Lagi apa?
Aku tidur-tiduran di atas kasur. Selepas berbaikan tadi aku mengantarkan Hoo---eh, Mahda. Ah, mulai sekarang aku harus membiasakan diri menyebut nama aslinya. Tak boleh lagi salah. Ekhem, oke, aku ulang. Selepas berbaikan tadi aku mengantarkan Mahda pulang ke rumah. Aku yang baik hati membantu Mahda menghindari para penculiknya dan mengantarkannya dengan selamat sampai rumah.
Lagi nulis diary, hehe.
Hohoho... ternyata Mahda bisa nulis hehe juga. Imut sekali.
Masih nulis diary juga?
Iya. Masih.
Tapi sekarang isi diary-nya gak sedih-sedih lagi kan? Kan lo udah bahagia sama gue.
Aku terkikik sendiri membacanya. Pasti Mahda senang sekali sekarang.
Geer.
Aku tersenyum dan lekas menghubunginya.
Lama baru dia menjawab teleponku. Mungkin dia kaget sekali dan bersiap terlebih dahulu.
“Ha-halo.” Dia tergagap. Lucu sekali.
“Santai aja ngomongnya. Gue gak akan nyentil anak bebek kalau salah bicara.”
“Anak bebek? Sekarang kamu manggil aku anak bebek setelah Hook?”
Aku tertawa. “Habis lo gak mau dipanggil Princess.”
“Ya kan itu panggilan buat adik kamu. Masa aku..."
Oh... oh... astaga, betapa tidak pekanya aku.
“Gak, Mahda, lo salah paham. Gue gak menyamakan kalian berdua. Kalian jelas beda. Gue gak anggap lo adik gue dan sebagainya. Gue mau manggil Princess karena itu imut aja. Cocok buat lo.”
Lama dia tak menjawab. Namun saat ia bersuara aku tahu dia sedang menyembunyikan senyum.
“Tumben asumsi kamu gak ngawur.”
“Ngawur? Kapan gue gitu?”
“Bing kamu selalu berasumsi yang aneh-aneh. Termasuk kamu langsung berasumsi aku bisu.”
“Gue...”
Sial. Jika dipikir-pikir aku memang selalu berasumsi sendiri dan salah paham sendiri. Ya, ya, ya, aku sadar, terutama setelah kukira Mahda mau menyatakan perasaan padaku waktu itu.
“Lo mengalihkan pembicaraan,” ucapku tak ingin terang-terangan menyetujui aku suka berasumsi sembarangan. “Tadi kan kita lagi bahas panggilan buat elo, Princesssss...”
“Oh, iya. Boleh kok.”
“Boleh apa?” pancingku.
“Kamu manggil kayak gitu.”
“Manggil kamu kayak gimana?”
Ya Hantu, aku sudah meng-kamu-kamu-kan si Mahda saja.
“Prin...cess.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahda: The Girl Who Can't Hear (Tamat)
Подростковая литератураPeddie High School Series #2 Dikejar-kejar cowok urakan yang mengira dirinya bisu! Itulah yang dialami Mahda. Saat pertama kali bertemu dengan Bing, cowok bertampang berandalan yang aslinya polos banget, ia dikira bisu sebab tak menjawab saat ditany...