BAB 36 - Mengagumi Bunga Melalui Awan Merah; Hati yang Penuh dengan Belas Kasiha

43 8 0
                                    

Buku Satu –  Hujan Darah Mengedari Bunga

BAB 36 – Mengagumi Bunga Melalui Awan Merah; Hati yang Penuh dengan Belas Kasihan.

Kalimat yang keluar dari mulut Hua Cheng betul-betul kasar dan merendahkan orang tadi. Tetapi, begitu ia bicara, orang tadi membiarkan segala ejekan menghujaninya dan tidak berani untuk melawan balik. Pelayan yang tadi mengantarkan Xie Lian ke meja panjang tadi tersenyum. 

“Tuan muda, hari ini Anda begitu beruntung.”

Xie Lian tidak pernah mengalihkan pandangannya dari meja panjang. “Bagaimana bisa?”

“Tuan kami sedang di sini untuk bermain,” pelayan tadi menjawab. “Baru beberapa hari terakhir ini dia berkenan untuk singgah, bukankah itu sebuah keberuntungan?”

Dari nada bicaranya, Xie Lian bisa mendengar betapa pelayan tadi memiliki rasa hormat yang begitu tinggi kepada ‘Sang Tuan’ dan rupanya juga lumayan mengidolakannya. Benar-benar hanya dengan melihatnya saja, dia sudah mendapatkan kehormatan tertinggi. Xie Lian tidak bisa menahan senyum.

Tirai tabir tadi selembut sutra dengan bayangan merah yang begitu menawan; pemandangan yang seperti itu betul-betul memikat. Di depan tirai merah ada beberapa perempuan memesona yang menjadi penoton di meja judi. Awalnya, Xie Lian cukup puas hanya melihat dari belakang, tetapi begitu dia mendengar suara Hua Cheng, dia mulai mendorong dirinya di antara kerumunan tanpa menarik perhatian yang menunjukkan keberadaan dirinya di sana. Akhirnya, dia berhasil melewati kerumunan dan berada di samping meja, ia melihat lelaki yang tengah membuat taruhan.

Dia seorang manusia. Xie Lian sama sekali tidak terkejut karena memang Kota Hantu sudah terkenal bahwa di dalamnya tidak hanya ada hantu; kultivator dengan keahlian yang lumayan juga banyak. Dan terkadang, manusia-manusia biasa yang mencari ajalnya sendiri. Penjudi tadi mengenakan topeng, tetapi kedua matanya terlhat jelas, melotot dan merah layaknya tengah berdarah; bibirnya pucat seolah-olah dia tidak melihat cahaya matahari dalam beberapa hari. Dia lebih terlihat layaknya hantu dari pada para hantu yang ada.

Kedua tangannya menggenggam erat gelas kayu dadu hitam di meja, dan setelah menahan diri beberapa saat, dia berteriak, sepertinya sudah menyerah dengan segalanya. “Tetapi…bagaimana ceritanya orang tadi bisa mempertaruhkan kedua kakinya??”

Salah satu bandar yang ada di depan tirai merah tersenyum. “Dia dulunya adalah penyamun yang ahli, ia dikenal akan langkah kakinya yang begitu ringan dan keahlian untuk kabur di manapun dia berada. Kakinya adalah inti dari hidupnya, jadi kakinya sangat berharga untuk menjadi bahan taruhan. Kau bukan penyeni, pun bukan tabib; dari mananya tanganmu berharga?”

Pria tadi menggertakkan gigi. “Kalau begitu…aku mempertaruhkan sepuluh tahun hidup putriku satu-satunya!”

Xie Lian tertegun ketika mendengar kata-kata yang barusan diucapkan dan lantas berpikir, ‘Di bagian dunia mana ada seorang ayah yang mau mempertaruhkan hidup dari anaknya? Apakah itu mungkin?’

Di balik tirai, Hua Cheng hanya mendengus. “Baiklah.”

Xie Lian tidak tahu apakah itu hanya sekadar imajinasinya atau bukan, tetapi dia bisa merasakan dingin kata-kata yang diucapkan Hua Cheng. Tetapi kemudian, ia kembali berpikir. ‘San Lang mengatakan jika dia selalu beruntung dan semua keberuntungannya adalah keberuntungan yang terbaik. Jika dia bertaruh melawan pria ini, bukankah dia pasti akan menang dan akan mengambil sepuluh tahun kehidupan putri lelaki tadi?’

Dia baru memikirkan hal ini ketika bandarnya mengumumkan dengan begitu manis. “Genap artinya kalah; ganjil artinya menang. Begitu gelas ini dibuka, tidak boleh ada yang mundur. Silakan.”

[Danmei - Terjemahan] Karunia Para Dewa / Heaven Officials BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang