"Hiks..., Gue takut hiks..." Isak takut seorang perempuan di pelukan seorang cowok. Kini ia menangis sesegukan.
"Udah lo tenang ya. Jangan nangis, dia udah gue gebukin kok, cup...cup... Jangan nangis dong, nanti cantiknya ilang loh, kalo cantiknya ilang nanti ngga ada yang suka lagi gimana" ucap Cowok itu. Dia adalah sang penyelamat Mentari, yang tadi sudah menolongnya dari pria jahat itu.
"Apaan sih, masa gara-gara nangis cantiknya ilang, ada-ada aja lo mah" ucap Mentari sembari melerai pelukan mereka dan terkekeh pelan karena celotehan cowok itu. Ia menghapus air matanya dengan tissue yang diberikan cowok itu.
Cowok itu terkekeh pelan. "Gitu dong, jangan nangis lagi yah" ucap cowok ini, entah kenapa ia merasa nyaman dengan Mentari.
"Makasih ya udah nolongin gue. Kalau tadi ngga ada lo, gue ngga tau apa yang bakal terjadi sama gue" ujar Mentari berterima kasih. Ia masih shok dengan kejadian tadi.
Cowok itu tersenyum. "iya santai aja. Kan sesama manusia kita harus saling membantu" ucap cowok itu tulus sembari tersenyum manis.
"Oh iya nama lo siapa?" Tanya Mentari yang penasaran.
"Nama gue Alano Fathel Gerrysen, lo boleh panggil gue Fathel" jawab Fathel dengan senyuman. Mentari hanya mengangguk tanda mengerti.
"Kalau lo?" Tanya Fathel kepada Mentari.
"Aku Mentari Carramel, panggil aja Mentari" jawab Mentari seadanya.
Fathel tampak berfikir. "Kalau gue manggil lo Carra boleh ngga?" Tanya Fathel bertanya.
Mentari berfikir sejenak sebelum ia menganggukkan kepalanya seraya tersenyum manis.
"Eh by the way lo dari mana mau kemana Carr? Kok bisa sampe disamperin preman gitu sih?" Tanya Fathel yang penasaran.
Kini Mentari gelagapan. Tak mungkin baginya untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Em g-gue pulang duluan ya, udah malem soalnya" elak Mentari yang tak mau Fathel tau bahwa kekasihnya yang meninggalkannya. Ia masih menjaga nama baik Gava.
"Eh biar gue antar lo pulang ya Carr, lagian ngga ada angkutan umum yang lewat" tawar Fathel kepada Mentari.
"Ngg-"
"Yakin" ucap Fathel dengan nada mengejek plus senyum usil.
Mentari menghela nafas panjang, kini ia berfikir.
Mentari menggigit bibir bawahnya lalu menyengir, membuat Fathel menahan tawanya.
"Iya deh gue pulang sama lo, tapi ini karna lo yang maksa ya. Kalo gue sih tadi ngga mau dianter elo, tapi karna lo nya maksa gue, ya gue mau deh" celetos Mentari yang membuat Fathel gemas dengan tingkah laku Mentari sehingga tanpa sadar ia mencubit pipi Mentari yang meninggalkan bekas kemerahan.
"Yaudah naik atuh neng " ucap Fathel yang sok berlogat sunda.
Mentari terkekeh sebentar lalu naik ke motor sport milik Fathel.
☀️
Kini Mentari dan cowok yang baru saja dikenalnya itu telah sampai dipekarangan apartemen milik Mentari.
"Makasih ya Fat, lo udah baik sama gue, mulai dari lo nyelamatin gue dari preman tadi sampe lo nganter gue balik" ucap Mentari dengan tersenyum lembut.
Fathel membalas senyum Mentari. "Iya sama-sama, kan sesama manusia kita harus saling membantu. Lagian emang gue itu baik, ganteng, pinter, ngga sombong lagi" Balas Fathel menyombongkan diri sendiri, membuat Mentari memutar bola mata malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Tanpa Sinar
Teen FictionAku hanya seorang mentari yang kehilangan sinarnya, aku hanya ingin diperhatikan dan diperdulikan sekali saja, tapi mengapa takdir seolah memusuhiku? -Mentari Carramel Kalian selalu berkata "Bentar ya, Mama mau bacain dongeng buat Bulan," "Bentar ya...