27).☀️

28.9K 2K 85
                                    

Hollaaa

Buat pembaca MTS (Mentari Tanpa Sinar), author minta maaf yang sebesar besarnya kalau author UPnya lama-lama banget:(, gatau kenapa jiwa mager author tuh mendarah daging:(

Yaudah ini author udah berhasil ngumpulin niat buat UP. Yeyyy🎉

Seperti yang sering author pesankan untuk jangan lupa vote MTS yaw

Happy Reading...


"Eunghhh" lenguh Mentari yang baru saja sadar dari pingsannya. Semua orang yang ada disana langsung menatap ke arahnya dengan binaran, kecuali satu orang, yaitu kembaran Mentari sendiri. Ia menatap jengah Mentari.

"Dek kamu gapapa?" Tanya Deva dan Dano serentak, membuat mereka tatap-tatapan.

"Plagiat" gumam Deva menatap Dano. Dano memutar mata malas.

Mentari terkekeh pelan melihat tingkah kedua abangnya itu.

"Tari gapapa bang" ujar Mentari dengan senyum meyakinkan. Mereka semua bernafas lega kecuali Bulan yang berdecak sebal.

Dano menatap Gava yang sedari tadi menatap sendu ke arah Mentari. Dano menyenggol lengan Deva membuat Deva menatap ke arahnya sembari menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya. Dano menunjuk Gava dengan dagunya setelah itu menunjuk Mentari juga. Deva yang paham langsung mengangguk.

"Ma, Pa, kita keluar sebentar dulu yuk" ajak Deva, lalu mengkode mereka agar memberikan waktu sebentar untuk Gava dengan Mentari. Dan untungnya mereka berdua mengerti.

Deva merangkul Bulan dan membawanya keluar juga dari sana.

Gava menatap Mentari sendu.

"Tar-"

"Ssttt"

Mentari menaruh jari telunjuknya di depan bibir Gava.

Mentari tersenyum lembut. "Jangan minta maaf. Kamu ngga salah. Aku yang salah karna udah berharap lebih. Seharusnya aku sadar kalau hati kamu emang bukan buat aku, tapi aku bakal berusaha kok" ujar Mentari dengan senyum lembut, ya meskipun ada air mata di ujung matanya. Mentari memang pandai menyembunyikan kesedihannya.

"Tar-"

"Eh iya, sekali lagi happy Anniversary ya Gav. Aku sebenarnya ngga berharap lebih lagi buat hubungan ini, jadi kita serahin semuanya ke tangan Tuhan, apa pun yang terjadi nanti, aku harap aku siap ngehadapinnya".

Mentari mengambil posisi duduk yang dibantu oleh Gava.

Ia meraih tangan Gava, lalu menggenggamnya dan dibalas genggaman juga oleh Gava.

"Genggaman tangan kamu buat aku candu" ujar Mentari dengan menatap manik Gava seraya tersenyum lembut.

Gava mengelus surai rambut indah Mentari dengan tangan satunya lagi.

Mentari menatap Gava. "Aku tau kamu mau minta maaf" ujar Mentari lalu menjeda ucapannya.

Mentari tersenyum. "Aku udah maafin" ujarnya lagi setelah itu, membuat hati Gava sesak. Mentari sangat kuat, hatinya seperti terbuat dari baja namun badan selemah daun yang sudah tua.

"Kamu kuat banget Tar" ucap Gava tanpa mengalihkan pandangannya dari gadisnya.

"Sebenarnya aku bukan cewe kuat, tapi keadaanlah yang mendorong aku dan memaksa aku untuk menjadi cewe yang kuat".

Gava menunduk dalam. Ia tak sanggup menatap mata Mentari. Tatapan itu, ia tau dimatanya terdapat luka dalam. Entah masalah keluarga, masalah kakinya yang tak bisa berjalan ataupun masalah cinta, semuanya menjadi satu. Sakit mana lagi yang harus Mentari rasakan.

Mentari Tanpa SinarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang