17. Mahda

108 21 0
                                    

Aku mengembuskan napas bosan. Di sampingku Jennifer tampak sibuk dengan urusannya. Sebenarnya sejak Mahesa mengaku ikut Klub Ghost Hunter yang diketuai cewek itu, aku menjadi agak penasaran dengannya. Maksudku adalah, ini Mahesa loh. Mahesa sang pelukis. Aneh banget rasanya dia ikut klub berburu hantu seperti itu.


Namun sudahlah. Sepertinya aku harus ke kamar mandi sekarang. Aku pun keluar dari meja dan menuju ke pintu.


Begitu keluar...


"Mahda...!" Panggilan seseorang yang seperti habis lari maraton itu menghentikan langkahku yang akan berbelok ke arah berlawanan dengannya.


Salah satu teman Bing yang bernama Iko berlari kocar-kacir ke arahku dengan muka yang enggak banget. Orang-orang di sekitaran kami menatap penuh minat akan kedatangan cowok itu juga mungkin pada apa yang akan ia sampaikan.


Aku hampir mengatakan "apa" sebelum aku sadar bahwa aku ini bisu---maksudnya pura-pura bisu.


"Bing, Bing!" katanya sambil mengguncang-guncang bahuku sesaat setelah ia sampai di depanku. Ekspresi mukanya agak berlebihan seakan ada yang baru mati.


Ha? Mati? Apa sih! Jangan berpikiran aneh, Mahda!


"Ayo, ikut gue sekarang!" Ia menarik lengan dan menyeretku menjauh menuju ke tangga.


Kucoba untuk menghentikan cowok yang tidak terlalu tinggi dengan muka penuh jerawat itu. Namun tidak berhasil. Tenagaku jelas kalah jauh darinya.


"Ayo-ayo! Cepetan!" serunya sampai kami berhenti di depan kerumunan banyak orang. Beberapa orang membuka jalan saat Iko menyuruh mereka menyingkir. Aku tersenyum pada Kak Nami---kakak kelas yang sempat semeja denganku waktu ujian---yang juga ada di sana, lalu menemukan sepasang laki-laki yang tengah dipegangi oleh beberapa orang. Kedua-duanya berusaha meronta minta dilepas, tapi yang memegangi semakin mengeratkan pegangan mereka.


Kuakui aku syok melihat hal ini karena aku belum pernah melihat langsung orang yang tengah berkelahi. Apalagi dengan kondisi kedua orang itu yang jelas tidak baik.


Ya Tuhan, mereka ngapain sih?


"Lepas-lepas!" berontak Bing sambil meronta-ronta. "Argh...." Dan Bing menyepaki mereka yang memeganginya. Terlepas, ia pun melaju menuju Kak Dean yang wajahnya sudah sangat memprihatinkan.


"Mahda tolong lakuin sesuatu," ucap Iko di sampingku. Beberapa gadis menjerit di saat yang bersamaan dengan Bing yang terlepas. Oh, astaga, ia terlihat seperti hewan buas dan tanpa sadar kakiku melangkah ke sana. Aku ingin menyerukan agar ia berhenti, tapi... aku bisu. Jadi aku pun entah mengapa malah mengambil langkah ekstrim dengan... dengan..., begitulah.


Pergerakan Bing yang awalnya brutal tiba-tiba terdiam. Dia menoleh ke belakang dan mata kami bertemu pandang. Kupeluk dia semakin erat. Ya Tuhan, kenapa pula kulakukan hal ini? Pipiku rasanya panas dan buru-buru kusembunyikan wajahku di punggungnya yang terasa begitu lebar.

Mahda: The Girl Who Can't Hear (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang