"gimana rencana lo?" Tanya seorang lelaki kepada seorang wanita berambut hitam itu.
Wanita itu tersenyum licik. "Gue berhasil, dia udah diusir dari rumahnya" jawabnya dengan tawa jahat yang membuat sang lelaki bergidik ngeri.
Bukan karna sang perempuan tersebut menyeramkan, melainkan tertawanya sebelas dua belas dengan ketawa mbak kunti.
"Ketawa lo tolong dikondisikan lah, gue jadi ngeri" ujarnya bergidik ngeri membuat sang perempuan berdecak malas.
"Ck berisik lo" ujarnya sembari memutar bola mata malas.
"Tapi rencana gue bukan berhenti disini doang. Gue mau buat semua orang terdekat dia ngejauh semua" ujar perempuan itu lagi dengan senyum misterius yang tercetak jelas dibibirnya.
"Terserah lo aja deh, tapi gue udah ingetin sama lo ya, awas suatu hari nanti lo kena karmanya" ucap lelaki itu mengingatkan, dan lagi-lagi membuat sang perempuan berdecak malas.
"Gue ngga percaya akan adanya karma, dan gue tetap kekeh pada pendirian gue, gue akan menghancurkan hidupnya" ujar perempuan itu lalu berangsur pergi.
Sebelum perempuan itu pergi menjauh, dia sempat berkata.
"Pokoknya lo harus bantuin gue, kalau engga gue bakal bongkar rahasia lo ke bokap nyokap lo" ancam perempuan itu sebelum ia beranjak pergi.
Lelaki itu menghela nafas gusar.
"Ancaman itu mulu, ck kalau gini mau ngga mau gue harus bantuin dia, dasar sepupu laknat" rutuknya.
☀️☀️☀️☀️☀️☀️
"Pagi Lan" sapa Gava pada Bulan sembari menampilkan gigi putihnya.
Bukan membalas senyuman Gava. "Pagi juga... kamu ngapain disini?" Tanya Bulan yang merasa heran.
"Ya jemput pacar dong" jawab Gava sambil menaik turunkan alisnya.
Blushh
"Pipinya kok merah?" Goda Gava.
Bulan tertunduk malu.
Gava terkekeh kecil. "Ya udah yuk berangkat, eh by the way Mentari mana?, Biar berangkat bareng aja" ujar Gava sembari celingukan mencari keberadaan Mentari.
Bukan menghela nafas. "Mentari diusir dari rumah, soalnya Mentari udah malu-maluin keluarga kita dengan cara berfoya-foya, tapi seharusnya Mentari ngga perlu diusir, pasti Mentari sedih banget, beban Mentari itu berat banget loh" ucap Bulan merasa sedih mengingat kembarannya itu.
"Mentari kaya gitu?" Gumam Gava yang masih bisa di dengar oleh Bulan. Bulan mengangguk mengiyakan.
Gava melihat Bulan sedih karna membahas ini.
Karna tak mau membuat Bulan sedih, jadi Gava memutuskan untuk langsung pergi ke sekolah saja.
☀️☀️☀️☀️☀️☀️
Mentari bersenandung seirama dengan langkah kakinya.
Tujuannya kali ini adalah perpustakaan.
Perpustakaan yang menjadi tempat baginya untuk menenangkan diri.
Brukk
Terjatuh karena ulah seseorang yang membuat Mentari meringis.
"Maaf a-aku ngga sengaja" ucap seorang siswi yang sepertinya merasa bersalah karna telah menabrak Mentari.
Siswi dengan kaca mata serta bando warna pink yang membuatnya terkesan imut.
Siswi itu mengulurkan tangannya kepada Mentari dan diterima dengan senang hati oleh Mentari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Tanpa Sinar
Teen FictionAku hanya seorang mentari yang kehilangan sinarnya, aku hanya ingin diperhatikan dan diperdulikan sekali saja, tapi mengapa takdir seolah memusuhiku? -Mentari Carramel Kalian selalu berkata "Bentar ya, Mama mau bacain dongeng buat Bulan," "Bentar ya...