1).☀️

65.2K 4.6K 304
                                    

Gadis berumur enam belas tahun itu masih setia menutup matanya.
Hingga suara decitan pintu mengganggu tidurnya.

"Dek bangun nanti kamu telat loh"ucap seorang cowok dengan lembut.

"Ngapain lo masuk ke kamar gue?"sinis perempuan itu yang merasa tak suka dengan kehadiran laki-laki itu.

Laki-laki itu menghela nafas gusar sebelum berbicara.

"Abang cuma mau bangunin kamu doang kok dek"ucapnya dengan senyum miris serta penyesalan yang menyelimuti dirinya.

"Ngga usah ngebangunin gue, gue bisa sendiri, gue udah terbiasa, kan dari dulu gue ngelakuin semuanya sendiri, kalian selalu menomor satukan Bulan dengan alasan ' Bulan sakit parah' jadi urusin aja Bulan dia lebih butuh lo" kata perempuan itu menyindir sehingga membuat hati laki laki itu mencelos.

Kemana adiknya yang dulu? Adiknya yang hangat padanya, adiknya yang selalu manja padanya, mengapa adiknya berubah?

"Kamu juga adiknya abang Mentari, bukan Bulan doang" ucapnya parau, ia sedih melihat perubahan Mentari, tapi apa boleh buat? Semua sudah terjadi.

"Sejak kapan lo nganggep gue?" Tanyanya menusuk

Deg

"Maafin abang dek, kan kamu tau kalo dulu Bulan punya penyakit parah dan dia baru aja sembuh setahun yang lalu" ucap nya berharap Mentari paham.

"Emangnya kalian nggak bisa sekalian perhatian sama gue?, gue juga manusia, gue butuh kasih sayang, tapi apa? Kalian seolah ngga nganggep gue ada, tapi ngga papa kok, gue udah terbiasa juga" ucap mentari yang mulai tersulut emosi tapi sebisa mungkin dia mengontrol emosinya itu, tak ingin ada keributan. Lagipula ia malas berurusan dengan manusia yang ada didepannya ini.

"Maafin abang dek, abang pengen kamu jadi mentari yang dulu abang kenal" lirihnya. Ya dia ingin, bahkan sangat ingin!

"Mentari yang dulu udah MATI! dan tanpa kalian sadari kalian lah penyebabnya" ujar Mentari dengan menekankan kata 'mati'.

"Dek tolong maafin kita semua, kita nyesel dek" lirih cowok itu yang ingin menangis, ya dia memang lemah kalau dengan orang yang dia sayang.

"Pergi lo dari kamar gue" perintah Mentari dengan tatapan campur aduk, antara kecewa marah rindu sedih semua menjadi satu.

"Dek tolong ma-"

Belum selesai cowok itu berbicara, tetapi langsung dipotong dengan teriakan serta bentakan Mentari.

"PERGIIIII" teriak mentari sembari terisak

Mau tak mau Deva harus keluar dari kamar mentari, adiknya yang paling kecil itu.

Mentari menghela nafas, sekarang moodnya sudah turun. Padahal sudah berusaha mengontrol mood sebaik mungkin, tetapi ada saja yang menghancurkannya.

☀️☀️☀️☀️☀️☀️

Lima belas menit sudah berlalu dan mentari telah siap dengan seragamnya, Mentari turun kebawah dan mendapati keluarganya yang sedang bercanda ria dimeja makan tanpa dirinya catat 'TANPA DIRINYA'.

Mentari menatap dengan tatapan miris. Ia melihat Mamanya, Papanya, kedua abangnya, dan kembarannya itu sedang tertawa bersama.

Mentari berusaha mengabaikannya, ia berjalan hendak keluar rumah, tetapi suara seseorang menghentikan aksinya dan membuatnya membeku.

"Nak sini sarapan bareng" ucap wanita paruh baya itu dengan senyuman.

Suara itu...

Suara yang sangat ia rindukan.

Mentari Tanpa SinarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang