"MAKANAN DATANG" teriak Mentari yang membuat Deva dan Dano tersentak kaget.
Kini mereka tengah berada dimeja makan.
"Yaampun Tari, abang kaget tau" ujar Deva sembari menggosok telinganya.
Mentari nyengir yang menampilkan gigi putihnya serta lesung kecil disamping bibir yang membuat kemanisannya meningkat.
Sama seperti Bulan. Ya jelas dong kan mereka kembar, tetapi yang membuat mereka beda adalah rambut Mentari yang pirang alami yang sangat cocok dengan kulitnya yang putih bersih. Keturunan dari nenek mereka. Melainkan rambut Bulan berwarna hitam.
"Kamu makannya apa?" Ujar Mentari dengan menyanyikan lagu anak-anak yang berjudul 'du di dam dam'.
"Tempe" sambung Deva dan Dano yang mengetahui lagu itu.
"Saya juru masaknya"- Mentari.
"Oke" - Deva dan Dano.
"Ada tempe goreng, ada ayam goreng, semuanya digoreng" - Mentari.
"Oseng oseng oseng"- Deva dan Dano.
"Sayurnya pilih saja"-Mentari.
"Oke" - Deva dan Dano.
"Semua ada dimeja" -Mentari.
Deva dan Dano terkekeh melihat adiknya yang paling kecil ini. Masalahnya ini lagu anak kecil, dan lihatlah Mentari sudah SMA. Sebenarnya tak cocok lagi menyanyikan lagu ini, tapi karna tubuh Mentari yang kecil membuatnya menjadi lucu dalam menyanyikan lagu ini.
"Ada sayur bayem, ada tempe bacem, awas pedes sambelnya"-Mentari.
"Masih kecil makan disuapin, mau mimik mama yang buatin, sudah besar harus bisa bantu mama, kerja dirumah, du di du di dam dam, du di du di dam, du di du di dam dam, du di du di dam" mereka bernyanyi bersama sama lalu tertawa.
"Udah udah ayo makan" ucap Mentari menyudahi tawa mereka.
☀️☀️☀️☀️☀️☀️
"Pa... Mama rindu Mentari, Deva dan Dano... Mama mau mereka pulang Pa..." Iva berucap dengan menggoyang-goyangkan lengan Roy.
"Papa juga, Ma. Tapi apa boleh buat, itu memang kesalahan Mentari, dia udah buat keluarga kita malu, tetapi Deva dan Dano malah berpihak pada Mentari. Memang mereka itu pilih kasih, lihat lah mereka tak perduli pada Bulan, selalu saja Mentari yang di bela" ujar Roy dengan sedikit emosi.
Apa tidak salah?
Selalu saja Mentari?
Bukannya selama ini mereka selalu me-nomor satukan bulan?
"Ma, pa. Bulan juga kangen mereka" ucap Bulan seraya menunduk dalam.
Roy menghela nafas. "Baiklah, nanti Papa akan ajak abang kamu pulang." Ujar Roy yang membuat mereka bernafas lega.
"Tapi tidak dengan Mentari" sambung Roy lalu beranjak pergi.
Bulan agak senang karena rumah jadi tak sepi lagi karna kehadiran kedua abangnya itu, tapi ia juga menginginkan Mentari kembali.
Mereka hanya pasrah. Membantah pun tak berguna.
"Hiks... Mentari anak Mama" isak Iva kembali, membuat Bulan memeluknya dari samping.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Tanpa Sinar
Teen FictionAku hanya seorang mentari yang kehilangan sinarnya, aku hanya ingin diperhatikan dan diperdulikan sekali saja, tapi mengapa takdir seolah memusuhiku? -Mentari Carramel Kalian selalu berkata "Bentar ya, Mama mau bacain dongeng buat Bulan," "Bentar ya...