BAB 58 - Pada Jalan Besar Dewa; Kesan Pertama yang Memesona.

49 8 0
                                    

Buku Dua –  Putra Mahkota Penyenang Dewa

    BAB 58 –  Pada Jalan Besar Dewa; Kesan Pertama yang Memesona.

Pedangnya menghunus, menembus jantung hantu dan membunuhnya hingga mati di tanah.

“Dengan karunia surga, hantu telah dikalahkan dan durjana telah ditundukkan!”

Di masing-masing sisi Jalan Besar Dewa Bela Diri, sorak sorai meledak layaknya ombak laut, muncul dan datang tiada henti. Sorakan satu lebih tinggi dari sorakan yang lain. Di depan gerbang istana yang semerah darah, tepatnya di halaman; dua kultivator yang memerankan dewa dan hantu membungkuk ke kumpulan orang-orang yang ada dan turun dari panggung ke samping. Pertarungan bela diri yang dibuka tadi membuat keriangan orang-orang di kota semakin naik; tidak hanya mereka saling sikut-menyikut di jalan, bahkan atap-atapnya bercecer orang-orang yang begitu berani untuk memanjat, bertepuk tangan, serta bersorak; kumpulan tadi sungguh teramat liar.

Perayaan semegah ini benar-benar ramai hingga meluap. Pada sejarah Kerajaan Xian Le, jika ada festival Shangyuan yang bisa dideskripsikan seperti di atas, maka hari ini adalah harinya!

Dalam barisan para anggota kerajaan dengan busana mahal yang ada di mimbar, setiap dari mereka memasang senyum santun ke sekumpulan orang-orang yang ada di bawah. Di dalam istana, barisan panjang dari ratusan orang menunggu dalam diam.

Ketika kelenengnya berbunyi, Guoshi meluruskan kumis yang tidak ia miliki dan memanggil, “Pendekar Pembuka Jalan!”

“Hadir!”

“Peri-peri Surga Putra Mahkota!”

“Hadir!”

“Musisi!”

“Hadir!”

“Kalvari!”

“Hadir!”

“Hantu!”

“Hadir!”

“Pendekar Penyenang Dewa!”

Tidak ada yang menjawab. Guoshi mengerutkan kening, melihat ada yang tidak beres dan menolehkan kepala.

“Pendekar Penyenang Dewa? Di mana Putra Mahkota?”

Masih tidak ada seorang pun yang menjawab.  Sosok yang tadi menjawab ketika dipanggil ‘hantu’ meragu, lantas kemudian membuka topeng menyeramkan yang ia kenakan dan menyingkap wajah bersih yang pucat.

Pemuda ini berusia sekitar enam belas atau tujuh belas tahun. Kulit dan bibirnya pucat, segar dan bersih dengan sepasang mata yang segelap obsidian namun cerah bersinar. Rambutnya lembut dan halus dengan beberapa helai yang menutupi kening dan pipinya. Dia terlihat diam dan menurut, sangat berbeda dengan topeng menyeramkan yang ada di tangannya.

Dia menjawab pelan, “Yang Mulia Putra Mahkota sudah pergi,”

Guoshi hampir pingsan Tetapi, demi perayaan agung ini dia tidak bisa pingsan, jadi ia menahan diri dan berteriak jengkel. “Apa—?! Dia pergi?! Kapan Yang Mulia pergi?? Upacara perayaan sudah hampir meninggalkan gerbang istana!! Ketika panggung agung terbuka dan di dalamnya hanya ada hantu tanpa adanya dewa, tulang-tulang tuaku tidak akan mampu berenang di antara ludah-ludah yang akan berterbangan kepadaku! Mu Qing, kenapa kau tidak menghentikannya???”

Mu Qing menundukkan kepala. “Ketika Yang Mulia pergi, beliau mengatakan padaku untuk menyampaikan jika tidak perlu khawatir, semuanya akan berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Beliau akan kembali dengan segera.”

Guoshi benar-benar histeris. “Bagaimana bisa aku tidak khawatir? Apa maksudmu dengan ‘dengan segera’? Kapan yang dimaksud dengan ‘dengan segera’? Bagaimana jika dia tidak kembali tepat waktu??”

[Danmei - Terjemahan] Karunia Para Dewa / Heaven Officials BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang