BAB 61 - Mutiara Merah yang Hilang;

28 2 0
                                    

Buku Dua – Putra Mahkota Penyenang Dewa

BAB 61 – Mutiara Merah yang Hilang; Tanpa Sengaja Mata Merah Memandang Penuh Damba 2.

Xie Lian menarik cuping telinga. "Salah satu antingnya hilang."

Masyarakat Xian Le selalu percaya jika puncak dari sebuah kultivasi adalah keharmonisan antara 'yin dan yang', kesatuan antara laki-laki dan perempuan. Wujud dari para dewa tidak henti-hentinya berubah dan secara alamiah, tidak ada pembatasan jenis kelamin. Mereka bisa berubah dari laki-laki menjadi perempuan semaunya. Oleh karena itu, kepercayaan ini ditenunkan pada rancangan busana Pendekar Penyenang Dewa. Sepanjang sejarah, setiap Pendekar Penyenang Dewa selalu mengenakan perhiasan dan aksesoris yang merepresentasikan wujud dan detail dari kedua jenis kelamin, contohnya anting, gelang, dan lain-lain. Ketika Xie Lian sedang bersiap untuk berperan sebagai Pendekar Penyenang Dewa, dia menindik telinganya dan memasang sepasang anting.

Sepasang anting itu terbuat dari mutiara karang yang berwarna hitam gelap, berkilau dan lembut, bersinar dan mewah, langka dan agung. Namun, ketika Xie Lian menyisir rambutnya tadi, dia hanya merasakan jika ada satu mutiara merah karang yang tertinggal.

Begitu dia mengatakan jika antingnya hilang, raut tenang Mu Qing kembali membeku, tetapi dua orang lain yang ada di sana sama sekali tidak menyadari. Feng Xin melihat ke seluruh ruangan terlebih dahulu, di dalam dan di luar, tetapi kembali dengan tangan kosong.

"Kau benar-benar sembrono, bahkan hal yang dipasang di telingamu bisa hilang. Aku tidak menemukannya di Pavilun Xian Le, jadi aku akan keluar dan mencarinya di luar. Berdoalah ke surga, semoga kau tidak menghilangkannya selama parade berlangsung."

Xie Lian kebingungan, tetapi dia sama sekali tidak peduli. "Bisa jadi. Tetapi jika memang itu yang terjadi, maka kau tidak akan mungkin menemukannya. Kalau memang hilang, ya sudah."

Mu Qing di sisi lain telah membawa sapu yang biasanya ia gunakan untuk bertugas. Dia berujar pelan. "Mutiara itu terlalu berharga; setidaknya cobalah untuk mencari. Bisa saja menggelinding di bawah kasur atau rak."

Dia mulai menyapu dan Xie Lian menanggapi, "Kalau begitu, kenapa kita tidak memanggil lebih banyak orang untuk membantu?"

"Kerumunan orang malah akan membuat ribut. Bisa saja mutiara itu dimasukkan ke saku mereka sebelum kita bahkan menemukannya," Feng Xin berujar tanpa berpikir.

Mu Qing tadinya mengecek tanpa suara di bawah ranjang, tetapi ketika dia mendengar kata-kata Feng Xin, wajahnya sempat berubah pucat pasi selama beberapa saat. Dia mengangkat kaki dan suara retakan terdengar keras, sapu yang ada ditangannya patah menjadi dua. Xie Lian terkejut hingga berjingkat.

Sejak mereka meninggalkan Aula Bela Diri Agung, mulut Feng Xin dipenuhi dengan berbagai macam keluhan terhadap Mu Qing, tetapi kata-kata itu tidak pernah keluar dari mulutnya. Tetapi sekarang ketika dia melihat Mu Qing yang lebih dahulu murka, dia turut murka.

"Kenapa kau tiba-tiba merusak barang? Siapa yang membuatmu marah sekarang?"

Mu Qing menjawab dengan dingin. "Kenapa kau tidak langsung mengatakan apa yang ingin kau katakan dari pada terus membuat bayangan kias yang sama sekali tidak berwujud? Aku sama sekali tidak ada hubungannya dengan mutiara yang hilang."

Feng Xin adalah tipikal orang yang ceplas-ceplos; tanpa tedeng aling-aling. Dan ini adalah pertama kalinya seseorang menuduhnya dengan 'membuat bayangan kias yang sama sekali tidak memiliki wujud' dan mendenguskan tawa karena murka. "Kenapa kau tidak mengatakannya secara langsung?! Memangnya aku bicara apa? Aku tidak mengatakan jika kau yang mencurinya, tetapi malah kau yang resah. Kenapa? Merasa bersalah?"

[Danmei - Terjemahan] Karunia Para Dewa / Heaven Officials BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang