39).☀️

27.5K 2.1K 549
                                    

Hai hai...

Author kembali...

Iya author tau kok kalian kangen banget sama author yang cantik dan manis ini xixixi

Eh iya jangan lupa follow ig Author ya @Olga.griselda24

Happy reading...



Setelah satu jam menunggu, akhirnya pintu terbuka yang membuat mereka menatap ke arah pintu yang terbuka itu.

Mereka berlari ke arah dokter yang baru saja keluar, Keno mendorong kursi roda Mentari agar ia juga mendengar penjelasan dari dokter tersebut.

Iva dan Roy sedari tadi panik bukan main. Begitu juga dengan Deva dan Dano yang terus menerus berdoa.

"Keluarga pasien?" Tanya dokter pada mereka semua.

"Kami dok" tegas Roy langsung berdiri didepan dokter dan dengan Iva yang menyusulnya.

"Apakah pasien punya riwayat ginjal?" Tanya dokter membuat mereka membeku. Apa maksud dari pertanyaan dokter ini?.

Iva mengangguk cepat. "Iya dok, Bulan pernah punya penyakit ginjal, tapi itu udah lama banget dok" jawab Iva yang masih panik.

Apa ada hubungannya pertanyaan yang diajukan oleh dokter tersebut dengan kondisi Bulan?

Dokter itu mengangguk tanda mengerti. "Kalau begitu mari ikut saya ke ruangan saya, ada yang ingin saya bicarakan" ucap dokter itu lalu berjalan menuju ruangannya.

Roy dan Iva berjalan menyusul dokter tersebut tanpa henti hentinya berdoa untuk Bulan.

Mentari berharap tak terjadi apa apa pada kembarannya itu, ia meneteskan air mata karna khawatir. Bagaimana pun Bulan adalah kembarannya, dan ia sayang padanya.

Entah apa yang dokter bicarakan pada Roy dan Iva didalam sana, tetapi mereka semua berharap tak ada kabar buruk.

Jujur saja, overthinking terus saja menyelimuti pikiran mereka semua.

☀️☀️☀️☀️☀️☀️

Tak ada yang berkutik satu pun setelah satu jam yang lalu Roy dan Iva mengatakan apa yang dokter jelaskan tadi di dalam.

"Maa..." Lirih Mentari memanggil Iva. Mentari tau, Iva sangat sedih dengan kejadian ini, maka dari itu ia membuang egonya jauh jauh, ia tak ingin Iva makin bersedih.

"Ma Mentari tau Mama sedih, tapi--"

Tanpa aba aba Iva langsung meninggalkan mereka semua membuat Mentari menghela nafas.

Mentari maklum, mungkin Iva masih tak sanggup mendengar pernyataan yang dikatakan oleh dokter tadi.

"Penyakit Bulan yang kali ini lebih berbahaya dari yang sebelumnya" lirih Roy membuat Mentari sedih melihat Papanya seperti ini. Pandangan Roy yang kosong membuat siapa saja yang melihatnya menjadi iba.

"Kata dokter kalau kita tidak mendapatkan pendonor ginjal untuk Bulan dalam waktu singkat..." Roy menggantungkan ucapannya lalu menghela nafas sejenak.

"Nyawa Bulan ngga akan bisa diselamatkan" sambungnya masih dengan tatapan kosongnya.

Deva mengelus punggung Roy seolah memberi kekuatan untuk Papanya ini.

Mentari menunduk. Entah apa yang ada dipikirannya.

Ia mengambil nafas panjang sebelum berucap.

Mentari menatap Roy. "Pa, Tari mau ngomong bentar sama Papa, tapi ngga disini." Ucap Mentari membuat Roy menatapnya.

Mentari Tanpa SinarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang