BAB 56 - Mencari Masa Lalu; Kembali Menelusuri Langkah ke Gunung Taicang.

40 4 0
                                    

Buku Satu – Hujan Darah Mengedari Bunga

BAB 56 – Mencari Masa Lalu; Kembali Menelusuri Langkah ke Gunung Taicang.

Tanpa tahu mengapa, tiba-tiba Xie Lian merasa jika dirinya kembali dipenuhi oleh semangat.

Setelah Lang Qianqiu pergi, langkah Xie Lian sebetulnya ragu-ragu dengan bahu yang merosot. Tetapi rasa semangat ini datang entah dari mana dan dia sendiri tidak tahu semangat ini mau diarahkan ke mana; yang dia tahu hanyalah rasa itu membuatnya berdiri lagi. Dia berdiri tanpa bergerak dan Shi Qingxuan mendekatinya, ia lantas memberikan Xie Lian tepukan di bahu.

"Sungguh lelaki yang keren. Yang Mulia, aku tidak tahu bagaimana ceritanya kau bisa berteman dengan dia, tetapi kau sungguh sangat beruntung."

Ini adalah pertama kalinya Xie Lian mendengar bahwa dia adalah orang yang beruntung. Xie Lian melirik ke Shi Qingxuan dan tersenyum.

"Benarkah? Mungkin memang begitu."

Di belakang mereka, Feng Xin masih terus berusaha mengusapi wajahnya. Kemudian keduanya menolehkan kepala dan melihat wajah Feng Xin yang ditutupi oleh bulu-bulu, sungguh pemandangan yang sangat menyedihkan hingga membuat mereka tertawa.

"Aku minta maaf atas itu tadi," Xie Lian berujar.

Bisa dibilang itu adalah sebuah permintaan maaf atas nama Hua Cheng. Feng Xin akhirnya selesai mencabuti bulu-bulu putih yang ada di wajahnya.

"Aku tidak seberbakat dia, jadi aku tidak bisa mengatakan apapun."

Ketiganya lantas melanjutkan kegiatan mereka untuk mencari orang-orang yng terjebak di gua dan memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang tertinggal sebelum kemudian mereka menaiki awan kinton dan kembali ke Mahkamah Surga.

Begitu mereka melewati gerbang, mereka melihat jalanan di surga di penuhi oleh dewa-dewa muda dari Mahkamah Tengah; memeriksa setiap sudut dan celah istana-istana dengan begitu teliti—seolah-olah mereka akan dihadapkan dengan musuh yang sangat sakti. Ketika mereka pada akhirnya sampai di Aula Bela Diri Agung, ruangan para penonton sudah dipenuhi oleh para dewa dari Mahkamah Atas. Adu mulut mereka bahkan terdengar dari kejauhan. Hal pertama yang mereka dengar adalah,

"Berani-beraninya Hua Cheng menuduh Mahkamah Atas telah mengirimkan mata-mata ke Kota Hantu! Menggelikan sekali! Memangnya untuk apa surga mengirim mata-mata ke sana?"

Xie Lian dan Shi Qingxuan sama-sama berdeham pelan ketika mendengar hal tersebut. Masalah yang ada belum selesai, tetapi para dewa ini sudah tidak sabar untuk mengoceh. Jika kejadian tadi benar adanya, bukankah itu artinya mereka menampar wajah mereka sendiri?

Ketiganya memasuki aula dengan Shi Qingxuan sebagai pemimpin. Ketika para dewa yang berkumpul melihatnya, beberapa dari mereka memberikan sapaan. "Tuan Angin telah kembali!" "Terima kasih atas kerja kerasmu!"

Tetapi, pada kenyataannya semua mata tertuju kepada Xie Lian. Mereka baru akan berkata lebih banyak ketika mereka melihat Feng Xin yang muncul dari belakang, keadannya yang terlihat seolah dia baru saja tenggelam dalam rawa-rawa yang airnya dari darah dengan wajah menghitam membuat orang-orang berdiri kaku di tempat mereka dan langsung mengalihkan pandangan. Bagaimanapun, tidak ada orang yang mau diumpati di aula agung. Hanya Mu Qing yang tidak hanya tidak menghindari Feng Xin, namun dia memang sengaja menatap; tujuannya lebih dari jelas.

Xie Lian mengangkat kepala dan melihat Jun Wu yang duduk di atas singgasana; satu tangan menyanggah kepala dengan jari-jari yang menekan kening, matanya tertutup—ia terlihat sungguh lelah. Xie Lian bisa mengerti apa yang sedang Jun Wu rasakan.

[Danmei - Terjemahan] Karunia Para Dewa / Heaven Officials BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang