” Hua Cheng menjawab.

Secara teknis, Hua Cheng sama sekali tidak salah. Lelaki yang mengantarnya waktu itu sama sekali tidak pernah mengatakan bahwa dia adalah sang pengantin laki-laki atau apapun; faktanya, dia memang sama sekali tidak bicara. Dia hanya berhenti di depan kereta pernikahan dan menjulurkan tangan. Adalah Xie Lian yang dengan suka rela pergi bersamanya!

“Baiklah. Lalu, kenapa kau muncul waktu itu?” Xie Lian bertanya.

“Pertanyaan ini hanya memiliki dua jawaban,” Hua Cheng berujar. “Pertama, aku datang secara khusus untuk Yang Mulia; kedua, aku kebetulan lewat dan sedang menganggur. Menurut Yang Mulia, kira-kira mana yang bisa lebih dipercaya?”

Xie Lian menghitung hari yang dihabiskan Hua Cheng dengannya dan menjawab dengan sungguh-sungguh. “Mana yang lebih bisa dipercaya, aku tidak tahu. Tetapi kau benar-benar terlihat kalau kau banyak menganggur.”

Dengan tangan kiri memegangi siku kanan dan tangan kanannya menyanggah dagu, Xie Lian melirik Hua Cheng sejenak dan mengangguk. “Kau cukup berbeda dari kabar burung yang kudengar.”

Hua Cheng mengganti posisi duduk, tetapi masih dengan tangan yang menyanggah pipi. Dia memandang Xie Lian dan berujar, “Oh? Dan bagaimana Yang Mulia tahu kalau aku adalah aku?”

Bayangan akan payung yang ditetesi darah, dentingan rantai perak yang begtu lembut dan vambrase perak dingin memenuhi kepala Xie Lian. Ia merenung, ‘Kau juga tidak terlihat bahwa kau memang sengaja untuk menyembunyikan dirimu.’ Tetapi ketika kata-kata keluar dari bibirnya, kata-kata itu menjadi sama sekali berbeda.

[Danmei - Terjemahan] Karunia Para Dewa / Heaven Officials BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang