Silahkan klik tombol bintang hehe
Happy Reading...
Hari ini hari minggu, dan Mentari masih setia bersama selimutnya, hingga bunyi alarm mengganggu tidurnya.
"Ck ni alarm brisik banget sih" gumamnya sembari mematikan alarm tersebut secara kasar. Ia mengambil posisi duduk. Ia mengucek-ngucek mata terlebih dahulu sebelum bangkit untuk mandi.
Dengan tidak niat ia berjalan ke arah kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya.
15 menit sudah berlalu, dan kini Mentari telah selesai mandi. Mentari membereskan tempat tidurnya lalu pergi ke dapur untuk memasak.
Perlu kalian ketahui kalau mentari ahli dalam memasak. Masakannya sangat enak, tetapi orang lain tak pernah mencicipi masakannya itu, sehingga mereka tidak tahu kalau Mentari jago masak.
"Emm... masakan gue enak juga" gumamnya ketika mencicipi makanan yang baru saja dibuatnya. Ia baru saja selesai memasak.
Mentari membawa makanannya ke meja makan lalu ia makan dengan tenang.
"Mungkin kalau gue ikutan master chef, gue bakal menang ni" ucapnya sombong yang diakhiri kekehan kecil.
"Menanggung kekalahan kali" lanjutnya lagi seraya terkekeh geli.
Ia menikmati makanan yang dibuatnya sendiri dengan lahap.
Setelah selesai makan dia pergi keruang tengah hanya untuk duduk saja sambil minum teh.
"Apa gue pulang aja kali ya" ujarnya bergumam pada diri sendiri. Tapi kemudian ia mengingat kembali kejadian kemarin, yang membuatnya kembali kesal.
"Ck tapi gue masih kesel karena kejadian kemaren" gumamnya lagi pada diri sendiri.
"Aku sebenarnya rindu sama kalian... Aku rindu Mama, Papa, aku juga rindu sama Abang" lirihnya. Kini ia mencoba untuk tidak menangis.
"Tapi kalian selalu menomor duakan aku. Aku kangen Mama yang selalu nemenin aku tidur, aku rindu Papa yang bacain dongeng, aku rindu Abang yang selalu jagain aku" gumamnya seraya mengingat kejadian dimana keluarga mereka masih sangat bahagia. Ia melihat ke arah atas agar air matanya tidak menetes.
"Tapi kalian berubah karena penyakitnya bulan" lirihnya sendu.
Kini satu tetes air mata telah lolos dari pelupuk matanya. Ia gagal menyembunyikan kesedihannya.
Ya Mentari sebenarnya sangat menyayangi keluarganya, apalagi kedua abangnya itu, karena dulu Mentari sangat dekat dengan Deva dan Dano. Dulu Mentari adalah seorang yang periang, dia sangat hangat kepada semua orang apalagi kepada abangnya. Dulu Mentari sangat manja kepada kedua abangnya itu, dan mereka pun sangat senang apabila Mentari manja kepadanya.
Tapi semua itu dibatasi oleh kata dulu. Sebenarnya Mentari sangat menginginkan semua itu kembali, tetapi apa boleh buat, dia terlanjur kecewa kepada keluarganya.
#Flash back on
"Ma suapin mentari dong" ucap Mentari yang masih berumur delapan tahun itu kepada seseorang paruh baya.
"Nanti ya, Mama lagi nyuapin Bulan" ucap Iva kepada Mentari. Berharap Mentari mengerti.
"Mama selalu bilang begitu, tapi nanti kalau Tari tagih Mama bilangnya bentar ya Mama lagi iniin Bulanlah ituin Bulanlah" nyinyir Mentari kepada Iva lalu berlalu pergi. Iva menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anaknya yang paling kecil ini.
-----------------------------------------------------------
"Pa gambar mentari bagus ngga?" Tanya Mentari kepada Roy dengan antusiasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Tanpa Sinar
أدب المراهقينAku hanya seorang mentari yang kehilangan sinarnya, aku hanya ingin diperhatikan dan diperdulikan sekali saja, tapi mengapa takdir seolah memusuhiku? -Mentari Carramel Kalian selalu berkata "Bentar ya, Mama mau bacain dongeng buat Bulan," "Bentar ya...