BAB 38 - Mengagumi Bunga Melalui Awan Merah; Hati yang Penuh dengan Belas Kasiha

38 7 0
                                    

Buku Satu –  Hujan Darah Mengedari Bunga

BAB 38 – Mengagumi Bunga Melalui Awan Merah; Hati yang Penuh dengan Belas Kasihan 3.

Xie Lian masih memandang lelaki berbusana merah.

“Kau…”

Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi di bawah tatapan berpasang-pasang mata, dan juga ditambah ekspresi tidak terbaca Hua Cheng yang sama sekali tidak menunjukkan tanda kalau Hua Cheng mengenalnya. Xie Lian merenung sejenak, haruskah dia menunjukkan sikap akrab dengan Hua Cheng? Tetapi jika dia memang segaja bersikap seperti itu, maka sebaiknya dia tidak berbicara macam-macam.

Oleh karena itu dia hanya berujar, “Terima kasih.”

“Kenapa kau berterima kasih kepadanya?” Lang Qianqiu menuntut. “Tempat ini adalah miliknya, sejak awal dia mungkin sudah memiliki niat jahat.”

“…” Xie Lian berbisik, “Yang Mulia, mari berhenti berbicara dan pergi.”

Jika mereka terus melanjutkannya, dia benar-benar tidak tahu apa yang akan keluar dari bibir Lang Qianqiu. Terutama dengan misi yang tengah mereka kerjakan, mereka tidak bisa berdiam lebih lama. Dia menatap Hua Cheng beberapa kali dan mendorong Lang Qianqiu ke pintu keluar. Begitu dia melakukannya, suara Hua Cheng kembali terdengar dari belakang.

“Tunggu.”

Xie Lian menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Kericau di antara kerumunan mulai terdengar kembali.

“Benar sekali, Tuanku. Kita tidak bisa membiarkannya pergi begitu saja!”

“Orang tadi benar-benar mencurigakan. Dia terlihat lumayan kuat dan mungkin saja menyembunyikan sesuatu. Jika kalian bertanya kepadaku, kita harus menahan mereka di sini dan menginterogasinya.”

“Benar sekali, siapa tahu dia mata-mata yang dikirim dari organisasi manapun itu yang sengaja membuat gaduh di dunia kita!”

Kalimat terakhir sempat menghentikan detak jantung Xie Lian. Mereka memang berasal dari surga, tetapi tujuan mereka bukan untuk membuat gaduh, hanya mengintip diam-diam. Xie Lian tidak tahu apakah Hua Cheng telah melihat cahaya spiritual yang sempat dikeluarkan Lang Qianqiu tadi dan dia tidak seratus persen yakin jika Hua Cheng akan membiarkan mereka pergi jika dia memang melihatnya. Xie Lian menjadi semakin gelisah, tetapi nada bicara Hua Cheng terdengar santai saja.

“Bukankah kau harusnya meninggalkan hadiahnya?”

Xie Lian benar-benar bingung. “Hadiah?”

Lang Qianqiu berdiri di depan Xie Lian dan menantang. “Apa kau akan menarik kata-katamu sendiri?”

Tetapi Xie Lian berpikir, ‘Jika San Lang tidak akan pernah menarik kata-katanya dan mengingkari janji, lalu apakah maksudnya adalah hal lain?’

Berdasarkan pemikiran tadi, dia melangkah dari balik Lang Qianqiu dan bertanya. “Bukankah aku sudah menang taruhan?”

Hua Cheng berujar, “Memang benar jika gege mengalahkanku barusan, tetapi jangan lupa, gege juga kalah di ronde yang tadi.”

Xie Lian terkejut. “Tetapi bukankah kau mengatakan bahwa ronde tadi tidak dihitung?”

Sekalipun Xie Lian harus menebalkan kulit untuk mengatakan hal yang begitu memalukan seperti, “itu tidak dihitung jika aku kalah dan hanya dihitung ketika aku menang,” Xie Lian masih saja mengatakannya.

Hua Cheng menjawab. “Tentu saja, yang melawanku sama sekali tidak dihitung. Maksudku, adalah ronde awal ketika kau berjudi di meja panjang.”

Akhirnya Xie Lian teringat. Apa yang dimaksud Hua Cheng adalah ronde ketika dia mencoba berjudi dengan mempertaruhkan angka terendah yang bisa dia gulirkan namun berakhir dengan dia menggulirkan kembar enam.

[Danmei - Terjemahan] Karunia Para Dewa / Heaven Officials BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang