BAB 69 - Mengail Persembahan; Si Pandir Bertemu Sang Putra Mahkota

27 3 0
                                    

Buku Dua – Putra Mahkota Penyenang Dewa

BAB 69 – Mengail Persembahan; Si Pandir Bertemu Sang Putra Mahkota

"BUKA TABIRNYA—"

Bersamaan dengan teriakan yang membahana, kain brokat berwarna merah besar jatuh ke tanah. Teriakan suka cita meledak dari ribuan orang yang hadir.

Itu adalah patung emas Sang Putra Mahkota. Pedang di satu tangan, bunga di tangan lain; sebuah simbolisasi akan 'kekuatan yang mampu membinasakan dunia, tetapi dengan hati selembut bunga'. Wajah dari patung yang diukir sungguh lembut dan memesona, alisnya panjang dan juga elegan, bibirnya tipis dan cerah, sedikit terangkat seolah-olah tengah tersenyum. Pengasih namun tidak centil, tegas namun tidak tanpa hati. Sungguh wajah tampan yang penuh dengan rasa iba.

Ini adalah Kuil Putra Mahkoya ke delapan ribu yang ada di Kerajaan Xian Le.

Tiga tahun setelah kenaikan menjadi dewa, sudah ada delapan ribu kuil yang didirikan di bawah namanya. Hamba yang begitu menggebu belum pernah ada dalam sejarah dan sangat mungkin di kemudian hari hal tersebut tidak akan terjadi; sungguhlah satu-satunya.

Bagaimanapun, kuil ke delapan ribu ini tidak memiliki patung putra mahkota yang paling agung nan indah. Di atas Gunung Taicang, di puncak di mana Putra Mahkota tinggal di semasa mudanya selama berlatih telah dinamai ulang dengan 'Puncak Putra Mahkota'. Itu adalah tempat di mana Paviliun Xian Le yang pertama dibangun. Begitu patung agung Putra Mahkota selesai dipahat, itu juga menjadi tempat di mana Sang Raja secara pribadi membukanya. Patung agung Putra Mahkota memiliki tinggi lima meter, keempuan pemahatnya sungguh melegenda. Dibangun dari emas yang murni, betul-betul 'tubuh emas' yang tidak ternilai.

Di dalam Paviliun Xian Le, para hamba benar-benar tidak ada habisnya. Sampai-sampai menghancurkan ambang pintu. Wadah dupa di depan Paviliun penuh dengan panjang pendek dupa. Kotak donasi juga jauh lebih besar dibandingkan dengan kotak-kotak donasi yang ada di kuil lain. Karena jika tidak dibangun lebih besar, maka kotak donasi itu sudah akan penuh dengan segala persembahan bahkan sebelum hari tersebut berakhir, dan orang-orang yang datang setelahnya tidak akan bisa berdonasi. Di halaman kuil ada sebuah kolam yang jernih, kolam tersebut juga penuh dengan koin yang bersinar di dalam air. Banyak kura-kura yang tinggal di kolam sudah tidak berani memunculkan kepala karena koin-koin yang dilemparkan oleh para hamba, banyak dari koin-koin tersebut yang mengenai tempurung mereka. Tidak peduli bagaimana para kultivator memohon kepada orang-orang untuk tidak melakukannya, semua itu percuma. Di antara besarnya dinding merah kuil, pohon plum di tanam di sekitarnya, rantingnya diikat dengan pita harapan merah yang bersinar, membuatnya seperti lukisan pemandangan yang luar biasa di antara bunga-bunga yang bermekaran.

Adapun untuk interior dalam kuil, Xie Lian yang tengah duduk tepat di bawah patung agungnya sembari menatap kerumunan orang  yang tidak bisa melihatnya, tetapi dia bisa melihat dan mendengar percakapan mereka tentang itu.

"Bagaimana ceritanya Kuil Putra Mahkota tidak memiliki bantalan sujud?"

"Betul, bahkan Penjaga Kuil mengatakan jika kita dilarang untuk bersujud. Kuilnya sudah diresmikan, lalu kenapa kita tidak boleh bersujud?"

Yang lainnya berujar. "Mungkin ini pertama kalinya bagimu berada di Paviliun Xian Le. Semua Paviliun Xian Le memang begini adanya. Kudengar setelah Yang Mulia diangkat naik, dia mengirimkan mimpi ke penyumbang-penyumbang dan ke para Penjaga Kuil, dia mengatakan kepada mereka untuk melarang para hamba bersujud. Oleh karena itu tidak ada satu pun tempat bersujud yang disediakan di Kuil Putra Mahkota mana pun."

Sekalipun tidak ada yang bisa melihatnya, Xie Lian masih menganggukkan kepala. Namun, beberapa orang malah tergelak.

"Di mana logikanya? Bukankah kita memang harus bersujud kepada dewa? Yang barusan pastilah kabar angin.

[Danmei - Terjemahan] Karunia Para Dewa / Heaven Officials BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang