"Ini apa, Ma?" tanyaku yang saat itu berusia enam tahun. Begitu bahagia dan semangat melihat kotak kado berwarna merah muda yang diberikan mamaku.
"Ayo, dibuka dong kalau Mahda penasaran."
Aku mengangguk riang. Dan membuka kotak itu dengan tangan-tangan mungilku. Aku memekik begitu melihat isinya dan menemukan sebuah kotak musik berbentuk hati dengan patung balerina di dalamnya.
"Mahda suka?" tanya Mama lembut dengan wajah penuh welas asih.
"Tentu aja Mahda suka. Mahda sayang Mama." Langsung kepeluk wanita yang amat kusayangi itu, yang juga dibalas oleh Mama. Pelukan Mama itu hangat banget. Rasanya benar-benar nyaman dan menyenangkan.
"Sama Kak Esa gak sayang?" Kulirik seorang bocah laki-laki kecil yang tampak kesal dengan bibirnya yang mencebik.
"Sayang dong," jawabku dan gantian memeluknya. Mama juga memberikan Mahesa hadiah---dia dapat sketchbook. Tentu karena ia juga berulang tahun.
Papa tidak suka merayakan ulang tahun. Jadi hanya kami bertiga yang selalu merayakannya, tapi juga tak melarang kalau kami menginginkannya.
Setelah pelukanku dan Mahesa terurai, aku bertanya pada Mama," Ma?"
"Ya, Sayang."
"Kalo kotak musiknya rusak, apa bakal ada peri yang benerin ini kayak di Tingker Bell?"
Mama tertawa mendengar pertanyaanku yang mungkin terdengar konyol.
"Peri itu tidak ada, Sayang. Kalau kotaknya rusak nanti Mama belikan lagi yang baru."
📒📒📒
Akhirnya setelah dua minggu libur, aku kembali lagi ke tempat penyiksaan ini. Apalagi kalau bukan penjara yang disamarkan dengan nama "sekolah".
Sejak tadi aku terus mendengar orang-orang heboh membicarakan sebuah kecelakaan pesawat dengan salah satu korbannya adalah kakak kelasku*. Jujur aku tak tahu berita itu. Siapa juga yang mau memberitahuku. Orang yang diceritakan juga aku tidak kenal. Meski namanya terdengar familier. Aku turut bersedih sih dengan kabar tersebut. Tak terbayangkan bagaimana perasaan orang-orang yang ditinggalkan. Aku harap semoga dia bisa ditemukan. Jika memang yang terburuk yang terjadi, aku harap semoga ia tenang di alam sana.
*Baca Limerence
"Hei!"
Aku menoleh ke belakang ketika merasa panggilan itu dilayangkan untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahda: The Girl Who Can't Hear (Tamat)
Teen FictionPeddie High School Series #2 Dikejar-kejar cowok urakan yang mengira dirinya bisu! Itulah yang dialami Mahda. Saat pertama kali bertemu dengan Bing, cowok bertampang berandalan yang aslinya polos banget, ia dikira bisu sebab tak menjawab saat ditany...