Kini, Mentari dan Keno sudah sampai di pekarangan rumah Mentari.
Mentari membuka sabuk pengamannya, ia menatap Keno seraya tersenyum. "Ken makasih ya buat semuanya" ujar Mentari berterima kasih kepada Keno yang telah mau membantunya dan mensupport nya agar sembuh dari penyakit mematikannya. Meskipun baru stadium pertama, tetapi tetap saja bila dibiarkan dan tidak diberi pengobatan, perlahan akan merenggut nyawa penderitanya.
"Iya santai aja Tar, gue ikhlas kok bantuin lo, dan kalau lo butuh apa-apa, lo bisa hubungin gue oke" ucap Keno sembari tersenyum lalu mengacak gemas rambut Mentari. Mentari yang di perlakukan seperti itu pun hatinya menghangat.
"Ih berantakan tau" rengeknya sembari memanyunkan bibirnya kedepan yang membuat Keno gemas.
"Bibirnya ngga usah dimanyunyin gitu, gue potong ntar" ujar Keno bercanda seraya terkekeh, membuat Mentari berdecak malas.
"Yee lo mah tega sama gue" ambek Mentari membuat Keno kembali terkekeh.
"Maaf deh maaf. Yaudah masuk gih" ujar Keno kepada Mentari.
Mentari mengangguk "Iya, lo juga hati hati ya, ngga usah ngebut" nasihat Mentari yang dibalas acungan jempol oleh Keno. Mentari keluar dari mobil Keno, lalu melambaikan tangannya.
Mobil Keno mulai pergi dari pekarangan rumah Mentari.
Mentari menghela nafas berat.
"Lo baik Ken, perempuan yang lo cintai beruntung banget bisa dicintai sama orang sebaik elo, dan gue harap lo juga bahagia selalu" gumamnya sembari melihat mobil Keno yang perlahan menghilang dari pandangannya.
☀️☀️☀️☀️☀️☀️
"Tar bangun nak nanti kamu telat loh" ucap lembut Iva membangunkan Mentari.
"Enghh..." Lenguhnya yang mulai merasa terganggu.
"Tar, Mama mau nanya sama kamu. Tadi malam Mama liat kamu pulangnya malem banget, kamu engga mulai jadi anak nakal kan nak?" Tanya Iva curiga.
Mentari yang mendengar penuturan Iva langsung menatap Iva dan mengambil posisi duduk. Ia tertawa sinis.
Mamanya ini memang tak pernah berubah, tak pernah percaya kepada Mentari, selalu saja berburuk sangka kepadanya, beda lagi ceritanya kalau dengan Bulan, adilkah seperti itu?
"Aku emang selalu buruk dimata semua orang" gumam Mentari tanpa melihat Iva.
"Bukan gitu nak, kan Mama cuma nanya" ucap Iva membela diri. Mentari menatap Iva miris.
"Pertanyaan Mama tadi menunjukkan kalau mama ngga percaya sama aku" ucap Mentari menusuk yang membuat Iva gelagapan.
"Ngga gitu Tar--"
"Keluar dari kamar aku" ujarnya dingin dan terkesan ketus.
Iva menghela nafas dan pasrah. Mau tak mau dia harus keluar dari kamar Mentari, toh memang salahnya memberi pertanyaan yang menyinggung perasaan Mentari.
Mentari yang melihat Iva pergi pun memejamkan matanya menahan emosi.
Mentari melirik jam.
1 detik
2 detik
3 detik
"WHAT, GUE TELAT" ucap Mentari kaget melihat jam yang menunjukkan pukul 07.00, yang berarti lima belas menit lagi bel sekolah akan berbunyi serta gerbang sekolah akan ditutup.
Mentari langsung mengacir kekamar mandi untuk mandi.
Satu bulan kemudian
Dimeja makan keluarga Roy, terdapat satu keluarga yang sedang berkumpul. Tapi sebenarnya tidak utuh, karena salah satu anggota dari mereka tidak bergabung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Tanpa Sinar
Novela JuvenilAku hanya seorang mentari yang kehilangan sinarnya, aku hanya ingin diperhatikan dan diperdulikan sekali saja, tapi mengapa takdir seolah memusuhiku? -Mentari Carramel Kalian selalu berkata "Bentar ya, Mama mau bacain dongeng buat Bulan," "Bentar ya...