🌸🌸🌸
Apa yang akan kau lakukan jika seseorang yang sudah kau sukai sejak awal kelas sepuluh, tiba-tiba menyadari kehadiranmu?
Itulah yang terjadi padaku sekitar lima belas menit yang lalu ketika sedang asyik-asyiknya menjadi secret admirer.
Keadaan basket court cukup ramai. Jauh dari tempatku berdiri sendirian, terdapat beberapa gadis yang tengah berteriak-teriak menyemangati para perwakilan kelas yang tengah tanding basket. Hari ini adalah Porseni hari pertama. Ujian akhir semester satu sudah selesai dilaksanakan beberapa hari lalu.
Saat kulihat jam di tanganku dan merasa sudah cukup lama berdiri di sini, aku berniat segera kembali ke kelas bersiap untuk pulang. Proses belajar mengajar tak lagi diberlangsungkan. Jadi jam pulang menjadi tak menentu.
Aku berjalan sambil menunduk dalam, menuju pintu, sampai sebuah bola menggelinding dan menyentuh kakiku. Dengan masih menunduk, aku melirik sedikit ke seorang laki-laki yang menunjukkan wajah semringah di tengah lapangan sana. "Eh, lo, tolong lemparin bolanya dong!" pintanya. "Nanti gue kasi imbalan deh." Ia memberiku kedipan mata nakalnya yang khas dan menggoda. Aku tahu cowok itu adalah perayu ulung yang tak memandang bulu dalam menebar pesonanya. Namun...
"AHHHHHHHHHH," pekikkan dari gadis-gadis lain memekakkan telingaku, membuatku mau tak mau menaruh atensi pada mereka.
"Rebut bolanya!" komando seorang cewek berbodi jumbo padaku dengan langkah pasti dan keras.
Ya Tuhan, aku bisa merasakan bumi ini bergetar sebab ulah mereka. Jelas sekali aku sudah memancing kecemburuan publik.
Namun bodohnya, aku mendadak kikuk dan bingung mau berbuat apa. Seperti adegan klise di sinetron---yang sebenarnya tak pernah kulihat secara langsung sebab aku memang tak berminat menontonnya---aku diam saja sambil memelotot dengan mulut mangap.
Wajah mereka tampak ganas. Kesengitan kentara dengan jelas, saling dorong, menjegal, juga teriakan-teriakan tak terima didahului. Kemudian, dengan semua keberingasan tersebut, mereka menghambur ke arahku yang langsung terjungkal.
"Yey!" seru seorang gadis cantik yang pertama kali berhasil mengambil bola.
"Bola gue...!" seru yang lainnya dan merebut bola tersebut. Yang pada kejadian berikutnya, aku yang masih berbaring di lantai malah terinjak-injak.
"Oi, bokong lo ada di muka gue! Singkirin!"
"Gue...!"
"Ketek, ketek siapa ini? Asem banget!"
"Awas! Gue...."
"Ak...." Aku mencoba untuk membuka suara. Namun mereka semua terlalu barbar dan di saat bersamaan seseorang menginjak lenganku.
"Ih, apaan nih lembek-lembek keras...," ucap seorang gadis.
Akhirnya ada yang sadar.
Lalu detik berikutnya, di sela-sela semua kesengitan yang ada, "AHHHHHHH...."
Pergerakan yang lainnya terhenti mendadak. "Kenapa?" tanya banyak suara sekaligus.
"Mayat!!!"
Malangnya nasibku. Sudah terinjak-injak, dikatai mayat pula. Ditambah lagi dengan badanku yang nyeri dan sakit semua.
Kudengar beberapa derap langkah mendekat. Suasana menjadi gaduh dan benar-benar membuatku tak nyaman setengah mati. Dapat kupastikan sekarang aku telah menjadi pusat perhatian orang-orang, yang jika kuperhitungkan, mungkin lebih dari seratus.
Aku berusaha bergerak agar tak menimbulkan kesalahpahaman lebih lanjut, juga ingin bergegas pergi dan menjauh sejauh-jauhnya dari sini. Namun suara merdu seseorang membuatku kaku seketika.
"Hei, are you okey?" tanyanya sambil menyenggol lengan atasku.
Absolutly not. Namun aku diam saja.
Senang memang jika bisa diperhatikan oleh salah satu pangeran sekolah yang disukai. Tapi jika kau sadar wajahmu jauh dari standar untuk diperlihatkan padanya... mending aku pura-pura mati saja! Ya, benar, aku tak boleh mengangkat mukaku dan akan terus berbaring tengkurap seperti ini sampai Kak Dean pergi.
"Apa dia mati?"
"Ih, gak mungkin. Masa cuma kayak gitu mati."
"Tapi kan dia keinjek-injek. Kalau kita salah injek...."
Astaga, apa mereka tidak melihat bahwa aku masih bernapas? Aku hampir saja berbalik mendengar obrolan cewek-cewek itu. Tapi tidak jadi sebab...
"Hei!" Senggolnya sekali lagi. Aku tetap diam.
Suasana mendadak hening. Cewek-cewek tadi mungkin sedang khawatir terjerat pasal pembunuhan tidak disengaja. Sampai sebuah suara memberi perintah, "Cepet bawa ke UKS, Yan! Takutnya ada apa-apa." Aku kenal suara lembut itu. Kak Dio, cowok yang dikabarkan memiliki fans lebih dari separuh anak-anak cewek di sini.
Tapi apa katanya tadi?
"Oke-oke," sahut pangeran tampan di sampingku. Yang pada detik berikutnya, dapat kurasakan sebuah tangan membalik tubuhku dan mengangkatnya.
Kyaaa....
Siapa pun tolong aku! Kak Dean gendong aku! KAK DEAN GENDONG AKU!!! Aw, tapi badanku rasanya sakit sekali saat disentuh.
***
Sincerely,
Dark Peppermint
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahda: The Girl Who Can't Hear (Tamat)
Teen FictionPeddie High School Series #2 Dikejar-kejar cowok urakan yang mengira dirinya bisu! Itulah yang dialami Mahda. Saat pertama kali bertemu dengan Bing, cowok bertampang berandalan yang aslinya polos banget, ia dikira bisu sebab tak menjawab saat ditany...