BAB 28 - HuaLian Menghabiskan Waktu; Senja Datang di Kolong Pendosa 5.

37 4 0
                                    

"Aku benar-benar tidak ingat," Xie Lian berkata.

Sekalipun dia tidak bisa mati, tetap saja dia tidak bisa tahan ketika dijagal seperti itu. Ia pikir 'ini tidak dapat diteruskan!' di kepala dan dengan sengaja menjatuhkan diri ke tanah untuk memalsukan kematian, tetapi bahkan ketika dia sudah 'mati' dia masih diinjak-injak hingga dia pingsan. Dia bangun karena dia tersedak air sebab mayat biasanya dibuang ke sungai setelah perang. Xie Lian membiarkan dirinya terbawa arus sungai dan sampai di kerajaan Yong'an seperti timbunan sampah. Setelahnya, dia menyembuhkan luka-lukanya selama beberapa tahun, membeli kompas yang tidak rusak, memulai hidup baru dan akhirnya sampai di tujuan yang sebenarnya di Selatan. Lantas, ia berhenti peduli dengan Kerajaan Banyue.

"Maafkan aku," Banyue kembali bergumam.

Fu Yao mengerutkan alis. "Kenapa dia terus meminta maaf kepadamu?"

San Lang tiba-tiba berujar. "Ke Mo mengatakan jika Guoshi Banyue pergi ke Tanah Tengah setelah pertempuran di antara kedua sisi. Apa kau turut serta dalam itu?"

Apa yang diucapkan San Lang membuatnya ingat akan apa yang tertulis di prasati, beberapa hal kembali muncul di ingatan Xie Lian, tetapi hanya sedikit.

"Ah, mungkin..."

"Dia berusaha menyelamatkanku," Banyue berujar.

Semua orang menoleh untuk melihatnya dan dia bergumam. "Jenderal Hua ikut campur dalam keributan untuk menyelamatkanku; dan terbunuh."

"..."

Xie Lian langsung mengingat penderitaan yang ia alami begitu ia diinjak-injak oleh ribuan orang dan segera memeluk dirinya sendiri, tetapi kemudian ketika ia menyadari dua ornag lain melihatnya dengan ekspresi yang tidak terbaca, dia segera sadar. "Tidak separah itu. Tidak terlalu parah."

Fu Yao tidak terlihat seangkuh tadi dan berujar canggung. "Lihatlah betapa sucinya dirimu."

Xie Lian melambaikan tangan, "Bukan begitu. Kurasa aku hanya berniat untuk mengambil dia dan segera kabur, tetapi ternyata masih kurang cepat dan terjebak di antara dua tentara..."

"Jika memang begitu ceritanya," Fu Yao berujar. "Bagaimana kau bisa sampai lupa?"

Xie Lian menatapnya serius. "Apa kau tidak tahu aku sudah berumur berapa ratus tahun? Begitu banyak hal yang bisa terjadi dalam satu dekade; bagaimana mungkin aku bisa mengingat semuanya dengan rinci. Lagi pula, beberapa hal memang sebaiknya dilupakan. Daripada mengingat bagaimana aku dijagal dan diinjak-injak ratusan tahun lalu, aku lebih memilih untuk mengingat bakpao daging enak yang kumakan kemarin, bukan?"

"Maafkan aku," Banyue berujar.

Xie Lian menghela napas. "Sayangku Banyue. Menyelematkanmu adalah pilihanku, kau sama sekali tidak salah. Jika kau ingin meminta maaf, minta maaflah ke yang lain."

Banyue terkejut dan menundukkan kepalanya dalam diam.

"Tetapi...pandanganku terhadapmu masih sama seperti dua ratus tahun lalu, aku sama sekali tidak berpikir jika kau adalah anak yang sengaja membalas dengan dan menghianati orang lain...apa kau mau mengatakan padaku apa yang sebetulnya terjadi? Kenapa kau membuka gerbang benteng?"

Banyue berpikir cukup lama, menggelengkan kepala dan masih terus berdiam diri.

"Lalu, kenapa kau membiarkan ular-ular keluar untuk menggigit orang-orang?" Xie Lian bertanya.

Kali ini, Banyue menjawab. "Aku tidak membiarkan mereka keluar."

Xie Lian terkejut. "Apa?"

"Bukan aku yang membiarkan mereka keluar," Banyue mengulang. "Mereka sendiri yang kabur. Aku tidak tahu kenapa, tetapi mereka tidak mau mendengarkanku lagi."

[Danmei - Terjemahan] Karunia Para Dewa / Heaven Officials BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang