BAB 24 - HuaLian Menghabiskan Waktu; Senja Datang di Kolong Pendosa.

61 4 0
                                    

Semakin si wajah lumpur mencoba membujuk mereka, semakin Xie Lian menjadi waspada.

"Semuanya mundur, jangan mendekat dan jangan dengarkan satu pun kata yang ia ucapkan."

Para pedagang tadi langsung terpecah dan dengan segera pergi. Wajah lumpur masih terus tergelak.

"Tidak perlu sejahat itu. Aku juga manusia, aku tidak akan menyakitimu."

"Oh, kau salah; kau sama sekali tidak terlihat seperti manusia!" Xie Lian berpikr.

Tepat pada saat itu, salah satu pedagang tiba-tiba kembali menyusup di antara rumput, mungkin dia berpikir jika dia masih harus membawa beberapa daun untuk mereka yang terluka. Dia menunduk untuk mengambil sekepal daun yang tadi ia jatuhkan, tetapi wajah lumpur menoleh dan melihatnya, ada sebuah binar di matanya yang berputar.

"Tidak!" Xie Lian berpikir, lalu berlari menuju pedagang tadi. "Jangan ambil itu! Kembali!"

Tetapi semuanya terlambat. Wajah lumpur telah membuka mulut dan kemudian, sesuatu yang semerah darah dan panjang merayap keluar.

Sungguh lidah yang panjang!

Xie Lian menyentuh pedagang tadi tepat di kerah dan menariknya kembali bersamanya, tetapi lidah yang keluar dan menjulur dari wajah lumpur terlalu panjang dan menyentil tepat di telinga pedagang tadi!

Xie Lian merasakan tubuh yang ia pegang mengejang kasar. Lengan pedagang tadi menggeliat tanpa henti dan lantas ia mengeluarkan teriakan pendek yang memilukan sebelum jatuh ke tanah. Lidah panjang tadi mengambil sesuatu yang besar dari telinga sang pedagang dan mengantarkannya ke wajah lumpur. Wajah lumpur dengan begitu bahagia mengunyah dan tergelak, tawanya begitu keras hingga bergema ke seluruh ruangan.

"HAHAHAHAHAHAHAHA!!! ENAK SEKALI ENAK SEKALI SUNGGUH NIKMAT SUNGGUH NIKMAT!! AKU SANGAT LAPAR, SANGAT LAPAR!!"

Suaranya begitu keras dan melengking, kedua matanya membeliak seolah sedang menembakkan darah; mengerikan dan menjengkelkan.

Orang ini, yang sudah dikubur lebih dari lima puluh tahun di tanah kerajaan yang dipenuhi dengan aura jahat, telah menjadi satu dengan tanah dan menjadi sesuatu yang bukan manusia. Xie Lian melonggarkan genggamannya pada pedagang yang sudah meninggal, seluruh tangannya gemetar. Dia baru akan menyerang monster menjijikkan itu ketika wajah lumpur kembali berteriak.

"JENDERAL! JENDERAL! MEREKA DI SINI! MEREKA DI SINI!"

Tangis yang menulikan, lebih biadab dari makhluk buas, menggema dari jauh.

Bayangan hitam turun dari langit dan turun dengan keras di depan Xie Lian. Seluruh aula istana bergetar karena pendaratannya. Ketika dia perlahan berdiri, kelompok tadi terpenjara di balik bayangannya yang luar biasa besar.

'Orang' ini sungguh luar biasa besar.

Wajahnya begitu murung sedingin baja, ekspresinya begitu beringas dan bergolak, tidak ada bedanya dengan wajah binatang buas. Lapisan tipis baju zirah yang ia kenakan mulai dari bahu hingga turun ke kaki setidaknya kurang lebih sembilan kaki. Dari pada seorang manusia, dia bisa dikatakan sebagai serigala yang berjalan. Di belakangnya, semakin banyak orang yang serupa mucul. Satu, dua...ada lebih dari sepuluh 'orang' yang melompat dari atap dan mengelilingi mereka.

Mereka adalah serdadu Banyue!

Serdadu ini mengeluarkan aura hitam; jelas sekali jika mereka sudah tidak lagi hidup. Xie Lian menegang dengan Ruoye yang sudah bersiap di posisi untuk menyerang.

Namun, ketika para serdadu Banyue tadi melihat mereka, mereka tidak segera membunuh. Namun, mereka mendongakkan kepala dan mengaum dalam tawa yang begitu gila, aumannya terdengar seperti bahasa asing. Suara dari kalimat mereka terdengar mengerikan, serak dan sangat berat di lidah. Itu adalah Bahasa Banyue.

[Danmei - Terjemahan] Karunia Para Dewa / Heaven Officials BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang