24. Bing

86 17 0
                                    

“Wadau, ganteng sekali aku.” Aku menatap diriku dengan bangga di depan cermin. Kurasa Tuhan sedang tersenyum waktu dia menciptakanku, dan lihatlah bagaimana hasilnya. Amazing.

Aku menggelengkan kepala tidak percaya, lalu bertanya pada ketiga temanku yang agaknya sudah janjian untuk buang hajat bersama-sama. “Gue ganteng kan, ya?”

Taslim berbalik sambil mengancingkan celananya. “Di mata gue, elo itu burik Bing.”

Aku mencibir, “Alah sirik ae lu.” Lalu memekik saat tubuh Taslim mulai terlihat di cermin kamar mandi, “Eh, eh, minggir lo! Kaum budak kayak elo merusak tampilan cermin toilet tau.” Aku menyuruhnya pergi jauh dariku. “Hush,

hush.”

“Sialan lo, Bing.” Tiba-tiba saja tangan jelek Taslim sudah membekap mulutku yang indah dengan tangan baunya.

Aku meronta-ronta.“Anj---“ Kata-kataku tertahan, tanganku berusaha melepas bekapan Taslim.

Sialan nih orang, dia kan belum cuci tangan. Kalau bibir seksiku terkena bakteri dari air kencingnya bagaimana.

“AH…” Aku menghirup oksigen banyak-banyak saat berhasil melepaskan diri, sementara Taslim tertawa girang diikuti oleh yang lain.

“Gimana rasa tangan Taslim, Bing, enak?” Iko cekikikan.

Joe menambahi, “Gak ngerti gue kenapa ada orang sepede elo Bing.”

Aku masih membersihkan mulutku sebelum menyugar rambut ke belakang dan berkata,

“Jadi kalian gak ngerasa gue ganteng.” Mataku mengedip manja dan Trio Goblok

berlagak muntah berjamaah.

Aku tertawa senang berhasil membuat mereka jijik. “Btw Hook gue ada di

mana ini ya. Pasti dia sendirian lagi. Kalau Hook kira-kira bakal ngerasa gue

ganteng gak ya.”

Trio Goblok yang sedang cuci tangan berjamaah, sontak melihatku.

Iko menjawab, “Gue yakin dia jijik juga sih sama cowok absurd kayak lo.”

“Ngapain sih lo terus nyariin dia?” Netraku berhenti pada Joe yang

tampak serius.

“Kemarin habis dari rumah gue kayaknya dia jadi murung. Gue tanya kenapa jawabnya gak apa-apa terus. Dasar cewek. Tapi kayaknya dia kayak gitu karena gue cerita tentang adik gue.”

“Lo nyeritain Bella ke Hook?” Joe berbalik dan menatapku lekat-lekat.

Kenapa dia mendadak serius begini sih?

“Iya.”

“Dia gak ada ngakuin sesuatu ke elo?”

“Ngakuin sesuatu? Ngakuin apa?”

Masa sih?

Gantian aku yang menatap Joe lekat-lekat. “Maksud lo Hook suka sama gue

gitu? Dia mau ngakuin perasaannya?”

Joe tidak menjawab apa-apa, yang kuasumsikan sebagai jawaban iya. Ah,

jadi itu penyebab dia galau. Dia mau mengaku suka padaku tapi aku malah cerita

sedih. Dia pasti bingung sekali sekarang. Dasar kau Hook, manis sekali sih.

“Jangan-jangan yang kalian pergi berdua itu mau mendiskusikan acara pengakuan

Hook ya. Astaga, kalian kerja sama rupanya. Gitu ya kalian.” Tawaku menyembur

kuat sekali, sampai dua orang yang baru masuk ke dalam toilet tersentak dan

Mahda: The Girl Who Can't Hear (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang