Kupikir kembali ke sekolah akan menjadi hari yang menyenangkan. Apalagi seminggu ini aku dihukum tidak boleh keluar rumah juga menggunakan ponsel. Di zaman modern ini? Di saat-saat semua serba canggih ini? Mami benar-benar kelewatan. Lalu sekarang aku malah harus menemukan wajah murung seseorang yang kuperkirakan sudah begitu sejak seminggu yang lalu.
Apa pengkhianatan Dean benar-benar tak bisa diterima dan sangat menyakiti hatinya? Wajahnya lesu dan loyo seperti orang yang hidup segan mati tak mau.
Oleh sebab itu, dengan segenap kebaikan yang mengerubungi diriku, aku pun menyeret Hook ke sebuah salon yang biasa didatangi Mami. Katanya kan kalau cewek patah itu suka ganti gaya rambut, makanya Hook juga harus begitu.
Aku menunggu sambil membalik-balik lembaran majalah yang sama sekali tidak menarik, kemudian beralih memainkan ponselku. Mungkin nonton anime bisa membantu membunuh rasa bosan ini.
Tapi yang terjadi kemudian malah aku yang ketiduran sampai sebuah suara membangunkanku.
"Mas, Mas!" Seseorang mengguncang-guncang tubuhku. Aku menggeliat dan membuka mata. "Udah selesai itu pacarnya."
"Udah selesai?" Kesadaranku belum pulih sepenuhnya. Aku mengerjap dan melihat seseorang berdiri di samping Mbak Luna---orang yang selalu mengurusi Mami setiap ke sini.
Dia siapa?
"Iya, Mas Bing, udah selesai."
Aku kembali menatap cewek berseragam SMA itu dengan saksama. Wajahnya tampak tak asing dengan kepala yang selalu menunduk malu-malu itu, juga tangan yang saling berkait dan disimpan di depan badan.
"Ih, jangan diliatin gitu aja dong Mas pacarnya!" ujar Mbak Luna. "Kalo mau dipuji, puji aja."
Pacarku? Aku mencebikkan bibir. Apa saat aku tertidur aku nembak cewek random di sini? Kalau, iya, wah seleraku benar-benar keren sampai bisa nembak cewek secantik ini saat tidak sadarkan diri.
"Mbak ini ada-ada aja. Omong-omong mana temen saya? Kok lama banget Mbak?"
"Teman Mas yang mana?"
Aku berdecak. "Yang mana lagi, Mbak, yang saya bawa kemari sama saya tadi lah."
Mbak Luna melihatku aneh, membuatku kembali berdecak. "Yang keriting itu loh Mbak, yang rambutnya ngembang-ngembang kayak Beyonce."
Mbak Luna melirik orang di sampingnya. "Itu Mbak kan?"
Tunggu-tunggu-tunggu. Sepertinya otakku mulai mencerna sesuatu. Ya salam.
"HOOK! ITU ELO?!"
Cewek cantik itu pun mengangguk.
***
Susah memang kalau bawa-bawa cewek cantik ke mana-mana. Sampai kantin yang biasanya abai dengan keberadaan Hook, kini malah ricuh sebab kehadirannya.
Dia makan dalam diam, tapi aku tahu dia tidak nyaman berada di sini.
"Mau pergi aja?" tawarku yang dibalas gelengan kepala olehnya. "Kenapa? Lo jelas-jelas gak suka di sini."
Tapi kamu kan lapar. Udah makan aja.
Aku menyamarkan senyum dengan berdeham singkat. "Oke, kalo gitu gue makan cepet-cepet biar kita segera keluar dari sini."
Gak usah buru-buru nanti kamu tersedak lagi.
Hatiku menghangat. Rasanya ada bunga-bunga imajiner di sekelilingku. Oh, apakah langit berwarna merah muda hari ini. Sungguh indah.
"Sok perhatian lo, Hook!"
Aku pun makan dengan damai meski kurasai ada bunyi-bunyi gendang aneh dalam dadaku. Walau lumayan terganggu dengan pandangan cowok-cowok norak yang seperti tidak pernah lihat cewek cantik di meja-meja sekitar kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahda: The Girl Who Can't Hear (Tamat)
Teen FictionPeddie High School Series #2 Dikejar-kejar cowok urakan yang mengira dirinya bisu! Itulah yang dialami Mahda. Saat pertama kali bertemu dengan Bing, cowok bertampang berandalan yang aslinya polos banget, ia dikira bisu sebab tak menjawab saat ditany...