Hargai karya author dengan cara tekan tombol bintang
Happy reading...
Mentari sekarang ada disini, yaitu di pemakaman kakek dan neneknya. Selama ini yang peduli kepada Mentari ialah kakek dan neneknya. Sementara Mamanya, Papanya dan kedua abangnya hanya peduli pada Bulan. Karena pada waktu itu Bulan menderita penyakit ginjal, tetapi penyakitnya telah sembuh sejak setahun yang lalu.
"Nenek sama Kakek kok ninggalin Mentari sih... Mentari ngga kuat kalau gini terus Nek, Kek... Mentari lebih baik ikut kalian aja kalau gini terus..." Ujar Mentari lirih seraya menangis.
"Mentari kangen sama mereka yang dulu Nek, Kek. Apa lagi Bang Deva dan Bang Dano... Dulu mereka manja-manjain Mentari, tapi sekarang mereka udah ngga peduli lagi sama Mentari... Mentari ngga punya siapa-siapa lagi... Mentari sendirian hiks..." Isak Mentari.
Setelah beberapa menit menangis dan mencurahkan isi hatinya, ia menghapus air matanya.
Menghela nafas, lalu tersenyum.
"Mentari pulang dulu ya Kek, Nek" ucapnya lalu berdiri dan beranjak dari sana.
Tetapi Mentari bukan pulang ke rumahnya, melainkan ke Apartement miliknya yang ia beli memakai tabungannya. Ia ke Apartement-nya untuk menenangkan diri, karna ia butuh waktu sendiri sekarang.
Ia tak ingin hatinya terluka lagi. Atau pun ia ingin menyembuhkan hatinya yang luka dan bersiap untuk dibuat luka lagi.
☀️☀️☀️☀️☀️☀️
"Pa, Mama khawatir sama Mentari... Kita salah besar Pa, kita udah nyalahin Mentari untuk kesalahan yang sama sekali engga dia perbuat." Ujar Iva kepada Roy seraya menggoyang-goyangkan lengan Roy. Tangis Iva kembali pecah saat mengingat kejadian tadi.
"Udah, Mama tenang dulu ya Ma, Mentari pasti baik baik aja kok" Ucap Roy menenangkan Iva. Sebenarnya ia juga khawatir pada Mentari.
Terdengar suara langkah kaki dari arah luar. Membuat pandangan mereka jatuh pada suara itu.
"Om, Tante, maaf Gava ngga bisa nemuin Mentari. Gava udah keliling tapi ngga nemuin Mentari" ucap Gava sedih, sedari tadi ia berusaha mencari Mentari namun nihil, Mentari bak tertelan Bumi.
Memang Gava tidak punya perasaan apa apa terhadap Mentari, tetapi ia merasa bersalah kepada Mentari karna tadi sudah menuduhnya. Tetapi bukan hanya itu, entah kenapa perasaannya aneh karena Mentari pergi.
"Hikss... Pa ini gimana!" Ujar Iva yang sudah berlinang air mata.
"Mama tenang dulu ya biar Deva , Dano sama Gava yang nyari Mentari" ucap Deva yang dibalas angguk antusias dari Iva.
"Ayo Gav" ajak Deva yang diberikan anggukan oleh Gava.
Mereka mulai bergegas lagi untuk mencari Mentari.
Gava sedari tadi mengirim pesan kepada semua temannya, siapa tahu ada yang melihat Mentari."Gimana Gav?" Tanya Deva tanpa melihat Gava. Ia sedang Fokus menyetir mobil, dan Dano yang melihat sekitar, siapa tahu Mentari berada disekitar sini.
Gava masih terus fokus bertanya ke semua teman temannya.
"Bang bang... Ni ada yang liat Mentari" antusias Gava memberi tahu Deva.
Dilain tempat lebih tepatnya dikediaman Mentari.
"Huhh... Gue rasa gue ngga pulang dulu deh, gue mau nenangin diri dulu disini" gumamnya pada diri sendiri.
Mentari sedang berada diapartement miliknya untuk menenangkan dirinya setelah kejadian tadi. Kejadian dimana keluarganya menuduhnya begitu saja tanpa mengetahui kejadian yang sebenarnya terjadi, dan bukan hanya keluarganya, pacarnya sekalipun tak percaya kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Tanpa Sinar
Подростковая литератураAku hanya seorang mentari yang kehilangan sinarnya, aku hanya ingin diperhatikan dan diperdulikan sekali saja, tapi mengapa takdir seolah memusuhiku? -Mentari Carramel Kalian selalu berkata "Bentar ya, Mama mau bacain dongeng buat Bulan," "Bentar ya...