BAB 3: Tidak Tahu Malu!

218 24 1
                                    

"Hidup itu tidak sulit. Hanya saja terkadang, diri kita sendirilah yang membuatnya sulit."

-Merindu Kalam Surga-

Edan!

Gila!

Astagfirullahaladzim...

Lelaki itu membuat emosi ku memuncak. Aku mendengus sebal lantas kembali menenteng tas tas ku. Biarlah saja kejadian ini berlalu. Aku bersumpah, aku tidak mau lagi bertemu dengannya. Menyebalkan sekali laki laki itu. Tidak ada etika dan sopan santun. Kurasa dia pria yang usianya 25 an mungkin. Entahlah aku tidak ingin membahasnya.

Sekarang, aku hanya bisa meringis menerenungi bagaimana kelanjutan hidupku disini. Mau mencari kost an, tapi aku tidak tahu dimana yang murah. Satu orangpun aku tak ada yang mengenalnya. Berjalan tanpa arah, aku kuatkan hati untuk tinggal. Terik panas matahari membuatku ngos ngosan. Ingin menangis saja rasanya. Tapi, jika mengingat lagi bagaimana perjuanganku hingga saat ini. Aku berusaha untuk bisa.

Allahu akbar allahu akbarrr...

Aku terdiam, menghentikan langkah sebentar mencari cari keberadaan masjid. Adzan telah berkumandang mengingatkan pada sang pencipta. Aku tidak akan bisa sampai disini, melainkan sebuah takdir Allah. Harusnya aku banyak banyak bersyukur karena sampai detik ini, Allah masih memberikanku umur. Aku menajamkan telinga, memutar tubuh menuju sumber suara. Bangunan masjid hijau tua itu memberikanku segelintir rasa tenang. Dengan senyuman lebar, aku mendekatinya.

Sesampainya disana, aku langsung mengambil wudhu dan meletakkan tas tasku disamping aku shalat. Aishh! Tas tas ini sedikit menggangguku. Imam masjid juga sudah memposisikan dirinya di tempatnya. Dengan khitmad, aku serta jamaah masjid melaksanakan shalat dhuhur.

"Tunggu!"

Selepas shalat dan jamaah telah bubar. Aku mencoba menghentikan bapak bapak yang membersihkan jendela masjid. Dengan segenap keyakinan dihati, aku berniat mengutarakan tujuanku pada beliau.

"Iya mbak? Apa ada yang bisa saya bantu?"

"Emm, begini pak. Nama saya Haura, anak perantauan yang baru saja tinggal disini. Maksud kedatangan saya ingin memohon ijin. Apabila beberapa hari kedepan saya tinggal di masjid dahulu. Apakah boleh?" aku bertanya penuh harap. Ada gelenyar takut terlebih nanti jika tidak diperbolehkan tinggal disini. Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa.

Bapak itu tersenyum menanggapi. Ia menaruh lap disamping. Menatapku dengan tajam. "Saya tidak bisa langsung percaya pada orang asing."

"Ini KTP saya pak. Bapak percaya pada saya. Saya tidak akan berbuat lancang disini. Apalagi ini adalah masjid. Saya masih ingat dosa," aku menyodorkan KTP pada beliau. Kemudian bapak itu menerimanya tanpa ragu.

"Hmm, baiklah. Namun ingat! Jangan sampai berulah."

"Saya janji pak."

Aku tersenyum sumringah. Pamit undur diri kepada bapak itu. Selagi tinggal disini, aku akan mencari kost an murah. Mendekati tas tasku berada. Aku meraih pigura foto keluarga yang aku simpan ditas. Mengusap penuh sayang. Benar apa kata ibu dulu, sesulit apapun kita melangkah. Jika setiap jangkahan, kita libatkan Allah didalamnya. Yakinlah. Allah akan menolong hambanya.

---

Tiga hari sudah aku tertampung di masjid ini. Namun tak elak. Aku sangat menikmati hari hariku disini. Serasa, emm bagaimana yaa. Dekat dengan Allah. Aku merasa nyaman dan tentram tanpa ada gangguan. Ingatlah wahai diri! Aku harus bisa mencari kost an yang murah. Dan sampai saat ini aku belum bisa mendapatkannya. Kost kost an disini rata rata mahal. Padahal dikampungku dulu pada murah.

Merindu Kalam Surga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang