7).☀️

33.7K 2.7K 16
                                    

"duh tadi mereka ngeliat ngga ya?" Gumam Mentari cemas bertanya pada dirinya sendiri. Kini ia telah meminum obatnya dan membersihkan darah dari hidungnya.

Ia menggigit bibir bawahnya cemas.

"Semoga engga" gumamnya berharap.

Suara ketukan pintu terdengar membuat Mentari kelimpungan.

Mentari yang panik langsung buru-buru menyimpan obatnya di laci meja, dan berharap tak ada yang menemukannya selain dirinya.

"Masuk aja" ucap Mentari membuat pintu terbuka.

Masuklah dua orang lelaki yang berbeda beberapa tahun denganya.

"Dek, kamu sakit?" Tanya Dano membuat Mentari gugup, tangannya dingin, sepertinya ia tahu apa yang akan ditanyakan mereka.

"Apa peduli kalian?" Tanyanya menusuk. Tapi sebenarnya mentari sangat gugup sekarang.

Jujur sejujur jujurnya Mentari sangat rindu kepada dua orang yang dihadapannya ini, tetapi gengsi dan egonya mengalihkan itu semua.

"Tapi tadi abang lihat kamu mimisan, kamu sakit?" Tanya Deva tepat sasaran. Mentari sangat bingung harus menjawab apa. Tak mungkin ia jujur kan?

"Gua ngga sakit" alibi Mentari gugup dan berharap mereka percaya dengan alibinya.

"Dek abang mohon sama kamu dek, abang pengen kamu jadi Mentari yang abang kenal dulu, dan abang janji bakal jadi abang kamu yang selalu ada buat kamu" lirih Deva yang membuat Mentari membisu.

Mentari menatap Deva dengan mata yang berkaca-kaca.

Deva mengusap lembut surai Mentari.

Tanpa aba aba Mentari langsung berhambur kepelukan Deva yang membuat Deva hampir terjatuh.

Mentari memeluk Deva erat. Air matanya perlahan jatuh.

Deva tersenyum hangat membalas pelukan Mentari. Ia mengusap-usap punggung Mentari lembut.

"Maaf bang, maaf kalo selama ini Mentari jadi adik yang ngga tau diri. Mentari cuma kecewa sama kalian..
Tapi mentari tetep sayang kok sama abang. Maafin Mentari hiks..." Lirih Mentari dengan sesegukan membuat Deva memeluk Mentari erat.

Deva memejamkan matanya.

Tangis Mentari pecah kala berada dipelukan Deva, abangnya itu. Kini ia telah merasakan kembali hangatnya pelukan seorang abang.

"Heyy kamu jangan ngomong kaya gitu, kamu akan tetap jadi adik abang yang terbaik kok, dan abang juga minta maaf sama kamu ya karna selama ini abang ngga adil dan belum bisa menjadi abang yang baik buat kamu" ucap Deva sembari mengelus rambut Mentari lembut, ia tak bisa melihat adiknya rapuh seperti ini. Ia tak bisa!

Deva sangat senang karna ini pertama kalinya setelah sekian lama ia dipeluk oleh Mentari dan dipanggil oleh sebutan abang oleh nya.

Mentari perlahan melerai pelukannya dari Deva.

Ia menatap Dano sendu.

Dano membuka tangannya membuat Mentari memeluknya.

"Hikss... abang maafin Mentari, Mentari udah jahat selama ini hiks..., Maaf juga kalau Mentari udah kasar sama abang, Mentari janji bakal berubah hiks..." Isak Mentari dengan tangis yang semakin pecah. Dano menghapus air mata Mentari.

"Seharusnya abang yang minta maaf sama kamu dek. Maaf kalau abang ngga adil sama kamu, dan maaf pernah nuduh kamu yang engga engga. Abang janji bakal berubah dan selalu ada buat Mentarinya abang yang paling cantik ini" ucap Dano sembari mencolek hidung mentari diakhir kalimat. Mentari menghapus sisa-sisa air matanya seraya terkekeh pelan.

Mentari Tanpa SinarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang