BAB 68 - Naik sebagai Manusia; Jatuh juga sebagai Manusia 3.

28 3 0
                                    

Buku Dua – Putra Mahkota Penyenang Dewa

BAB 68 – Naik sebagai Manusia; Jatuh juga sebagai Manusia 3.

Hong Hong-er menoleh dan menyeruakkan wajahnya di dada Xie Lian sembari meraung.

Raungannya sama sekali tidak bersuara, sama sekali tidak ada artinya dan sama sekali tidak seperti sebuah isakan. Tetapi, bagaimanapun, terdengar begitu pedih. Tanpa melihat siapa yang menangis, tangisan tadi terdengar seperti orang dewasa yang tengah meratap, atau hewan buas kecil yang lehernya tengah digorok dengan pisau; seolah-olah kematian hanya menjadi satu-satunya jawaban. Semua orang bisa membuat suara yang sama, namun suara itu tidak seharusnya keluar dari mulut anak kecil berumur sepuluh tahun. Semua orang tercengang.

Sejenak kemudian, Guoshi berujar. "Aku bersungguh-sungguh. Baiknya lepaskan saja."

Feng Xin datang dan berteriak, "Yang Mulia! Lepaskan! Hati-hati dengan..." Tetapi pada akhirnya, dia tidak memiliki hati untuk melanjutkan kalimatnya.

"Tidak apa-apa," Xie Lian berujar.

Zhu-shixiong, bagaimanapun, cukup khawatir dengan kenyamanan Yang Mulia, dan dari bagaimana dia melihat Hong Hong-er menodai jubah putih Xie Lian dengan darah dan ingus, dia langsung berlari untuk menarik anak kecil tadi sambil mencaci, "Anak kecil, tidak boleh!"

Namun, semakin keras dia mencoba melepaskan anak tadi, semakin kuat genggamannya ke Xie Lian, dia sama sekali enggan untuk melepas. Dia bahkan menggunakan kedua tangan dan kakinya untuk bergelantungan sembari berteriak, "AAAHH!!" Tiga sampai empat orang maju dan mencoba melepaskannya dari Xie Lian, tetapi hal tersebut malah membuatnya bergelantungan ke Xie Lian seperti monyet kecil. Xie Lian melihat hal tersebut sebagai hal yang jenaka, namun juga pilu. Dia menggendong Hong Hong-er dengan satu tangan, lantas dengan lembut mengelus punggung kecilnya menenangkan sembari mengangkat satu tangan yang lain.

"Biarkan saja. Tidak usah dipikirkan, biarkan saja dia."

Beberapa saat kemudian, setelah merasakan jika anak yang ada di dalam gendongannya berhenti bergerak dan tenang, Xie Lian bertanya kepada orang-orang terdekat dengan bisikan pelan, "Apakah ada orang lain yang terluka karena kebakaran Paviliun Xian Le?"

"Tidak," Mu Qing menjawab. "Hanya ada kita saat waktu kejadian."

Karena Paviliun Xian Le terbakar hingga hampir habis, Xie Lian tidak bisa lagi tinggal di sana. Setelah memastikan jika hanya bangunan yang terbakar dan bukan orang, mereka yang membantu memadamkan api mulai membantu membersihkan lingkungan sekitar merasa begitu kusut karena melihat batu-batu harga berharga yang terbakar hangus. Tetapi bagaimanapun, Xie Lian sama sekali tidak risau.

Barang-barang yang ia gunakan dalam keseharian sedikit lebih rumit, tetapi selain itu, Xie Lian tidak memiliki hal-hal penting yang dia simpan di Paviliun Xian Le. Koleksi-koleksinya yang paling berharga adalah lebih dari dua ratus pedang berharga, tetapi mereka dibuat dari logam yang tahan api. Lagi pula mereka juga dibentuk dari api, jadi semua pedang-pedang itu sama sekali tidak terkena dampak. Setelah mengumpulkan semua pedangnya sendiri, Xie Lian menyimpannya untuk sementara di Paviliun Sixiang milik Guoshi.

Di sisi lain, Hong Hong-er masih menggenggam Xie Lian dengan begitu erat. Dan setelah menangis hingga kelelahan, dia akhirnya tertidur. Xie Lian awalnya ingin membawa dia ke bawah Gunung Taicang untuk mencari tempat yang aman untuk dia tinggal, tetapi Guoshi memintanya untuk berkunjung terlebih dahulu ke Paviliun Sixiang, olehnya Xie Lian membawanya ke sana juga,

Menempatkan anak itu di divan dan setelah membenarkan selimutnya, Xie Lian menurunkan tirai ranjang dan keluar dari ruangan tadi bersama Mu Qing dan Feng Xin.

[Danmei - Terjemahan] Karunia Para Dewa / Heaven Officials BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang