BAB 18 - Kuil Puqi Bertutur Akan Dongeng Tipu Muslihat Lintasan Bulan Separuh 2.

41 3 0
                                    

Sang kultivator memegang gelas air yang diberikan dan membawanya ke dalam mulut untuk diteguk di bawah tatapan Xie Lian dan San Lang. Dia sama sekali tidak terlihat jika dia sedang berusaha menghilangkan haus. Malah, dia terlihat begitu hati-hati dan waspada. Selagi dia minum, Xie Lian bisa mendengar suara guyuran air yang mengalir seakan-akan air tersebut tengah dituangkan ke dalam botol kosong.

Tepat pada saat itu, Xie Lian langsung tahu apa dia sebenarnya. Lantas, dia mencengkram tangan sang kultvator. 

“Kau tidak perlu minum lagi.”

Tangan sang kultivator gemetar begitu dia melihat Xie Lian dengan tatapan yang penuh kebingungan.

“Lagi pula, kau minum pun tidak ada gunanya, benar?” Xie Lian tersenyum.

Ekspresi sang kultivator langsung berubah begitu mendengar pernyataan Xie Lian. Dia mengeluarkan pedang besinya dengan tangan lain dan mengayunkannya ke arah Xie Lian. Tanpa mengubah posisi, Xie Lian dengan mudah mengangkat tangan dan menyentil pedang tersebut ke samping. Melihat Xie Lian masih mencengkram tangannya dengan kuat, sang kultivator menggertakkan giginya dan berusaha untuk melepaskan diri. Tiba-tiba, Xie Lian merasakan tangan yang ada ditangannya menjadi lentur layaknya balon yang menyusut sehingga menyebabkan tangan tersebut terlepas dari genggaman. Begitu sang kultivator tadi berhasil kabur, dia berlari ke arah pintu, tetapi Xie Lian sama sekali tidak khawatir. Di ruangan tanpa adanya banyak orang, Ruoye mudah saja menariknya kembali sekalipun dia berlari jauh. Tetapi, begitu dia mengangkat tangannya yang lain, sebuah embusan tajam melecut melewatinya.

Seakan-akan ada orang yang melepaskan anak panah dari belakang. Anak panah itu tepat menusuk perut sang kultivator dan menyebabkannya terpaku tepat di pintu. Xie Lian mencermati dan ternyata anak panah tersebut adalah sebuah sumpit! Dia menoleh untuk melihat, San Lang berdiri dari tempat duduk dan berjalan melewatinya untuk mengambil sumpit tadi.

San Lang melambaikan sumpit tersebut ke Xie Lian dan berujar. “Sumpitnya jadi kotor. Aku akan membuangnya.”

Bahkan dengan luka yang begitu serius, sang kultivator sama sekali tidak mengerang kesakitan, dia hanya merayap dalam diam. Cairan mengalir keluar dari perutnya; itu bukanlah darah, tetapi air yang baru saja dia minum.

Xe Lian dan San Lang berjongkok di sebelah tubuh sang kultivator, lantas Xie Lian memeriksa lukanya. Lukanya terlihat seperti balon meletus yang telah ditusuk. Udara dingin mengalir dari luka tersebut, 'mayat' sang kultivator juga perlahan-lahan berubah. Tadi, dia jelas-jelas sosok yang kekar, tetapi sekarang dia jelas-jelas menyusut. Wajah dan tubuhnya terus mengkerut seiring dengan sosoknya yang semakin menyusut. Kini dia lebih terlihat seperti seorang kakek-kakek.

“Ini sebuah cangkang kosong,” Xie Lian berujar.

Beberapa hantu akan membuat cangkang kosong jika mereka tidak bisa berubah ke dalam bentuk manusia yang sempurna. Mereka akan menggunakan komponen-komponen yang realistis untuk membuat bungkus kulit palsu dengan begitu hati-hati. Bungkus kulit palsu ini  sering kali menggunakan manusia asli yang masih hidup sebagai referensi. Tidak jarang mereka akan menggunakan kulit manusia asli untuk membuat bungkus kulit; secara alami, sidik jari dan rambut mereka sama sekali tidak akan cacat. Dan jika para hantu tadi tidak sedang mengenakan bungkus kulit-kulit palsu mereka, maka tidak akan ada aura jahat yang menempel di kulit-kulit tersebut, sehingga mereka tidak perlu mengindahkan jimat-jimat pengusir kejahatan. Oleh karena itu, jimat-jimat yang dipasang Xie Lian tidak ada yang menghalangi sang kultivator tadi.

Bagaimanapun, cangkang-cangkang kosong yang seperti ini mudah sekali untuk diketahui. Lagipula, mereka tidak ada isinya. Jika tidak ada yang mengenakan kulit palsu, mereka hanya bisa mengikuti perintah dari orang yang membuat layaknya sebuah wayang. Perintahnya tidak bisa terlalu rumit, antara; perintah tersebut harus sederhana, berulang, dan sudah diatur sejak awal. Oleh karena itu, ekspresi dan tingkah laku kulit-kulit palsu tersebut umumnya tampak tidak bernyawa dan lesu, sama sekali tidak seperti manusia asli. Contohnya, mereka hanya bisa mengulang kalimat-kalimat tertentu, melakukan hal yang sama berulang kali, atau hanya bisa menjawab pertanyaan mereka sendiri. Jika seseorang terlalu banyak memberikan pertanyaan, mereka tidak akan bisa menjawab dan akan berakhir mengungkapkan siapa sebenarnya mereka.

[Danmei - Terjemahan] Karunia Para Dewa / Heaven Officials BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang