BAB 64 - Mutiara Merah yang Hilang;

20 3 0
                                    

Buku Dua – Putra Mahkota Penyenang Dewa

BAB 64 – Mutiara Merah yang Hilang; Tanpa Sengaja Mata Merah Memandang Penuh Damba 5

Xie Lian menenangkan, "Jangan takut, aku tidak akan melakukan apapun. Aku hanya ingin memeriksa lukamu."

Namun, anak itu malah makin menekan tangannya. Ia hanya memperlihatkan satu mata obsidian besar yang terlihat panik. Tetapi rasa panik yang diperlihatkan tidak terlihat jika dia takut untuk kembali dipukuli, melakinkan takut jika apa yang ia sembunyikan ketahuan.

Melihat bagaimana muka mungil yang tertutupi setengah hanya dengan satu mata, Xie Lian tiba-tiba teringat jika dia mungkin pernah melihat anak ini entah di mana dan memicingkan mata.

Qi Rong melihat wajah bingungnya dan menjelaskan, "Kakak sepupu, setan kecil itu yang merusak upacara agungmu kemarin, jadi aku membalaskan dendam untukmu. Jangan khawatir, aku sudah berhati-hati, dia tidak akan mati."

Rupanya benar, anak yang berada di tangannya adalah anak yang sama yang terjatuh dari dinding kota di Upacara Prosesi Surgawi Shangyuan sehari sebelumnya!

Pantas saja Xie Lian merasa tidak asing. Anak kecil ini bahkan belum berganti baju; dia masih mengenakan busana yang sama dengan yang ia kenakan kemarin. Tetapi karena pukulan dan seretan yang ia terima, dia bahkan terlihat jauh lebih lusuh dan hampir tidak bisa dikenali, hampir sama sekali tidak terlihat jika dia adalah orang yang sama.

Xie Lian tidak bisa menahan amarahnya lebih jauh, "SIAPA YANG MEMINTAMU UNTUK MEMBALAS DENDAM UNTUKKU?? ANAK INI SAMA SEKALI TIDAK ADA HUBUNGANNYA, ITU BUKAN SALAHNYA!"

Qi Rong menjustifikasi apa yang ia lakukan, "Tentu saja itu salahnya. Jika bukan karena dia, kau tidak akan dimarahi oleh para Guoshi!"

Keributan yang terjadi semakin tidak terkendali, kerumumunan orang yang melihat semakin bertambah banyak, semua berbisik satu sama lain. Tepat ketika itu, Mu Qing juga mendekat dan Qi Rong mengarahkan cemetinya kepadanya. Raut wajahnya penuh murka.

"Dan kau! Budak rendahan! Hanya dengan melihat wajahnya saja aku sudah bisa menebak jika dia tidak tahu tempat. Jika kau tidak mendisiplinkannya, cepat atau lambat, dia akan menumbangkanmu, sang majikan. Aku membantumu mendisiplinkannya, tetapi kau malah berbalik dan membelanya dan malah menyalahkanku. Sekarang paman dan bibi bahkan tidak menghargai maksud baikku, bahkan mereka menyita andong emasku! Kakak sepupu, itu adalah hadiah ulang tahunku! Aku sudah menginginkannya selama lebih dari dua tahun!!"

Mu Qing menatap Qi Rong dengan tatapan yang tidak bisa dibaca. Xie Lian mengenduskan tawa karena marah.

"Aku tidak butuh maksud baikmu, tidak seperti ini. Apa kau benar membalas dendam untukku? Atau sebetulnya kau membalas dendam untuk dirimu sendiri?"

"..." Qi Rong berujar, "Kakak sepupu, kenapa kau berkata seperti itu kepadaku? Apa yang salah dari aku yang hanya mencoba mengikutimu?"

Xie Lian tidak bisa berdebat dengan Qi Rong. "Qi Rong, dengar. Mulai sekarang, kau tidak boleh sedikitpun menyentuh anak ini. Satu jari pun tidak boleh! KAU DENGAR APA YANG AKU KATAKAN?!"

Tepat ketika itu, Xie Lian tiba-tiba merasakan sebuah tarikan di lehernya. Dia baru berada di puncak kemarahan dan dia terkejut. Dia menunduk dan melihat jika anak kecil tadi menguburkan wajah di dadanya; kedua tangannya memeluk leher Xie Lian dengan erat. Xie Lian bisa merasakan jika tubuh mungilnya bergetar begitu hebat dan Xie Lian pikir, sangat mungkin jika dia kesakitan.

Dengan segera dia bertanya, "Ada apa?"

Anak itu penuh dengan lumpur, kotoran dan darah. Sungguh lusuh dan koyak. Jubah putih Xie Lian jadi terkena semua itu namun Xie Lian sama sekali tidak peduli. Dengan lembut dia menepuk punggung si anak kecil untuk menenangkannya dengan suara lembut. "Aku akan membawamu ke tabib sekarang."

[Danmei - Terjemahan] Karunia Para Dewa / Heaven Officials BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang